Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Bagaimana hubunganmu dengan Tuhan?

Mungkin kita sedang berjarak. Jauh sekali. Dampaknya, temaram acuh padaku. Lalu lalang sepeda motor dan jalanan kota enggan tuk dinikmati, enggan tuk dipahami. Padahal sudah kusuguhkan waktuku. Berkumpul membuat gulana terasa menyiram Betapa tidak, jika setiap temu selalu mencipta tanda seru Tak bisakah kita pahami satu persatu bagaimana dirimu dan diriku. Ah, mungkin karena aku dan Dia sedang berjarak.  Seminggu yang lalu hingga sekarang. Aku berasa seperti magnet. Semua hal mendekat, kemudian menumpuk seperti gunung. Bergemuruh di bagian bawah kepalaku. Jikalau boleh berkata jika. Sayangnya kumemilihnya tidak. Membiarkan satu per satu kutuntaskan. Aku paham semua aktivitas yang lain sangat berharga, sangat penting dan sayang untuk ditinggalkan. Penelitianmu, organisasimu, dan semacamnya. Itu yang membuatku tidak memberatkanmu. Aku terlihat free, bukan? Hingga suwaktu waktu aku merasakan hal yang lebih parah dari itu. Aku tidak merasa berjalan saat aku berjalan. Yang ad...

Kamu, Jadilah Kuat dengan Bersyukur

Sejak aku tau menyesal itu adalah hal yang sia-sia dan tidak akan mengembalikan pada kondisi semula, aku memilih menghadapi (dengan caraku) dan mensyukuri segala kesulitan ini. Ke depan aku tidak tau siapa saja yang akan bertahan bersama dan beranjak pergi meninggalkan atau sekaligus melupakan aku. Aku tidak tau siapa yang akan diamanahi Tuhan tuk menjaga diriku, membersamai dan menghargai keberadaanku. Bukan, ini bukan menyoal tentang pendamping hidup, lebih luas dari itu. Sejujurnya orang-orang yang membutuhkan kemudian meninggalkan aku begitu saja membuatku takut. Bahkan terkadang membuatku ingin melepaskannya begitu saja, sehingga sama-sama meninggalkan. Ingin melupakan segala proses bersama kenangan-kenangannya. Ingin kuhilangkan hal yang terasa sangat menyakiti. Ingin kumatikan saja ingatan yang mengurai air mata saat muncul dalam pikir. Beruntungnya Tuhan mengaruniakan kesadaran. Kesadaran tentang persinggahan HIKMAH yang ia tabur ke sudut-sudut dunia, membuatku berpikir ...

Dalam Dekapan Ukhuwah

"Ya, setiap orang. Siapapun mereka. Yang baik, juga yang jahat. Betapapun yang mereka berikan pada kita selama ini hanyalah luka, rasa sakit, kepedihan, dan aniaya, mereka tetaplah guru-guru kita. Bukan karena mereka orang-orang yang bijaksana. Melainkan karena kitalah yang sedang belajar untuk menjadi bijaksana." (Salim A. Fillah, Dalam Dekapan Ukhuwah) Begitulah kiranya closing statement dari materi yang disampaikan oleh murabbiku,  mbak Irine. Hari Senin, 12 Desember 2016 adalah pertama kalinya aku menjadi mutarabbinya, pertama kali bertemu dengannya dan pertama kali melingkar. Lingkaran baru setelah sebelumnya telah berganti sejumlah empat kali lingkaran dengan anggota kelompok yang berbeda, dari mbak Evi di semester 1-3, kemudian berlanjut dengan mbak Trini semester 4 dan 5, lalu mbak Syila semester 5, dilanjut mbak Titis semester 6-7 dan akhirnya berpindah ke mbak Irine di semester terakhirku (amin).  Hari ini langit sedang muram, wajahnya kusam oleh me...

Satu Meja

Saat hujan. rasanya aku ingin duduk satu meja menyeruput satu cangkir kopi hangat dengan seseorang iya, seseorang yang membuat hatimu tertambat pada namanya Saat hujan. Pikiran dan perasaanku berunding tiada meja untuk dua cangkir kopi, sebelum ada yang memesannya Siapa yang akan memesan, kamu atau aku? Bagaimana jika kita saja :)

Aku Huhuhuhu, Kalian Hahahaha

Jadi ceritanya adalah tentang kaka.en. Belakangan ini sedang sibuk-sibuknya mengurus pendaftaran dan mengumpulkan berkas seperti surat keterangan sehat, slip bukti bayar, surat pernyataan, dan lain-lain. Ada beberapa teman yang membuatku khawatir. Sungguh, sampai kepikiran terus. Tiap hari aku personal chat, "Gimanaaaaa?" "Udah daftaaar belum?" Sebut saja mereka si A dan si B. Dua-duanya sibuk sekali mengemban amanah di badan eksekutif mahasiswa fakultas. Kesibukan mereka membuatku khawatir menjadi tidak sempat mendaftar online. Tiap hari aku hampir ngecek siapa aja yang udah daftar KKN Buding Belitung Timur periode Januari-Februari 2017. Tapi nama mereka selalu tidak ada. Aku curiga, mereka berencana keluar :((((.  "Aaaaa, gimanaaaaaa?" (cuman diread) Hingga akhirnya berhembus kabar kalau pendaftaran online KKN ditutup sementara mereka belum daftar. Huhuhu.Terkadang aku sebel kalau ngechat orang cuman diread. Tapi keesokan harinya, si A ngech...

Tok tok tok

"Hffff..." Pagi datang lagi. Emang kenapa kalau pagi datang lagi? Yups, beberapa bulan ini aku sedang ingin bersembunyi dari pagi dan ingin bertahan bersama malam. Meskipun pagi tidak akan mencariku, namun bersembunyi cukup menenangkan, meski pada akhirnya aku akan tetap melihatnya dengan pikiran yang teramat berat. Alarmku bukan lagi bersumber dari dering hanphone, tapi dari berbagai pertanyaan tentang beberapa job yang sedang diemban. Beraaaat. Iya, berat sekali. Kadang membuat sesuatu yang hadirnya bermaksud membahagiakan menjadi bertolak belakang. Kehilangan selera kebahagiaan. Kebahagiaan yang biasanya sederhana, menjadi seolah bersyarat.  Pagi datang lagi. Huwaaaa~ siapkah?  Ah lebay sih. Emang apa keistimewaan malam yang membuatmu ingin bertahan? Banyak harta karun di sana. Karena malam sepi, karena malam punya temaram, yang menerima kesendirianmu, yang tidak protes pabila kudiam sedari tadi , dan tidak pernah menyuruhku mengerjakan yang lain.  Pagi da...

Duhai, tahukah kamu?

Bahwa sebagian besar wanita itu pencemburu. Tidak penting nantinya 'kamu' dengan siapa. Yang terpenting adalah aku menyemogakan dirimu agar suatu saat nanti jika telah ada yang mendampingi, kau mengerti bagaimana cara menjaga hatinya. Duhai, pahamkah dirimu? Betapa tegarnya seorang wanita yang tersenyum Saat seorang yang dicintainya bercengkrama dengan 'teman'nya Saat seorang yang dicintainya menceritakan seorang perempuan selain ibunya Duhai, mau mengertikah kamu? Betapa teguhnya perasaan wanita Saat ia memahami, dirinya tak diperjuangkan Namun masih berusaha untuk menjaga hati Adamnya

Kamu(ku)

Saat senja berpaling dariku Matahari tak mampu mengeringkan peluh yang basah Hujan menjadi tempat berteduh saat sunyi Keramaian tak mampu mengingatkanku tentang rasa tentram Mata manusia terpejam Dan aku tersungkur bisu Buram mengapung di batas wajah pada akhirnya hal yang paling kuyakini adalah pertolonganMu
"Apa kabar?" "Sehat?" "Yuk aku temenin makan!" "Kamu di mana?" "Jangan lupa Baca Al-Qur'an, buat capeknya hilang. Semangat!" Bagaimana perasaanmu saat segala situasi menuntutmu bekerja full time n team, tetiba ada seorang teman yang menulis beberapa pernyataan dan pertanyaan di atas secara personal? Tentu saja jika jawaban versiku adalah Aku akan tersenyum, karena seolah ada beban yang terhapus dengan sendirinya seiring hadirnya pertanyaan dan pernyataan itu. Ternyata ada yang masih memedulikan diriku saat aku bahkan tidak sedang peduli dengan diri sendiri. Ternyata Tuhan memberi kekuatan, saat berbagai kondisi sedang aktif menggunakan kata kerja minta. Ternyata bahkan seseorang yang tak disangka-sangka memberi dukungan yang baik. Aku merasa ada yang pantas kuperjuangkan, yang prosesnya harus sanggupku jalani dengan baik, agar hasilnya membukti bahwa dukungan mereka tidak sia-sia serta sangat berarti. Itu jauh lebih ba...

Dia yang Kamu Sebut Namanya

Seolah Tuhan memperlihatkan kepadaku sebuah jawaban Pada setiap detail pertanyaanku yang tak pernah tertuju Yang kurangkup pada perahu cinta setiap panggilanNya Siapa gerangan? Seolah Tuhan memperlihatkan kepadaku sebuah jawaban Dari setiap hati yang kujaga, dari setiap jauh yang kulipat Dari setiap jatuh yang kubangun Dari setiap tatapan yang kuingkari Dari setiap waktu yang kubebaskan Dengan segala penghapus harap Dengan segala pengendali rasa Dengan segala khilaf yang terangkum maaf Kau jauh lebih mencintainya, bukan? Nama yang kau sebut itu
"Duhai yang terpenjara dalam lubuk, tak terbaca oleh mata dan tak terdengar oleh telinga. Berikan saja apa yang ingin kau beri, tak usah dibungkus dengan apapun. Suatu saat nanti, kau akan tau sendiri bagaimana cara membungkusnya, tak akan kesulitan seperti sekarang. Saat ini, mulailah membagi apa yang ingin kamu bagi, biarlah dulu mengalir apa adanya :)"

Hadiah untuk November

Duhai, Rasa Cinta: Bersabarlah “Bay, kamu ga ke kantin dulu?” Sapaku kepada Bayu. Bayu adalah teman kecilku. Kulitnya sawo matang, rambutnya lurus, perawakannya sedang tidak tinggi tidak pendek. Sama sepertiku, bedanya hanyalah pada perawakan dan nama kami saja. Tingginya sedang sementara diriku pendek. Aku Esa, sedangkan dia Bayu. Rumah kami juga berdekatan. Selain itu kami sama-sama anak ke lima dari enam bersaudara. Sejak kecil kedua orang tua kami bersahabat. Dunia persahabatan mereka meregenerasi pada kami. Belakangan ini sikap Bayu tidak seperti biasanya. Ia menghindar jauh dariku. Bagaimana aku tidak merasa kehilangan? *** Desa Kemuning dibungkus oleh perkebunan teh yang terbentang luas di kanan kiri jalan. Daun teh di setiap tangkai tanamannya menuang kehangatan dalam dingin. Embun timbul di atasnya dan merekamku yang sedang berjalan mendekat. Akulah yang konon bilang kepada Ibu, “Aku mencintai pagi.”   Hal yang membuatku tak segan melipat selimut di pagi b...
Penguat itu adalah dia yang mampu membuat dirinya hadir saat sebelumnya sungguh tak berpikir ingin hadir. Siapa yang ingin setiap harinya ditanyai tentang pekerjaan-pekerjaan dan pekerjaan. Diingatkan tentang pekerjaannya. Diminta untuk menelisir kata kerja. Tentu sebagian besar akan menjawab tidak ingin. Karena itu melelahkan sekali. Seseorang harus punya waktu untuk beristirahat. Setidaknya menjeda sejenak untuk memikirkan dan melakukan hal-hal yang ringan dan dia sukai.  Tapi tidak semua sependapat dengan itu. Bagi kaum profesional, banyaknya amanah yang telah diterima berbanding lurus dengan kesadaran akan konsekuensinya. Jarang ada yang menimbang bagaimana kondisi tubuh,pikiran dan apa yang dibutuh serta apa yang sedang diingin. Jarang ada yang memahami bagaimana beban kerja dan seberapa banyak hal yang harus dilakukannya, sebelum hadir 'permintaan'. Wajar jika ada beberapa orang yang mencari 'rumah'. Tempat yang tenang dan nyaman. Atau menghilang, mengizink...

Syukur

Apa yang pupus dalam dirimu Yang membuat mata buta padahal terbelalak Apa yang terluka dalam dirimu Yang membuat kepalamu berat, hati enggan merasa dan kaki malas bertindak Apa yang hilang dalam dirimu Yang membuat cinta, rindu, kasih sayang dan tenang kau biarkan jauh merangkak Apa yang salah pada dirimu? Yang membuatmu mencoret setiap langkah yang berjejak Apa?

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Dari Mana Jiwa Puisimu?

Tulisan itu mengalir. Jiwanya tak melulu milik penulisnya. Raganya bisa jadi meminjam ragamu. Jadi, jangan terlalu yakin jika sajaknya teruntuk penulisnya sendiri, Bisa jadi jatinya adalah jatimu Kemudian meminjam tangannya untuk mewujud aksara Pada intinya, menulis itu bebas. Tak harus menulis apa yang sedang kamu rasakan, boleh saja menulis apa yang orang lain rasakan (^^) awas hati-hati, jangan sampai 'terjebak'.

Di Angka ke Sebelas

Rayakanlah hari mu pada angka ini Kau tak berhasil menangkap senyuman merah jambu Yang saat kau ada, senyuman itu semakin memerah dan mengembang Kau tak sadar siapa dirimu di mataku Kau pun tak bertanya Kau tak berhasil merasakan bahagia yang kurasakan, Tak pula mampu mengerti caraku memaknai hadirmu Kau tak berhasil memahami bahwa kau berharga, bagiku  Kau, Kau tak perlu memaksa diri tuk mengosongkan bagian dari hatimu untuk mengusahakan keberhasilan itu Relakan saja aku hidup bersama makna yang barangkali jika kau tau, kau akan meluruskannya Biarkan saja aku menemukan jawaban tentang segala tentangmu sendiri Terima saja jika suatu waktu aku menyadari ketidakberadaanku di hatimu Rayakanlah harimu pada angka ini, Kau telah berhasil membuatku percaya, Bahwa aku tak ada lagi Pergilah, Tak usah kau pikirkan lagi apa yang telah terjadi Perasaanmu Perasaanku Akan menemukan cintanya sendiri

Mengapa Malam itu Gelap?

A: "Mengapa malam itu gelap?" Seseorang bertanya padaku. B: "Karena saat mewarnai, aku cuma punya pulas hitam." A:"Mengapa malam itu gelap?" Tanya dia lagi. Kali ini sedikit serius. B:"Itu PR mata kuliah apa sih?" 👀 A:"Mengapa? Jawab!" B:"Karena tidak ada sinar di sana." jawabku A:"Nah, biar malam punya sinar, gimana kalau kita saling mempersiapkan diri, kamu bintang aku bulannya?" B: Nyari kunci jawaban --"

Tentang Dingin Ini

Sebentar lagi, hujan akan menghapus jejak langkah yang datang dan pergi Debu akan kembali ke tanah Aku berkemas, melipat jarak Biarlah Tuhan yang Menjadi Saksi Dingin siapa yang menghangatkan Dinginnya es atau dinginmu Dinginnya iman atau harapan Dinginnya cintaNya atau ketaatan duniawi Sebentar lagi, hujan akan menghapus jejak langkah yang datang dan pergi Debu akan kembali ke tanah Aku berkemas, melipat jarak Dan membentangkannya kepada kepastian Ilahi

Memahami Kesetiaan

Saat menyematkan kata awal dalam tulisan ini, aku menghela napas tipis. Ada hal yang begitu berat. Tak mampu diamati dari fisik. Karena ini tentang dunia kecil, yang diibaratkan sebagai manusia di mana jiwa menjadi penggeraknya. Jiwa berada di dalam diri, tak semua orang mampu mengerti.  "Kalau diri sendiri mampu dong mengerti jiwanya?" "Belum tentu." "Gag bisa gitu, aku tau apa isi hatiku, isi dari jiwaku." "Tapi saat ini kamu pasrah, kedua bola matamu memerah. Kamu memaksakan dirimu untuk mencapai  sesuatu yang tidak bisa dilakukan. Ibaratkan kamu adalah bunga sedap malam yang terbiasa hidup di daerah dingin, kemudian kamu ingin hidup di Solo yang lumayan panas misalnya. Mungkin sesekali kamu bisa bertahan, tapi karena pada dasarnya kamu butuh suhu dingin, keadaan membuatmu layu, kering dan mati. Keinginanmu itu mewujud beban, karena dalam meraihnya, kau lupa mencintai diri sendiri." Kurang lebih seperti itulah percakapanku dengan ...

Fiksi: Sejenak Hening

Hujan jatuh di atas jalanan kota Solo. Derasnya membendung suasana temaram, aku suka nuansa ini.  Semenit yang lalu aku baru saja keluar dari kos Kepatihan Putri, hingga akhirnnya sampai di perempatan Sekarpace menuju arah belakang kampus. Saat lampu hijau menyala, rasanya aku ingin memutar arah. Berbalik arah menuju stasiun kemudian membeli tiket ke Jogja. Hahahaha, untungnya aku tidak seimpulsive itu. Aku terus berjalan menuju belakang kampus sembari menyembunyikan air mataku di balik hujan yang bersamaan mengalir di pipi.  Biasanya aku ke Kentingan hanya untuk beberapa urusan, membeli susu di kedai Mbok Sri, makan, membeli sesuatu dan main ke kosan teman. Namun saat ini, aku hanya ingin menuju dan melewati suatu tempat. Nurul Huda berlanjut ke arah depan Rektorat melewati bukit Kendil yang katanya angker itu. Kampus UNS jam 19.30 sudah lumayan sepi. Hanya ada satu motor di belakang, itupun nyalip, sampai aku benar-benar sendirian menyusuri jalanan menuju Rektorat. Aku ...

Salah Satu Kekonyolan Zaman SMA

Hari itu, aku lupa. Pelajarannya pun tak ingat. Lebih jelasnya, saat itu Bu Marzukoh marah kepada kami sekelas, dan tidak mau mengajar kelas kami hari itu. Kemudian, aku dan seorang teman bernama Mutiara Ayu, berinisiatif  untuk mendatangi beliau ke kantor. Kami mewakili siswa kelas XI IPA 4 minta maaf kepada beliau karena ramai dan ngobrol sendiri-sendiri saat beliau mengajar di depan kelas. Alhamdulillah, setelah mendapat nasehat panjang, beliau mau untuk mengajar kembali. Saat itu masih jam ngajarnya beliau. Kami pikir saat itu beliau akan masuk kembali minggu depan, sehingga berpikiran bahwa kelas kosong. Kami berdua ke perpustakaan sampai jam mata pelajaran yang kami kira kosong ini habis.  Setelah bersantai-santai di perpustakaan, kami kembali ke kelas. Ada salah satu teman kami menyampaikan, "Ge, kowe karo Ayuk mau digolekki Bu Marzukoh, kon menghadap beliau ke kantor guru." (read: "Ge, kamu dan Ayuk dicari Bu Marzukoh, disuruh menghadap beliau ke kantor guru...

Salah Satu Hal

Salah satu hal yang membuat Solo(khususnya di daerah Tegalharjo) lebih asik dan seru dari tempat tinggal asal (Bantul) adalah jarak tempuh ke Gramedia. Gramedia terasa sangat jauuuh dari Bantul, 40 menitan dibersamai jalanan yg ramai dan terkadang macet. Setelah di Solo, I'm so excited..karna kalau mau ke Gramedia tinggal "cling" 15 menit sampai dengan mengendarai motor. Dan kalau ga ada motor, tetep bisa ke sana naik Batik Solo Trans (4,5k) di mana haltenya juga deket ditempuh dengan jalan kaki dari Kosan. Sehingga sewaktu-waktu jika ingin mencari hening, aku bisa pergi ke sana sesuka hati ^^ Aku tidak tau, sejak kapan aku jatuh cinta dengan tempat   bernama Gramedia.

Represi

Kemarin kakak kandung laki-lakiku mengantar ke sebuah toko buku terbesar di kota. Aku bahagia sepenuh hati, kali pertamanya aku pergi ke toko buku bersama masku. Rindu yang buncah kini menggema. Seolah nyata. Dia dengan riang mengajakku berkeliling, ke pusat perbelanjaan memenuhi kebutuhan ibu, ke kebun mawar, ke kebun sedap malam, ke kebun lily, ke kebun dahlia, ke telaga Sarangan, main ke kosanku dan akhirnya pulang lagi ke rumah,berkumpul di dapur menyantap cerita renyah. Aku sangat merasakan ada keutuhan itu. Suasana utuh yang kurindu seperti pulang. Cerita-ceritaku yang belum selesai seakan tersambung kembali. Terakhir aku melihatnya tertawa lepas, matanya memandangku penuh kasih sayang dan hangat. Dia tampan mengenakan kemeja kotak-kotak hitam dan celana kain dengan warna seirama, pakaian yang paling sering dipakai. Waktu aku ingin bilang kepadanya , "Ternyata mas,masih ada :) !" aku sudah kadung bangun duluan.

Kamu mau apa?

Mau sesegera mungkin balik ke Jogja. Menjemput ragam aktivitas dan hidup kembali di kota ini. Jadi relawan teras dakwah, dan organisasi yang menjembatani dekatku dengan Yang Esa. Atau membangun karya serta usaha bersama sahabat-sahabat tercinta. Juga mengumpulkan ilmu sampai akhirnya ada yang menjaga. Iya, aku akan sesegera mungkin kembali ke Jogja :"))

Untuk Nama yang Ku Tulis Hati-hati, dalam Hati

  Di titik nol Malioboro Kau bilang akan berlari, dariku Lantas kubilang, aku takkan mengejarmu! Aku akan berhenti Di titik nol Malioboro Kau tlah pergi jauh menghilang Jejak kakimu melanglang Temaram telah meniup bayanganmu terbang Di titik nol Malioboro Aku tetap berhenti Teringat namamu yang ada di dalam hati Kau lupa membawanya lari

Duhai, Syafakillah yaa^^

Setelah gagal bersabar untuk melalui semua ini di Solo, dan baru berencana pulang setelahnya.. akhirnya Ibu dan Mas Ipar yang selalu mau kurepotin sedang dalam perjalanan menuju Solo, tepatnya kos kepatihan. Iya, akhirnya aku pulang. Tamu-tamu ini sungguh tak tau diri dalam menyita seluruh pertahanan tubuhku. Huhuuuuu Huhuuuu Cuma bisa senyum2 nangis saat ada teman kos yang tetiba masuk membesuk. Ya Allah, terimakasih atas rezeki teman baik, terutama teman kos yang bersedia menjadi relawan, Grace yang beberapa kali nyariin makaaan, Echa yang mau ngrebusin air, Aisha yang suka kritis nanya, "Hari ini udah nangis apa belum?" Hahahaha, Arum, Cia, Ulva, Cora, Mbak Avi, Dek Resta, Dek Manda dan dek Maulid. Daaan Merry yang tetiba mau mampir kosan walaupun udah kubilangin kalau kulagi kedatangan tamu yang bisa nular sesuka hati, makasi ya Mer..dah mau nemenin ke bengkel meriksain pitungku😆. Alhamdulillah. Seharian ini tidur rasanya ndak enak banget. Panas dan ga tahan...
Sebagai mana fitrah itu turun dari langit yang membiru dari rindu yang membukit dari airNya yang berhulu ke telaga tenang Sebagaimana seharusnya, Mencintaimu tak membuatku merasa sakit :)

Kau Harus Hidup

Hiduplah dalam puisi-puisimu Jika dunia segan membuatmu hidup, atau dirimu sendiri yang enggan hidup di sana. Tinggalah dalam rima-rima yang kau ingini Hidup dan berkembanglah dalam cerita-ceritamu, Barangkali tokoh-tokohnya lebih mengerti apa maumu Barangkali tinggal di sana akan membantu dirimu jujur dengan hati dan logika-logikamu Hiduplah di sana, dan jangan kembali Aku tak ingin kau sakit

TEntang (sebuah) MAntra kehidupaN

Pergilah jika ingin pergi. Di dunia ini, malam tetaplah malam. Sepi dan gelap. Bintang menjadi sesuatu yang didamba karena sinarnya yang terang dan mampu memberi nyawa keramaian. Kamu suka keramaian kan? Sedangkan aku adalah hening. Bulan dirindui keramahan lengkung senyum sabitnya. Ah tapi tak juga. Malam tetaplah malam. Sunyi. Jarang orang yang suka sunyi, jarang orang yang suka sepi. Tapi pada akhirnya hanya malam yang meminjamkan waktu merebahkan diri, dan bercengkrama dengan hati, sambil menunggu matahari. Suatu saat ku semakin terjerembab dalam penjara yang menjebak satu persatu pemikiran. Suatu saat sekujur tubuhku kaku. Dan pada akhirnya pula, hanya Tuhan yang menyelamatkan aku. Pergilah jika ingin pergi. Karena sedari dulu ku menyadari, kau akan pergi. Mana ada yang mencintai malam tanpa bintang dan bulan?