"Karena seperti kita yang tidak selalu mengerti detail-detail proses seseorang menempa kehidupannya, merekapun begitu. Jadi, terus maju, jangan mundur sebelum Ia berkehendak." Kataku.
Lagi-lagi aku selalu bilang, "Kamu itu beruntung."
Kepada mereka yang telah diarahkan jalannya melalui kedua tangan Abi dan Umi.
Kepada mereka yang telah melalui berbagai kemudahan mendekat padaNya
Kepada mereka yang lahir di lingkungan yang lebih islah
"Kamu itu, beruntung."
Karena masih banyak orang yang mencari-cari jalan untuk meraih puncak kedekatan kepadaNya
Karena masih banyak orang yang kesulitan mencari jalan yang kini telah atau sedang kau lalui
Karena urat nadi seringkali kehilangan rasa lekat pada Dia yang sesungguhnya sangat dekat
Di bus menuju Surabaya, seorang teman, partner kerja di sebuah organisasi, di sebuah wadah yang banyak mengajarkan integritas, ia sodorkan mata penuh ketulusan, dan menodongku dengan kata tanya. Seperti apa diriku.
Berulangkali kusebut, "Kamu itu beruntung." Sambil sembab kedua mata kami. Bening embun yang menetes di kaca bus seolah ingin merangkul, berbagi sejuk dalam tenang kepada kami.
Saat ini, bukan menyoal seberapa besar kuantitas. Bukan tentang kamu itu lebih, atau aku harus lebih daripada kamu. Bukan bertanding kemampuan. Namun, berbagi kemauan. Berbagi. Kamu harus lebih peka pada mereka yang "Ingin" namun belum mengerti dan memahami jalannya.
"Kamu itu beruntung, maka sadarilah mengapa kamu ditakdirkan beruntung :)"
Komentar
Posting Komentar