Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2016

28 Juni 2016

  Bantul punya agenda yang semakin menarik dari tahun ke tahun. Tidak hanya merayakan karnaval, baris berbaris dan drumb band namun juga ada agenda spesial ramadhan yang dilaksanakan di Masjid Agung Bantul. Masjid Agung Bantul terletak di sebelah Barat perempatan Klodran, tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman no.1, Bantul, Yogyakarta. Masjid ini terbilang luas, luas serambinya, luas dalemnya, luas tempat wudhunya, luas parkirannya, luas taman bermainnya dan luas pula lapangannya. Masjid ini sering digunakan untuk kegiatan dauroh.  Terakhir ke masjid agung sekitar liburan semester lima lalu. Sudah lama. Jarang sekali mampir ke masjid ini karena jauh dari rumah, yaitu sekitar 15-20 menit jika mengendarai sepeda motor dengan kecepatan 40km/jam. Saat ini,  tepatnya dalam selang waktu 25 Juni 2016 hingga 4 Juli 2016, sedang ada banyak agenda menyongsong ramadhan, seperti i'tikaf. Agendanya tidak hanya diperuntukkan untuk ibu-ibu dan bapak-bapak, namun juga merangkul s...
"Karena seperti kita yang tidak selalu mengerti detail-detail proses seseorang menempa kehidupannya, merekapun begitu. Jadi, terus maju, jangan mundur sebelum Ia berkehendak." Kataku. Lagi-lagi aku selalu bilang, "Kamu itu beruntung."  Kepada mereka yang telah diarahkan jalannya melalui kedua tangan Abi dan Umi. Kepada mereka yang telah melalui berbagai kemudahan mendekat padaNya Kepada mereka yang lahir di lingkungan yang lebih islah "Kamu itu, beruntung."  Karena masih banyak orang yang mencari-cari jalan untuk meraih puncak kedekatan kepadaNya Karena masih banyak orang yang kesulitan mencari jalan yang kini telah atau sedang kau lalui Karena urat nadi seringkali kehilangan rasa lekat pada Dia yang sesungguhnya sangat dekat Di bus menuju Surabaya, seorang teman, partner kerja di sebuah organisasi, di sebuah wadah yang banyak mengajarkan integritas, ia sodorkan mata penuh ketulusan, dan menodongku dengan kata tanya. Seperti apa dir...
Buat kamu yang waktu kecil pernah dititipin ke tetangga atau pengasuh khusus karena ditinggal orang tua kerja, mungkin pernah merasakan hal yang sama. Entah sejak aku umur berapa bulan, ibu menitipkan aku kepada seorang perempuan tangguh bernama Mbok Yem. Ibu masih mempunyai kerja sampingan waktu itu, yaitu membuat kue caramel, sus, bolu, dan lain-lain. Saat itu banjir pesanan. Setiap siang ibuku pergi mengajar, sorenya meneruskan aktivitas wirausahanya. Jadi saat itu juga aku maklum kalau harus dititipin. Rumah Mbok Yem satu dusun dengan rumahku. Dekat, 5 menit sampai kalau jalan. Mbok Yemlah yang setiap hari mengantarku sekolah di TK untuk pertama kalinya. Beliau yang pertama kali melihatku mengacungkan jari dengan segenap keberanian untuk memimpin baris-berbaris dan doa. Beliau juga yang melihatku berlari-lari untuk mendapatkan absensi gambar gajah. Sampai tiba masanya aku sekolah di SD. Masih mbok Yem yang mengantarku :') melihatku maju kedepan membaca "Ini budi...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?
Kalau kamu menyadari kemenangan itu  bukan suatu kebetulan Kamu akan terus berusaha Kalau kamu menyadari bahwa kemenangan itu bukan suatu kebetulan Kamu akan terus berjuang Kalau kamu menyadari bahwa Allah menguji makhluk sesuai dengan kemampuannya Kamu akan terus memampukan diri menghadapi segala rintangan Kalau kamu menyadari bahwa semua akan indah pada waktunya Kamu tak kan menunda-nunda Kalau kamu menyadari kegagalan itu adalah kesusksesan yang tertunda Kamu takkan pernah putus asa dan akan terus mencoba Kalau kamu menyadari kita tidak bisa memaksa orang lain menjadi seperti yang kita inginkan Kamu takkan melangkah lebih jauh lagi tuk mengeluhkan orang lain, namun memahami Kalau amu menyadari manusia itu gudangnya kekhilafan Kamu takkan segan untuk memaafkan dan bersabar Kalau kamu menyadari waktu orang lain bukan hanya diestimasikan untuk kamu Kamu akan sabar menanti kesediaan waktunya Kalau kamu menyadari bahwa segalanya adalah dari Allah Ta'ala dan akan ...
  Waktu tidak pernah berbicara kepada kita Sehingga butuh time keeper Tuk mengingatkan batas waktu Duhai, Perasaan ini tidak butuh itu

Saat itu

Saat jilbab masih alakadarnya dan bisa dihitung jilbab putih dan coklat (read: jilbab sekolah dan pramuka) Saat jilbab masih sering meminjam milik ibu Mengupayakan, yang penting bisa memakai jilbab sehari-hari Saat rok masih satu, dua, tiga Dan jilbab segi empat hanya punya satu Itupun hadiah ulang tahun dari anak-anak IPA 4  Saat itu pula, aku menyadari  Hati itu mengikuti tekad  Jika kamu merasa terpuruk, Jika kamu merasa buruk buruk Bukan hati yang kita andalkan terlebih dulu Tekadlah! Tekad untuk terus memperbaiki diri dan berubah! Hati akan mengikuti tanpa dipinta Karena hati itu memahami   Jangan menunggu hatimu baik, baru kamu berubah,  Hati itu menyesuaikan niatmu Dan, jangan merasa sendiri SELALU ada teman untuk memperbaiki diri

:')

Tidak berharga. Kamu pernah merasakannya? Aku sedang pergi keluar saat merasakannya. Keluar kosan. "Akhirnya bisa jalan sama kamu, Ge!" "Emang selama ini nunggu?" Jawabku menelan binar mata itu. Ada kebahagiaan di sana. Dia tersenyum malu menjawabnya. Maafkan, kukira hanya aku yang membutuhkanmu dalam hidup ini. Ternyata kamu juga? :')

:D

Ini kipas dibeli sama ibu untuk menemaniku hidup di kos-kosan, jadi dia udah ada sejak pertama kali ngekos sampai sekarang. Sudah dua hari ini dia rewel, mesinnya hidup namun baling-balingnya tidak mau berputar. Itu membuatku "Hmmm" banget because ini sedang musim tugas, bukan musim dolar :3, pemasukan sedang seret #jujurbanget. Ya, memang begitu adanya. Jadi, aku tidak segera membawa dia ke reparasi kipas. Aku mendiamkannya, berharap ada keajaiban yang membuat baling-balingnya berputar seperti sedia kala. Hiks. Setelah kutunggu-tunggu ternyata keajaiban itu hanyalah khayalan belaka (T.T). Dan, entah kenapa hari ini tumben banget punya inisiatif untuk membenahinya dengan tangan sendiri. Sok-sok an aja sih, siapa tau bisa. Akhirnya aku nyari kunci motor buat buka jog mengambil drei dan kawan-kawannya. Apa ya yang harus kumulai? mengamati dulu, wkwkwk. Iya, gimana caranya aku bisa membongkar dan melihat mesin yang ada di dalam kipas itu. Melepas cangkang depan, terus m...

Namamu

Aduh maaf, aku lupa siapa namamu. Tapi, Aku selalu ingat kebaikanmu padaku. Kemarin aku lupa meninggalkan kontak Hpku Kamupun Tapi, Aku selalu yakin, kita terkontak melalui Dia

Tentang Solo #1

Solo. Aku baru menyadari kota ini teramat nyaman dihuni. Bukan hanya membuatku betah, namun jatuh cinta. Awal merantau di kota ini, rasanya aras-arasen , beli tempat pensil di mana ya? Beli sayuran di mana ya? Semua hal-hal penting sampai pertanyaan sepele tentang peniti jilbab dan tempat beli tanaman aku tanyakan. Sudut-sudut kota ini telah keriput memang, jika di dalam psikologi perkembangan telah memasuki masa Lansia di mana terkenal dengan fenomena sarang kosong. Entah kenapa Solo tidak akan merasakan hal itu,karena menurutku kota ini bakalan bikin orang susah move on. Mereka bakalan kembali pulang dengan sendirinya membawa oleh-oleh rindu yang lebih menggebu dari sejoli yang sedang kasmaran.  Setelah singgah cukup lama yaitu tiga tahunan, aku merasa mendapat jawaban yang jauh melebihi ekspektasiku. Aku menemukan Pena, Gramedia, Toga Mas sebagai tempat favorit berbelanja :D biasanya aku cuma pergi ke toko Pantes untuk refreshing. Anak Bantul pasti tau toko Pantes. Toko ala...

Cinta

"Kau ku sayang selalu ku jaga takkan ku lepas selamanya hilangkanlah keraguanmu pada diriku di saat ku jauh darimu." Terkadang memang berat menjadi seorang kakak. Berat untuk melepaskan kaki-kaki kecil yang lebih tertatih itu. Inginnya selalu ada, berjalan membersamai. Hangat memeluk pundak mereka satu per satu. Mengumpulkan energi untuk kemudian dibagi kepada mereka satu persatu dalam wujud tekad, niat dan semangat. Atau sekedar meyakinkan segala yang kita lakukan akan bermanfaat di masa yang akan datang. Tak peduli di masa yang akan datang apakah masih ada kita di bumi atau tidak, setidaknya sudah ada tabungan dan kenangan untuk bumi berupa kebermanfaatan. Setidaknya kita tidak mati sia-sia. Atau sekedar mengarahkan sedikit, jalan mana yang harus dilalui agar langkahmu tak berbeban, ringan melangkah maju. Seperti gelap yang selalu menawan bintang untuk mencari keberadaanmu. Tak ada niat untuk tidak menjagamu Tak ada niat untuk melepasmu Sungguh, tak ada niat...
Saat melihat kehadiranmu, seolah angin meniupku terbang, menyembunyikan aku dari kepergianmu.

Dulu Begini, Sekarang Begitu

"Kamu yang DULU kalau (difoto selalu nutupin muka, kalau ga cuma mau difoto punggungnya, atau sok candid biar muka ga nampak semua) itu kan?" atau "Ih, apaansih kayanya kemaren mau-mau aja difoto, DPnya juga foto selfie, close up malah..sekarang kenapa ga masang foto selfie lagi? Itu kenapa foto2 di IG, FB jadi ga ada foto kamu sendirian, semuanya wefie kalau ga cuma foto nampak belakang doang?" Mungkin ini bakalan ngejleb banget apalagi kalau yang baca adalah anak rohis atau alumni rohis yang bermetamorphosa di jalannya masing-masing :') Gengs, itu bukan sesempit memperbincangkan masalah foto, lebih dalem dari itu. Nangkep ga? Itu sama kaya kekata, "Dulu berhijab sekarang tidak" dan lain-lain. Biarlah, tiap-tiap dari kita punya prosesnya masing-masing, punya prinsip sendiri-sendiri. Semoga kita termasuk manusia yang jalannya ke depan menjadi lebih baik dari yang dulu dan tetap istiqomah dalam kebaikan :') amin. No sebel atau kes...

Ping!

Fenomena Kantin Kejujuran Fenomena Gaya Parenting jaman sekarang Bebasan: Becik ketitik Ala Ketara Tresna Jalaran saka Kulina Wong Jawa Kelangan Jawane bisa banget lho kamu jadiin sebagai ladang penelitian..eksperimen, kuantitatif maupun kualitatif..😆😆😆
Sepertinya ini telah terlampau jauh Lurus itu menjadi kelokan yang jauh jaraknya, dalam Sepertinya ini tidak bisa dilanjutkan, aku harus berbelok menuju arah yang lebih lurus Menginsyafkan ribuan khilaf kepadaMu Maafkan hati yang sering lupa memautkan namaMu Duhai, Aku ingin kembali mencintaiMu, setulusnya
Kekasih, jika tandus tak bertemu dengan hujan Sungai kering mencari air Daun gugur meninggalkan tangkai Dan bunga pucat pasi merindukan matahari Pahamilah, namamu akan tetap ada dalam sajak ini Tanpa nafas yang tak lagi berpihak padaku

Kepada Tangkai dan Bunga tentang Aku

Bunga itu entah punya siapa Kurasa bukan miliknya Namun rekahannya biru menyala Memegang biasan diri seseorang Aku tak paham cahaya yang dilepaskan bias apakah akan saling memantul Berbagi cerita tentang udara yang meniup keduanya Mendinginkan kehangatan atau justru memudarkan warna ungu yang coba kulukis Kusayat pada hatinya NamaNya bersanding dengan nama seseorang itu Aku tak paham apakah sinar itu saling memantul Bunga itu entah punya siapa Embun meresap dari putik ke akarnya Wajahnya mewarnai tangkai yang sepi Sepi, karena aku tak kunjung datang Ah, setidaknya aku masih mampu berterimakasih Karena telah menjadi nyawa sajak-sajakku Sembari berharap-harap cemas Agar tangkai itu tetap sepi Menggugurkan bunga-bunganya Setia Hingga aku akhirnya tiba Membersamai

Perjalanan

Aku yakin kita tak pernah dalam satu rel kereta Sehingga kamu sering membunyikan peluitmu Hanya untuk memberi tanda kepadaku tentang jalan itu Atau tentang luka yang tampak di balik jendela kereta Mungkin juga tentang bahagia Kamu sering memejamkan matamu, bercerita tentang kenyamanan Atau lelahmu Kamu selalu memberitahuku tentang siapa saja yang telah dan ingin kau temui Dari jauh aku mencoba memahami lekuk-lekuk kehidupanmu Kamu sering melambaikan tangan sebagai simbolis perpisahan kita Kamu bilang, kita berbeda kereta kamu eksekutif aku ekonomi Kamu bilang, aku masih belum waktunya untuk berjalan terus Aku perlu berhenti sejanak Belum ada apa-apa di dalam tas selempangku Masih kosong melompong, katamu Tetapi, setiap dari perkataan yang kau ucap Tak bermakna buruk bagiku Justru aku semakin yakin untuk membuang kantong-kantong bimbang Segera menyusulmu, Turun tanpa bermaksud menemukanmu Duhai, Rel sepaket dengan bantalannya Kereta sepaket dengan gerbong dan mas...