Langsung ke konten utama

Tentang Solo #1

Solo. Aku baru menyadari kota ini teramat nyaman dihuni. Bukan hanya membuatku betah, namun jatuh cinta. Awal merantau di kota ini, rasanya aras-arasen, beli tempat pensil di mana ya? Beli sayuran di mana ya? Semua hal-hal penting sampai pertanyaan sepele tentang peniti jilbab dan tempat beli tanaman aku tanyakan. Sudut-sudut kota ini telah keriput memang, jika di dalam psikologi perkembangan telah memasuki masa Lansia di mana terkenal dengan fenomena sarang kosong. Entah kenapa Solo tidak akan merasakan hal itu,karena menurutku kota ini bakalan bikin orang susah move on. Mereka bakalan kembali pulang dengan sendirinya membawa oleh-oleh rindu yang lebih menggebu dari sejoli yang sedang kasmaran. 

Setelah singgah cukup lama yaitu tiga tahunan, aku merasa mendapat jawaban yang jauh melebihi ekspektasiku. Aku menemukan Pena, Gramedia, Toga Mas sebagai tempat favorit berbelanja :D biasanya aku cuma pergi ke toko Pantes untuk refreshing. Anak Bantul pasti tau toko Pantes. Toko alat tulis dan buku-buku. Di kota ini aku menjadi lebih sering membeli buku karena Gramedia atau Toga Mas dapat ditempuh dalam waktu 10-15 menit dari kos-kosan, terkadang aku butuh ke sana untuk refreshing meski ujung-ujungnya harus menipiskan dompet karena mendadak ada buku yang pengin dibeli. Aku juga menemukan pasar Ledoksari, dulu waktu lagi seneng-senengnya masak masakan rumah aku sering pagi-pagi mruput ke sana. Pasar tradisional, yang masih bisa beli bawang merah, cabe, bawang putih, laos jadi satu cuma 3000. Menemukan martabak Bangka yang enaknya kebangetan, apalagi yang rasa coklat :') kesukaan anak kosan banget. Menemukan Bakso Alex, Ayam Blitar, Bakso Cak Man, Ramen Nagoya belakang kampus yang uenaaak abis(menurut lidahku), bikin aku ketagihan pengin makan ke sana ngajak temen Jogja.  Menemukan susu Shi Jack yang bikin ngidam dan bela-belain keluar malem ngajak Dhila ke sana cuma pengin susu coklat anget dan susu sirup :') Btw, kok yang ditemukan makanan semua? hihihihi. Itu beberapa tempat makan yang sering banget dikunjungi kalau lagi keluar makan bareng temen-temen.Yang lainnya ada Paschoco, kalau kamu pengin makan coklat sampai eneeek, mangga mampir aja ke sana, tempatnya Selatan Matahari Singosaren (kalau ga salah inget).

Masih dengan awalan kalimat: menemukan.
Menemukan fotokopian yang multitalent :3 karena menyesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa :3 Cetak KRS misalnya atau printcopy yang bikin ngirits. Menemukan Nong-nongan tempat kulakan waktu masih bisnis wallstiker, sok-sok.an pengin finansial mandiri :D. Tapi Solo ini memang mendukung banget buat kamu yang suka bisnis, mulai dari bisnis makanan sampai pakaian bisa banget dan mudah kulakannya. Selain itu banyak sekali komunitas bisnis  di sini, sekolah bisnis juga ada, Khadijah School namanya, bentuknya seperti pesantren, jadi selain dapat ilmu bisnis yang sesuai syariat kamu juga bakalan dapet bekal buat pulang ke negeri akhirat, asal manusia :'). Banyak yang aku temukan di sini, termasuk menemukan perasaan yang masih berkembang sejak dua tahun lalu hingga sekarang (maunya dibawa sampai Surga, amin) dan persaudaraan. Hehehe.

Di awal semester aku menemukan Teh Aik. Cewek yang dewasa banget, istriable, gampang bikin orang nyaman,pengertiaaaaaaan~. Iya, aku inget banget waktu itu di lobby, waktu madingnya masih di selatan lobby, sekarang udah di depan rk 1 soalnya. Dia make baju item kerudung item. Doi adalah orang pertama yang kepingin tau tentang aku yang bukan siapa-siapa ini. Terharu. Aku merasa menemukan teman baik saat itu :') dan gag merasa sendiri lagi di kota rantau yang gag punya pantai ini. Diam-diam dia inspiratif orangnya.

Aku hampir selalu punya teman baru setiap pulang kampung. Iya, teman ketemu di kereta. Teman ngobrol. Ibu-ibu,mbak-mbak, teman seumuran, mas-mas, bapak-bapak yang nglajo Solo Jakarta cuma buat ngluwangin waktu buat istri dan anak-anaknya :'), dan sebagiannya ternyata anak UNS beda fakultas. Itu dulu waktu pulang kampung masih ringan banget langkah kakinya, sekarang setiap pulang selalu tidur di kereta, istirahat.  

Solo nyaman banget, apa-apa ada di sini :'))) Jalanannya juga mudah di hapal. Rumah sakit, apotik, dokter kulit, gigi, hewan, lengkap :')).

Aku,saking alaynya sampai mikir, 
"Kenangan apa ya, yang bisa aku kasih ke Solo sebelum aku kembali pulang ke Jogja (1 tahun lagi, insyaAllah)?"

Sayangnya di sini gag ada es Oyen, di sini kalau servis motor ga bisa sekalian nyuciin, hehehe.

Solo sudah lama menanggalkan paras remajanya, namun jiwa orang-orangnya selalu muda :)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?