Hari ini sekolah punya acara lustrum. OSIS kolaborasi dengan beberapa ekskul menyiapkan acara pesta kecil-kecilan. Selain pesta mereka juga mengadakan lomba antar kelas, seperti lomba tumpeng, kebersihan dan lomba mading. Saat ini tepatnya pukul 07.00, kami sedang melaksanakan upacara. Aku selalu menanti sesinya anak padus.
"Ssst, tuh ada si Rey, Nay." Sahut Selly teman sebangku.
"Iya, aku tau. Dia kan anak padus." jawabku tenang.
Upacara bendera diakhiri dengan penerbangan balon oleh kepala sekolah dan bupati Bantul. Sebentar lagi tepatnya jam 10.00, sesi penilaian tumpeng dan mading kelas dimulai.
Kelasku sudah menyelesaikan mading dari hari Selasa kemarin. Jadi, tinggal mengurus tumpeng dan tata ruang kelas. Selesai.
"Nay, ke IPS 3, yuk!" Jerry teman sekelasku mengajak berkeliling melihat hasil mading kelas lain.
"Ayok."jawabku.
Kelas IPS 3 itu kelasnya si Rey. Aku tau, Jerry pasti sengaja mengajakku ke sana duluan. Jaga-jaga aku berjalan pelan memastikan tidak ada Rey di sana.
"Kenapa sih lu, jalannya pelan amat! Rey ga ada, doi lagi persiapan pensi ama bandnya." Jerry.
Aku ketawa lirih. "Hahaha, bisa aja kamu baca pikiranku."
Kami masuk di kelas itu. Kelasnya rapi, bersih dan wangi. Meja yang biasanya penuh dengan tipex sudah purna dari kekotoran. Bersih. Aku duduk di meja paling belakang menikmati nuansa kelas yang didesain begitu klasik. Di belakang ada lukisan tangan cantik sekali, hitam putih. Corak lukisan itu aku kenal sekali, ditambah dengan warna itu, Rey banget.
"Nay, liat deh, aku nemu ini." Jerry menunjukkan foto sejoli. "Ini Rey sama Liana, Nay! Wah, kurangajar ni si Rey ngekhianatin gebetanku!" lanjutnya.
"Lah bukannya lu malah seneng ya kalau gitu? Wkwkwk." Aku ketawa ngakak menanggapi.
Tapi sengakak-ngakaknya pun aku masih punya rasa. Rasa geer atas semua perlakuan Rey kepadaku. Orang cuek yang bener-bener sok peduli. Hahahahaha, aku berkali-kali menertawakan diri sendiri, tak berdaya mengendalikan rasa yang mulai berjalan ke taraf suka. Syukurlah kalau memang Liana adalah gadis itu.
***
"Nay, ke aula, yuk! Rey pensi, Nay..kamu harus liat!" Nensi teman sekelas Rey menggeret tangaku keluar dari kelasnya.
"Ngapain sih, aku ama Jerry mau liat penilaian tumpeng ke laboratorium kimia." Jawabku.
Nensi melirik Jerry.
"Gampang Nay, nonton Rey dulu juga gapapa."
Andai mereka tau, aku ini bukan siapa-siapa ya Rey. Lianalah yang seharusnya dibeginikan. Hmm..kalau Liana tau, pasti sakit banget rasanya.
Akhirnya kakiku melangkah ke aula dengan pasrah. Nensi dan Jerty terlihat senang sekali, seperti anak kecil yang keturutan ibunya. Kita tepat ada di barisan paling depan. Rey seperti biasa, memegang gitar kesayangannya. Gitar itu dibeli saat dia SMP kelas tiga, dia pernah bercerita padaku tentang itu. Di samping Rey ada Liana, cewek cantik pemain keyboards. Ada Ega yang jago main drum dan yang lainnya.
"Katanya hari ini Rey jadi vokalis juga lho." Berisik anak-anak di belakang.
Aku diam mati rasa. Sesekali kucoba menikmati suasana yang ada, meskipun kusedari tadi berharap ada Selly yang menculikku pergi dari aula ini. Aku cewek pencemburu yang sering berlagak cuek sama orang yang dicemburuinya.
"Lagu pertama kali ini kupersembahkan khusus untuk The New Kapten basket putri tahun ini." Rey mengangkat mikroponnya.
Emang dia bisa nyanyi? remehku. Jerry dan Nensi sedari tadi tidak pernah berhenti bercia-cie. Aku beranjak pergi dengan modus ingin ke kamar mandi.
"Bentar ya aku ke kamar mandi ama mau benerin jilbab!"pamitku.
Aku melangkah keluar cepat-cepat. Rey mulai menyanyi.
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Karena hati telah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati Oh??..
Bayangmu seakan-akan ????
Reff :
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu oh???..
Kau seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi.
-Once, Dealova-
Rey berdiri dan tiba-tiba turun menuju ke arahku yang sedang grusah grusuh ingin pergi dari aula. Sekarang dia tepat di depanku.
"Apa sih, Rey. Aku mau ke toilet!" sahutku. Suara itu tiba-tiba saja terdengar keras sekali di speaker. Sial aku tak sadar jika sedari tadi dia menuodorkan mikropon ke arahku. Semua siswa termasuk kakak kelas menertawakanku --"). Rey juga, dia terlihat puas sekali menertawakanku.
Maafkan aku Rey, aku takut Liana cemburu padaku. Sekali-kali pikirkanlah hal itu.
Komentar
Posting Komentar