Langsung ke konten utama

Jejak Si Pemimpi: Kakak-kakak Hebat

"Kok bisa, ya?"

Dua orang itu masih menginspirasi. Role model. Setiap jejak yang mereka tinggalkan membekas di hati orang lain. Pantas saja setiap orang di sekitar sini ingat nama mereka, ingat dengan apa yang telah mereka beri. Setiap langkah mereka bermanfaat. Dan ke mana arah mereka pergi selalu sejalan dengan arah yang ingin kutuju. Sayangnya aku tidak sebrilian mereka.

Sepertinya tak semua orang tau latar belakang kehidupan mereka. Pun aku baru beberapa bulan kemarin mengetahui bagaimana perjuangan hidup mereka. Power yang membuat mereka survive dengan tekad dan kemauannya untuk terus bergerak dalam kebaikan selama ini. 

Dari beberapa orang, dialah yang ternetral dalam berdiskusi tentang banyak hal. Prinsipnya menularkan beberapa sudut pandang padaku. Integritas, ekspektasi, jujur, dan harus punya dasar dalam bertindak. 

"Kalian kalau mau memahami psikologi islam tak saranin pelajari dasarnya dulu, Nduk. Ini aku ada buku 'Paradigma Psikologi Islam'.." dia memberi wejangan kepada kami dengan gayanya yang sangat ngemong. Dia, siapa yang tidak kagum dengan dia.
Banyak harta karun dalam dirinya, yang mungkin dahulu tak dia dapatkan secara cuma-cuma. Aku rindu ada orang-orang seperti dia di sekelilingku. Sungguh, rindu sekali. Ternyata menjadi kakak itu ndak mudah. Perlu melepas keaku-akuan. Sementara melepas keaku-aku-an itu tidak mudah. Oleh sebab itu mungkin kini akhirnya aku harus terbiasa bilang kamu, kamu dan kamu.

Sungguh, masih sering rindhu duduk, kemudian mendengarkan mereka berdua berbicara di depan. Aku senang mendengarkan mereka. Konten dan topik yang mereka bawakan sudah jarang sekali kudengar sejak mereka pergi. Nilai-nilai yang mereka tanamkan perlahan pudar di generasi selanjutnya. Akupun masih malas-malas menceritakan semua makna indah yang kurasakan agar mereka para generasi baru turut merasakan. Dia dan dia..kakak-kakak hebat. Hahahahahaha, jadi inget ini:
"Kak ntar aku nebeng sampai gerbang belakang, ya?" salah satu adik perempuanmu yang mungkin sedang pura-pura tidak tau kalau kamu ndak mboncengin perempuan. Masih ingat betapa gelagapan ekspresimu yang mungkin ewuh pekewuh menolaknya. 
"Hahahahahaha" aku dan teman sebelah menertawakanmu. Cerdasnya kamu tetap bilang, "Iya." sembari mencari solusi biar dia tidak berboncengan denganmu. Kamu akhirnya minta bantuan teman perempuan yang bisa nebengin dia. Penolakan yang lembut. Semoga Allah selalu mempertemukanmu dengan orang-orang yang baik. Amin.

Terkadang saat benar-benar rindhu, rasanya ingin sekali kembali ke komite yang dulu. Berkumpul lagi. Saking nyamannya aku tak punya rasa malu bertingkah konyol di depannya, saking nyamannya sudah beberapa lagu kunyanyikan di depannya tanpa ragu. Keluarga baru, saat periode itu terbentuk hingga sekarang. 

Mereka berdua sepasang sahabat yang pas. Meski keduanya saling menjelek-jelekkan satu sama lain -__-). Kakak yang selalu merespon segala kekepoanku yang ga penting dengan jawaban-jawaban yang bahkan sebagian tidak kutanyakan. Selalu tahu cara memanusiakan orang lain. 
"Oh,kamu lagi neliti tentang pernikahan, cari aja tuh skripsinya mbak ini,,bla bla bla."

Mereka berdua. Teman perjuangan yang pas. Terkadang membuatku ingat dengan teman-teman perjuangan di sekolah menengah atas. Tiara yang masih memegang mimpinya ingin ke Eiffel (yang sekarang udah sampai Thailand), Anes yang masih dengan asa dan tekadnya( yang abis menyabet Juara Harapan I Lomba nulis puisi), Ayuk yang masih menularkan semangat menulis(yang udah melalang buana dengan penelitiannya), Hana Prastawa yang udah dapet kontrak kerja arsitek, Hega yang udah seminar proposal(selamat udah ada yang ngejagain, tinggal nunggu disah-in), dan teman seperjuangan lainnya. Aku nangis guling-guling merasa semangat-semangatku mati, keberanianku mati, ambisiku mati seketika saat jauh dari mereka. Bahkan mengangkat tangan untuk angkat bicara saja ragu-ragu sekarang. Spontanitas itu entah kabur kemana.

Biarin aja tulisannya menye-menye. Sekarang saatnya sadar penuh hadir utuh. Menghapus keluh. Bermuhasabah. Jadi ingat ini:
"Mbak, kenapa ya aku kurang dalam hal ini?"
"Ya  biasanya kalau kurang dalam hal itu, Allah akan selalu mengujimu dengan hal itu, dek, hingga kamu bisa. Jadi mau ga mau kamu harus berusaha menggenapi kekurangan itu dengan mencoba melakukannya."
Sebenarnya apa sih yang membuat kamu ndak bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpimu? 

Dua orang itu. Ternyata siapa sangka salah satunya jadi tester tes Pauli dan IST-ku secara tidak sengaja. 
"Dek, kamu bisa datang, kan?"
"Duh,mbak maaf aku baru bangun. Masih bisa, mbak?" Hari Sabtu jam 08.00 WIB , tapi jam 07.50 baru bangun.
"Bisa, dek."
Akhirnya aku ke kampus langsung menghampiri kakak tingkat. 
"Oh, Galih ta testeemu." kamu tiba-tiba bicara. Kenapa emang? :/
Kupikir mbak A yang bakal ngetes aku, ternyata tukeran sama mas B. 
"Dek,kamu sama mas B, ya!" Mbak A memberitahu.
"Oh, mas B yang ngetes?"
"Iya, dek. Lha gimana,dek. Kalau keberatan ndak sama aku ya ndakpapa." Kata mas B kurang lebih jika diparafrasekan.

Setelah tes itu selesai, seperti biasa aku selalu menagih hasilnya. Meskipun tidak dikasih-kasih sampai aku semester 6. Sekali tahu hasilnya, di publish di depan kelas -__-) di mata kuliah PD III, kebetulan kakak hebat ini jadi asdos PD III.
"Jadi ini contoh laporan tes blablabla." menjelaskan di depan kelas.
Itu kenapa ada namaku ya? 
"Oh,maaf ada orangnya ya, di sini. Sebentar.." kemudian mengganti beberapa identitas (-______-)
 Yups, namun hasil tes itu cukup banyak membantuku dalam menyadari beberapa hal :D Jazzakallah.

Andai saja, terus bersama setiap masa, sehati.
Suratan Tuhan kita di sini menapaki cerita bersama
Cinta berkawan karena sehati, dalam kasih Illahi
....
Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang
Simpan rapi, harapan berkawan, selamanya
_Cinta Berkawan, Edcoustic_ 

Sebenarnya apa sih yang membuat kamu ndak bisa mewujudkan apa yang menjadi mimpimu?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?