Kala hatiku membuka kotak tuanya
Setahun, dua tahun lalu kiranya ia masukkan dalam memori
Kala sajak masih belum ingin pulang ke rumah
Ah, kala itu
Kau masih merepotkanku!
Aku tak pernah punya modal untuk mendapatkanmu
Selain api dari mentari yang menyinari
Dan air yang menyejukkanku di pagi hari
Sekarang, kamu sudah seberkembang ini
Entah berapa umurmu sekarang
Sudah tidak mau lagi dilantunkan oleh pensajak lain
Maunya kusembunyikan di dalam hati, malu
Kala itu,
Kamu perlu tau
Kamu masih suka berlari-lari, susah ku kejar hingga titik
Untungnya, aku menemui penyayangmu
Yang mampu menaruhmu rapi di atas kertas lusuh
Dia sangat menyangimu
Tak ingin rasa itu cukup berhenti padanya
Dia menularkannya padaku
Membiarkanmu berpetualang dengan tanganku
Ah, kamu masih ingatkah? saat aku mengejamu untuk pertama kalinya
Butuh satu dua pena untuk mendapatkanmu
Barangkali waktu hanyalah saat aku bertemu dengannya
Pemilik sajak yang berhasil memecah dan memulangkan ombak dengan damai
Memberi rasa rindu ombak pada pantai
Pemilik sajak yang bola matanya tak pernah lepas dariku
Karena aku pun ingin belajar menyangimu
Iya, kamu yang sekarang berhasil membuatku cinta
Perkenalkan dia adalah pujangga yang tak pernah lelah memperindah baitmu
Atau dia adalah seorang handai taulan yang tak pernah usai memujimu,
Padahal sejarahmu ada padanya
Jejak kakimu ada di setiap pergerakannya menghampiriku
Dialah pemilik ilmu padi itu
Kau tau jam dinding?
Detiknya selalu berjalan mengiringi
Hingga menit dapat berjumpa dengan jamnya
Seperti itulah dia membersamaiku
Suatu saat,
Saat dirimu tumbuh dan berkembang
Jangan lupa berjabat tangan dengannya
-Yang kusebut puisi ini, kupersembahkan spesial untuk pemilik nama Mutiara Ayu Miftakhul Hayati-
Setahun, dua tahun lalu kiranya ia masukkan dalam memori
Kala sajak masih belum ingin pulang ke rumah
Ah, kala itu
Kau masih merepotkanku!
Aku tak pernah punya modal untuk mendapatkanmu
Selain api dari mentari yang menyinari
Dan air yang menyejukkanku di pagi hari
Sekarang, kamu sudah seberkembang ini
Entah berapa umurmu sekarang
Sudah tidak mau lagi dilantunkan oleh pensajak lain
Maunya kusembunyikan di dalam hati, malu
Kala itu,
Kamu perlu tau
Kamu masih suka berlari-lari, susah ku kejar hingga titik
Untungnya, aku menemui penyayangmu
Yang mampu menaruhmu rapi di atas kertas lusuh
Dia sangat menyangimu
Tak ingin rasa itu cukup berhenti padanya
Dia menularkannya padaku
Membiarkanmu berpetualang dengan tanganku
Ah, kamu masih ingatkah? saat aku mengejamu untuk pertama kalinya
Butuh satu dua pena untuk mendapatkanmu
Barangkali waktu hanyalah saat aku bertemu dengannya
Pemilik sajak yang berhasil memecah dan memulangkan ombak dengan damai
Memberi rasa rindu ombak pada pantai
Pemilik sajak yang bola matanya tak pernah lepas dariku
Karena aku pun ingin belajar menyangimu
Iya, kamu yang sekarang berhasil membuatku cinta
Perkenalkan dia adalah pujangga yang tak pernah lelah memperindah baitmu
Atau dia adalah seorang handai taulan yang tak pernah usai memujimu,
Padahal sejarahmu ada padanya
Jejak kakimu ada di setiap pergerakannya menghampiriku
Dialah pemilik ilmu padi itu
Kau tau jam dinding?
Detiknya selalu berjalan mengiringi
Hingga menit dapat berjumpa dengan jamnya
Seperti itulah dia membersamaiku
Suatu saat,
Saat dirimu tumbuh dan berkembang
Jangan lupa berjabat tangan dengannya
-Yang kusebut puisi ini, kupersembahkan spesial untuk pemilik nama Mutiara Ayu Miftakhul Hayati-
Terharu :')))))))))))))) terima kasih sahabat :')
BalasHapusTerharu :')))))))))))))) terima kasih sahabat :')
BalasHapusItu bukan apa-apa dari yg syudah u bagi padklaku selama ini Yuk 😆
BalasHapus