Gerimis jatuh tepat saat kami dalam perjalanan ke AAYKPN. Airnya masuk ke ring lapangan basket smada berkali-kali. Ah semoga pertandingan hari ini seberuntung air hujan itu, kataku dalam hati.
"Tanding jam berapa, Nay?"
Rey mengirimiku pesan.
"Jam 14.00. Mau dateng?" Jawabku.
"Iya."
"Ini hari Sabtu, kamu ga ada Misa di gereja sore nanti?"
":)"
Mana peduli Rey akan datang atau tidak.
***
GOR AAYKPN. Tribunnya sudah penuh suporter. Ada spanduk exscosmada yang tak pernah absen membersamai kami bertanding di manapun. Supporter setia. Walaupun orang-orangnya "terlalu nyantai" aku salut dengan jiwa korsa mereka.
"Nay, Rey ke sini?" Dena berteriak senang.
"Iya, katanya."
"Kok mukamu cuek gitu, bukannya seneng? Sok cuek deh." Goda Dena.
Aku cepat-cepat mengenakan jersey dengan nomor punggung 11, kesayanganku. Mengikat rambut, dan mulai mengenakan kaos kaki dan sepatu.
"Loh, kaos kakimu putih?" Kinan nyamperin.
"Lah, emang kaos kaki di dresscode?" Tanyaku.
"Wah wah, calon kapten begitu amet nanyanya. Yaiyalah, biasanya juga gitu kan?" Kinan sewot.
Itu kesalahan tersepele yang membuatku tidak bisa main dan menjaga tas temen. Pelatihku pun tak bisa bicara apa-apa. Aku mengamati sekeliling, barangkali ada yang jual kaos kaki. Tidak ingin melewatkan pengalaman melawan tim basket terbaik di Jogja Stece dan Bopkri. Tiba-tiba HPku berdering.
"Kok ga maen? Sakit?" Rey.
"Enggak. Gag bawa kaos kaki hitam."
"Pake kaos kakiku mau?"tanyanya.
Rey itu. Ah lupakan, aku tidak mau kegeeran.
"Ga mau." Jawabku.
"Di luar deket galeria ada sport station. Mau?" Tanya dia lagi.
Aku sengaja tidak menjawabnya. Kaos kaki di sana mahal, mending ditabung buat beli novel.
***
Quater 1 berakhir.
"Nay, keluar sebentar aku di deket kantin. Tengok ke belakang." Rey.
Aku menoleh ke belakang. Orang cuek bebek berperawakan tinggi kulit sawo matang dan berpenampilan trendy itu melambaikan tangannya ke arahku. Seizin pelatih, akupun menghampirinya.
"Ini kaos kakinya." Rey menyodorkan kaos kaki hitam re***k kepadaku.
"Ya ampun, repot-repot banget si. Aku pinjem dulu ya?!"
"Udah, pake aja. Selamat bertanding."
Siang itu aku masih tak yakin ada orang sepeduli itu padaku.
"Tanding jam berapa, Nay?"
Rey mengirimiku pesan.
"Jam 14.00. Mau dateng?" Jawabku.
"Iya."
"Ini hari Sabtu, kamu ga ada Misa di gereja sore nanti?"
":)"
Mana peduli Rey akan datang atau tidak.
***
GOR AAYKPN. Tribunnya sudah penuh suporter. Ada spanduk exscosmada yang tak pernah absen membersamai kami bertanding di manapun. Supporter setia. Walaupun orang-orangnya "terlalu nyantai" aku salut dengan jiwa korsa mereka.
"Nay, Rey ke sini?" Dena berteriak senang.
"Iya, katanya."
"Kok mukamu cuek gitu, bukannya seneng? Sok cuek deh." Goda Dena.
Aku cepat-cepat mengenakan jersey dengan nomor punggung 11, kesayanganku. Mengikat rambut, dan mulai mengenakan kaos kaki dan sepatu.
"Loh, kaos kakimu putih?" Kinan nyamperin.
"Lah, emang kaos kaki di dresscode?" Tanyaku.
"Wah wah, calon kapten begitu amet nanyanya. Yaiyalah, biasanya juga gitu kan?" Kinan sewot.
Itu kesalahan tersepele yang membuatku tidak bisa main dan menjaga tas temen. Pelatihku pun tak bisa bicara apa-apa. Aku mengamati sekeliling, barangkali ada yang jual kaos kaki. Tidak ingin melewatkan pengalaman melawan tim basket terbaik di Jogja Stece dan Bopkri. Tiba-tiba HPku berdering.
"Kok ga maen? Sakit?" Rey.
"Enggak. Gag bawa kaos kaki hitam."
"Pake kaos kakiku mau?"tanyanya.
Rey itu. Ah lupakan, aku tidak mau kegeeran.
"Ga mau." Jawabku.
"Di luar deket galeria ada sport station. Mau?" Tanya dia lagi.
Aku sengaja tidak menjawabnya. Kaos kaki di sana mahal, mending ditabung buat beli novel.
***
Quater 1 berakhir.
"Nay, keluar sebentar aku di deket kantin. Tengok ke belakang." Rey.
Aku menoleh ke belakang. Orang cuek bebek berperawakan tinggi kulit sawo matang dan berpenampilan trendy itu melambaikan tangannya ke arahku. Seizin pelatih, akupun menghampirinya.
"Ini kaos kakinya." Rey menyodorkan kaos kaki hitam re***k kepadaku.
"Ya ampun, repot-repot banget si. Aku pinjem dulu ya?!"
"Udah, pake aja. Selamat bertanding."
Siang itu aku masih tak yakin ada orang sepeduli itu padaku.
Komentar
Posting Komentar