Sebaiknya
aku tahan dulu tirai-tirai yang lekat dengan jendela
Menahan
sinar yang selalu paham akan dingin kepalaku, kini
Menahan
tatapan mata yang masih menenggelamkan rasa ke dalam ruam
Kemudian, mengizinkan angin memasuki ventilasi kecil
Agar
terasa hidup
Agar
tidak mati
Kepada
bandar rasa yang bersemayam di lubuk setiap manusia
Mulut
yang bungkam rasanya ingin bercerita
Didengar
oleh telinga kemudian dibalas dengan irama kata
Seperti
selayaknya
Seperti
seharusnya
Tidak
hanya dibaca saja
Pun
tidak hanya diabaikan saja
Kepada
bandar rasa yang bersemayam di lubuk hatiku dan hatinya
Kenalkanlah
diaku dengan rasa yang seharusnya
Atau pertemukan harapannya dan harapanku dalam ramuan rasamu
Hingga
mampu membuat kami bijaksana
Masih
tak sanggupku membuka jendela
Tirainya masih tertahan
Inginku
kembalikan saja rindu, cita dan cinta yang tlah kutabung,
Atau
kubebaskan mereka berkelana
Kulepas
saja yang selama ini kujaga
Bukankah
tak akan berdampak apa apa pada dia?
Biar
mereka sendiri yang berbicara kepadanya
Pada seseorang yang takkan pernah membuatku membukakan pintu
Untuk
seseorang yang lain
Bogor, 30 Juli 2016
Komentar
Posting Komentar