Langsung ke konten utama

Berbagi Senyuman

Berbagi Senyuman

untuk siapapun yang sedang bersedih
untuk siapapun yang sedang berbahagia
dalam keadaan apapun, senyuman memang harus dibagi kepada siapapun
sebagai wujud rasa syukur kita kepada Illahi. 

Belakangan ini saya sedang memikirkan sebuah projek kebaikan. Projek kebaikan ke sekian kali yang ada di pikiran saya. Sesekali saya ingin mewujudkannya. Saya paham betul setiap orang berhak menunaikannya, tanpa harus menjadi hebat terlebih dahulu. 

Banyak orang yang saku-saku kebahagiaannya kosong. 
Anak panti asuhan, kakek nenek yang menghabiskan masa tuanya di pinggir jalan, ibu dan bapak yang tak berdaya di luar sana, dan para remaja yang kehilangan masa depannya. 

Apa yang harus saya lakukan?
Terkadang saya bertanya-tanya kepada diri saya sembari melihat salah satu dari mereka. 
Kemudian ku angkat kepalaku ke langit, kupejamkan mataku dan mulai kuceritakan kepada langit tentang tanah tandus yang butuh hujan. Kubiarkan hati yang bercerita, karena pikiran masih penuh prasangka.

Apa yang harus saya lakukan?
Terus saya bertanya-tanya kepada diri saya. Banyak hal yang bisa saya lakukan untuk diri saya, namun jarang untuk orang lain, khususnya kepada mereka yang telah saya sebutkan.
Bahagia seperti apa yang telah mereka rasakan, duka seperti apa yang mereka keluhkan? dan sesekali saya ingin bicara tentang Illahi.
Sesungguhnya, napas, iman dan nikmat sehat adalah kekayaan yang haqiqi, bagiku. 

Bagi anda yang memiliki pengalaman tentang konsep berbagi kebahagiaan, saya membutuhkan sharing dari anda untuk mewujudkan projek kebaikan ini dengan baik.

Projek ini tidak besar. Projek ini sangat kecil dan sederhana. Tapi dari yang kecil dan sederhana itu, saya ingin menjadikannya bermakna. 

Projek pertama yang ingin saya realisasikan adalah bermain di panti asuhan mengajak teman terdekat saya. Bermain adalah cara mudah menularkan kebahagiaan. Namun, saya masih merapikan konsep agar permainan itu berkesan dan membuat mereka bermakna. 

Anda boleh sekali berbagi dengan saya tentang projek kebaikan yang pernah Anda lakukan melalui komen di blog atau via line @galihratnapuri .

Komentar

  1. Waaah, ajarin pake template blog yang ini dooong, gimana caranya gaal??

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?