Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Mendewasakan Bimbang

Ibu tak pernah memastikan apakah anaknya benar-benar mencintainya.. Jika kamu bimbang menyoal kepastian Merenunglah tentang jawaban Atas pertanyaan "mengapa" ibu tak pernah memastikan. Ibulah yang lebih takut saat kehilangan dipesoalkan Dia selalu takut kehilangan anak perempuan/laki-lakinya Tapi, tak pernah meminta kepastian, Akan dikemanakan cinta kasihnya selama ini Padahal dia lebih berhak mempertanyakan, Dari (mungkin) kamu, yang ingin meminta kepastian kepada anak dari seorang ibu
Bagi tanah yang tandusnya berputus asa Yakinlah, perjuanganmu tetap harus dituntaskan Suatu saat jika sudah masanya Tuhan akan mengirimkan daun yang pohonnya mampu menerima ketandusanmu dan tumbuh subur di atasmu.

Tiga Bintang

Tiga Bintang Mohon maaf karena ku masih sering menginginkanmu Meski kenyataan telah membuatku harus merela Butuh berjuang 24 bulan Untuk meraihmu, pikirku Berjuang setulus-tulusnya Seterbaik-terbaiknya Namun, lagi-lagi tak sejalan dengan fakta yang ada Katanya tak hanya sebatas berjuang seberapa lama Ternyata ada kecocokan yang harus dikriteriakan Katanya air dan api itu penting Maka kuhanya mampu mengucapkan selamat Padamu yang mampu menjadi airnya Padamu yang "cocok" dengannya Hanya itu bukan? Kulihat semua mampu Hanya menyoal kecocokan :) Entah, mungkin aku adalah apinya Mungkin juga aku tidak memiliki kecocokan dengannya Pantaslah jikaku bukan pilihannya Tiga Bintang Maaf jika aku masih belum siap kehilangan mimpiku Sampai sekarang Jangan khawatir, Aku sudah memaksaku sekuat tenaga Meyakinkan Dengan dirinya, kamu lebih bersinar

Luka yang Sudah Baik-baik Saja

Mengikhlaskan semua atau ikut berjajar di barisan "itu" adalah pilihan. Tak perlu kusebutkan pilihan yang kini telah kutetapkan. Sekarang, cukup menghargai pilihanmu. Pilihan yang mungkin tak mengenaliku Sehingga melayakkan yang lain Tersebab itu Aku kini tetap menerka-nerka "mengapa" Hanya tidak rela jika alasannya adalah "Karena aku pendiam."

Kala Mentari masih Matahari

Kala hatiku membuka kotak tuanya Setahun, dua tahun lalu kiranya ia masukkan dalam memori Kala sajak masih belum ingin pulang ke rumah Ah, kala itu Kau masih merepotkanku! Aku tak pernah punya modal untuk mendapatkanmu Selain api dari mentari yang menyinari Dan air yang menyejukkanku di pagi hari Sekarang, kamu sudah seberkembang ini Entah berapa umurmu sekarang Sudah tidak mau lagi dilantunkan oleh pensajak lain Maunya kusembunyikan di dalam hati, malu Kala itu, Kamu perlu tau Kamu masih suka berlari-lari, susah ku kejar hingga titik Untungnya, aku menemui penyayangmu Yang mampu menaruhmu rapi di atas kertas lusuh Dia sangat menyangimu Tak ingin rasa itu cukup berhenti padanya Dia menularkannya padaku Membiarkanmu berpetualang dengan tanganku Ah, kamu masih ingatkah? saat aku mengejamu untuk pertama kalinya Butuh satu dua pena untuk mendapatkanmu Barangkali waktu hanyalah saat aku bertemu dengannya Pemilik sajak yang berhasil memecah dan memulangkan ombak d...
Sahabatku, Beberapa waktu lalu, kita berjumpa? Alhamdulillah, kalian baik-baik saja. Aku masih terngiang oleh satu tetes air mata itu Menyampaikan duka yang teramat dalam tentang sebuah kisah Kita sama-sama tau, bahwa kita dan Tuhan saling mencintai Namun, mengapa, kita tak mampu menjaga yang lain? Sering ya, kita mengupayakan yang terbaik Mengupgrade diri Tapi, kita lupa, Bahwa ternyata apa yang kita dapatkan dariNya merupakan suatu amanah Tak bisa hanya berhenti di diri kita Kita sama-sama tau, bahwa kita dan Tuhan saling merindu Di selasar ini, kita pun sama-sama menangisi kisah selain hidup yang telah kita kisahkan "Memang, memang kita tak berhak memaksa untuk menjadikan mereka sebagaimana yang kita inginkan. Tapi, kita punya kewajiban untuk menjaga mereka, saudariku. Semampu kita.!" Banyak hikmah, sudut pandang baru yang aku dapat  Ternyata tak cukup waktu sehari dua hari untuk meyoalkan semua ini. Pun kita belum sempat bercerita tentang kita. Be...

Jangan pernah berhenti, bersama(ku)

  Saat simpul-simpul itu sulit kutemukan pada yang lain Aku hanya sanggup tertawa, menahan cerita yang tak perlu kusampaikan Ada daun teratai yang tetap anggun di atas air, meski tak ada yang mempertanyakan apakah ia ingin hidup sebagaimana daun lain Ada kaktus yang selalu tegar dengan duri, namun ternyata menahan air dalam tubuhnya Percayalah, aku selalu menciptakan bahagia Meski selama ini tak tersampaikan padamu Jangan percaya, jika aku bersedih Aku bahagia, meski harus menangis terlebih dahulu Aku bahagia, meski perlu merasakan sakit Percayalah, senjaku, tak semendung langit sore ini Ada langkah kaki yang mungkin hanya aku dan Tuhan yang tau jejaknya Bukan karenanya aku tak menganggapmu ada Justru karena kamu ada, telinga ini semakin ingin kulebarkan untukmu Tanpa menghadirkan jejak-jejak itu dalam perbincangan hangat kita Jadi, percayalah.. Aku sanggup menegakkan benang kusut di depanku, persis Tuhan selalu memberi waktu Dan sekiranya aku memang harus...

Bertemu denganmu, lagi

Sudah lama.  Tepatnya satu tahun yang lalu. Dua Januari 2014, hingga menjelang masuk kuliah. Ibu menjanjikan aku sesuatu yang mungkin sama sekali belum terbenak dalam ingin. Beliau memintaku untuk melibatkannya sementara waktu sebelum ia benar-benar nyata. Hari ini, seperti setahun lalu, beliau memintaku untuk berkenalan lebih dalam dengannya. Tentu saja aku melakukannya. Kamis, 21 Januari 2016. Karena sudah lama tak bertemu, wajar saja timbul simpul kekakuan. "Sakjane wes iso lho, mbak. Mung kurang kerep le latihan!" Berulangkali seseorang berkata dan berkeyakinan bahwa aku mampu. Maka saat itu juga aku merasa mampu dan dimampukan oleh kekata yang Tuhan kirimkan melaluinya. Syukurlah, semoga dapat membahagiakanmu, Ibu.
Aku ingin hidup denganmu Tiap waktu menampakkan detiknya Mengiringi desah napas pagi hingga malammu Namun aku takut, jika justru aku yang tak hidup di hatimu -Sesungguhnya, ini sajak khusus yang kurangkai untuk meneruskan barisan di atasnya. Sajak itu milik Aprilia Novita Sari-

Menit Terakhir

Malam ini bintang gemintang tlah luluh di tangan ribuan manusia. Di antaranya berjajar rapi di lapak para pedagang. "Mari, mbak, dibeli kembang apinya sebelum kehabisan." Jika kutawarkan pada pagi, akankah ia membelinya? agar terwujud mimpi melihat bintang di kala terbit matahari. "Tidak, Bang, terimakasih. Coba tawarkan pada pagi!" Jawabku tanpa sadar membuat pedagang itu bingung. Tak ada yang perlu dikembangkan di langit sana malam ini. Angkasa justru lebih anggun dengan bintang yang hanya berkedip barang sekali saja. "Serius, Gin, ndak mau beli kembang api satu saja? Biar kosanmu ramai di menit terakhir 2015 nanti." Sikut Putra. "Yaela Put, itu emang bakal bikin rame. Tapi rame di mata doang. Di hati mah sepi." jawabku lirih, berharap ia menangkap maksudku. Buat apa meramaikan angkasa dengan api-api itu? Sementara dirimu sendiri belum yakin bahwa esuk hatimu akan seramai itu. "Astagfirullah. Gina, kamu ngode aku?" b...

Purna dari Rasa Bela Sungkawa

Ku tak mampu mengeja arti pesona bulan malam ini Mampuku hanyalah pergi Berpisah secara paksa dengan sinarnya Ku tahu, sujudmu lebih panjang Peluhmu lebih sempurna menenggelamkan janji-janji yang ingkar Maka jika kau yang dimampukan olehNya malam ini Sungguh tak apa Biar aku eja di malam yang lain.

Kamu

Bicara hati. Ada yang tipis membalut sunyi raganya Berjajar deretan melodi yang siap didentingkan dalam ruangnya Melagukan syair dan sajak rindu Memprosakan kotak-kotak rasa Dindingnya berembun, dingin, gelap Namun matanya mampu mewarnai Bicara hati, Ada yang kuberi hak tuk mengisinya. Membawanya meniti doa, Menelisir setiap gerak langkah menuju Surga Hingga tanganNya mampu merangkul dan memeluk fitrahnya Yaitu kamu. Jadi, siapkah kamu?

Tenang, ada Allah: Yang Maha Melindungi

Karna Allah, cinta itu hadir dan bermuara pada satu nama Yaitu namamu Dan justru cinta harusnya membuat perasaan lebih yakin dari perasaan lainnya Dan justru cinta, kuat, tak mungkin membuatmu takut kehilangannya Penjaga terbaiknya adalah Allah Pelindung terbaiknya adalah Allah Tak perlu lagi mempertanyakan keadaannya Karena apapun yang terjadi Allah sudah mengatur keadaannya agar selalu baik-baik saja Di mana pun, kapan pun, dan bersama siapapun Apa yang membuatmu takut kehilangannya? Beranilah Beranilah untuk kehilangannya dari sekarang :) Terkadang cinta yang tumbuh pada dirimu hanya dicukupkan untuk belajar

Cerita

Tanggal dua Januari 2015, saya yang merantau di kota Solo, akhirnya pulang ke kampung halaman. Alhamdulillah. Ada saja cerita di sepanjang perjalanan, ada saja momen yang membuat "kepikiran", dan ada saja cerita yang membuat pikiran-pikiran itu terjeda. *Terlepas dari itu semua, saya senang dan tenang di hari itu* Ya, berawal dari memutuskan semalaman mau pulang kapan, karena jobdesk acara yang saya ikuti sangat "kurang jelas, kurang tegas dan tidak detail" deadline perencanaannya, maka daripada saya gabut, temen kosan sudah pada pulang tinggal tersisa saya, dan mbakyu saya bisa menjemput saya di hari Sabtu esuk hari (jikalau saya jadi pulang), maka saya ingin memutuskan untuk pulang di hari Sabtu, yang mana planning awal adalah hari Senin, saya baru akan pulang. Paginya saya masih agak ragu. Kenapa-kenapa gag ya kalau saya pulang? Ada hal mendadak yang bakal bikin saya balik secepat kilat ke Solo lagi gag ya? Pulang sekarang banget ((Sebenernya masih belum pe...

Sesegera Mungkin

Angin menggulung paras wajah kecil itu menggulung hingga ke tepian terik terjerat asa yang menganga pedar cahayanya terbakar. semua insan layak untuk dicintai kecuali aku semua insan layak tuk disayangi kecuali aku Namun, Tuhan sesetia itu Tuhan sebaik itu Hingga membuatku merasa bahwa memang Dia-lah satu-satunya yang mau memberi dan menyampaikan rasa cinta itu Melalui senja yang biasa melatihku bahagia Malam ini Terlepas dari apa yang terjadi Sungguh, kupikir ketenangan hanya bisa kudapati secara langsung di hadapanmu Rabb Ya, aku benar-benar ingin segera menyempurnakan semua memperbaiki semua Lalu sesegera mungkin menemuimu Tanpa bertemu dengan dia Aku tak perlu bertemu dengan siapapun Rabb Tak perlu :) Hanya butuh Kau Yang takkan pernah berhenti mencintaiku Hanya bertemu denganmu Dan akan tenang Dan akan tenang