Langsung ke konten utama

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket?
Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha. 

Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor.

Iya, bermula dari film itu aku jadi suka olahraga Basket. Pada dasarnya aku suka banget pelajaran olahraga sewaktu SD. Dulu, selalu gabung dengan anak cowok main sepak bola, voly, dan basket, karena kebanyakan teman cewekku tidak menyukai olahraga. Di SD, olahraga basket diperkenalkan kepadaku sejak kelas IV, kemudian beranjak ke kelas V dan VI mulai intens bermain. Minatku terhadap olahraga ini berlanjut ke SMP yang tersalurkan melalui ekstrakurikuler di sekolah. 

Di SMP ini aku masih suka nonton film tersebut, karena stasiun TV X sering memutar ulang bahkan berkali-kali sampai aku hapal. Dulu aku juga sempat bermimpi punya rumah pohon. Dan mimpi tersebut terealisasikan, karena aku punya bapak asuh yang lihai sekali membuat beragam bangunan termasuk bangunan dari kayu atau bambu. Waktu itu aku cerita pada ibu tentang keinginan itu, aku juga bertanya-tanya pada Pak Jono, "Pak, bisa bikin rumah pohon ga?" 
"Rumah pohon yang seperti apa?"jawabnya.
"Itu lho, Pak, yang kaya di My Heart."
"Lha nanti mau dibangun di mana?"
"Di pohon manggis bisa ndak, Pak? Pake bambu nanti bikinnya." jelasku.

Kemudian di suatu sore ketika aku pulang sekolah, sudah ada rumah pohon dari bambu yang di cat ungu. Aku masih bisa merasakan bahagia yang kurasakan waktu itu. Agar sama dengan yang di film, aku memasang ring basket di bagian bawah rumah pohon tepatnya di badan pohon manggis. Rumah pohon ini membuatn halaman rumah simbah selalu ramai oleh teman-temanku yang main ke sana. Rumah tersebut dibongkar setelah aku SMA, karena kayunya mulai rapuh. Berbahaya jika dinaiki.

Minat bermain basket mulai berkembang di dunia SMA. Kebetulan saat masuk SMA aku mendaftarkan diri untuk masuk ke organisasi Dewan Ambalan, Palang Merah Remaja, Rohis dan Basket. Tapi orang tuaku hanya mengizinkan untuk ikut ekstra Basket. Jadilah aku menekuni minat ini. Kakak kelas yang supel membuatku semakin percaya diri. Aku mulai cinta basket. Membenahi teknik defense, oven, lay up, vitro, pivot dan memahami beberapa formasi 212, 122, 32, 23 juga 41. Jadi pemain basket punya keseruan tersendiri. Terkadang saat kamu tanding, kemudian banyak teman yang datang mensupport, memunculkan distraksi tersendiri karena seneeeeeng. Selain itu, temen-temen yang dateng dengan yel-yel yang kocak menambah semangat tersendiri untuk melakukan yang terbaik. Jadi anak basket di SMA selama tiga tahun, membuatku akrab dengan banyak teman, juga menemukan insight tersendiri mengenai pertemanan. Kakak kelas yang selalu terbuka dan memanusiakan adik kelasnya. Hahahahaha, meskipun dulu aku adalah pemain basket yang paling cengeng karena paling sering nangis dibentak pelatih, aku gag kapok jadi bagian dari mereka. Basket memberi dampak tersendiri bagi dunia sosialku. Mulai kenal koboynan depan PT Telkom dan Polres Bantul. Mulai mengenal hebohnya even daerah, propinsi hingga DBL. Karena aku tidak ikut organisasi saat SMA, hanya ikut rohis dalam satu periode, cara koordinasi, dan lain-lain aku dapet dari basket, dan mengamati cara kakak kelasku mengoordinasi dan membersamai adik-adiknya. 



Jadi, jika dicheck list saat ini, aku sudah mewujudkan mimpi semasa kecilku, yaitu Punya rumah pohon, bisa main basket kaya Rachel :D, sudah merasakan sejuknya kebun teh meskipun bukan di Bogor melainkan di Kemuning, Tawangmangu. Dan yang terakhir adalah sudah merasakan senyata-nyatanya keadaan kota Bogor.


Perkenalan yang seru.

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?