Saat simpul-simpul itu sulit kutemukan pada yang lain
Aku hanya sanggup tertawa, menahan cerita yang tak perlu kusampaikan
Ada daun teratai yang tetap anggun di atas air, meski tak ada yang mempertanyakan apakah ia ingin hidup sebagaimana daun lain
Ada kaktus yang selalu tegar dengan duri, namun ternyata menahan air dalam tubuhnya
Percayalah, aku selalu menciptakan bahagia
Meski selama ini tak tersampaikan padamu
Jangan percaya, jika aku bersedih
Aku bahagia, meski harus menangis terlebih dahulu
Aku bahagia, meski perlu merasakan sakit
Percayalah, senjaku, tak semendung langit sore ini
Ada langkah kaki yang mungkin hanya aku dan Tuhan yang tau jejaknya
Bukan karenanya aku tak menganggapmu ada
Justru karena kamu ada, telinga ini semakin ingin kulebarkan untukmu
Tanpa menghadirkan jejak-jejak itu dalam perbincangan hangat kita
Jadi, percayalah..
Aku sanggup menegakkan benang kusut di depanku, persis
Tuhan selalu memberi waktu
Dan sekiranya aku memang harus tau kapan memberhentikan kata maklum
Aku selalu menyayangimu, hari-harimu
Berdamai dengan hal yang tak kau sukai dalam diriku
Mengalah
Dan semakin cinta dengan hal yang kau gemari
Suasana pagi yang cerah,
Mungkin langitnya tak secerah paras kita
Namun kita bisa membeningkan dengan canda tawa kita, yang masih selalu apa adanya
Ya, apa adanya.
Komentar
Posting Komentar