Hai, kamu yang sedang melewati dunia, entah sampai kapan.
Hai, kamu yang sedang bertemu dengan berbagai macam manusia dengan bermacam-macam kepribadiannya.
Hai, semuanya.
Bagaimana malam-malamu? Siangmu? Pagimu?
Sempatkah kau terjaga dengan damai di sana?
Sempatkah kau menikmatinya tanpa rasa gelisah tentang banyak hal dalam benakmu?
Bagaimana air matamu?
Apakah ia masih penuh? Atau kau biarkan ia terus mengalir, keluar dari kelopak matamu dan terjun begitu saja melalui pipimu?
Bagaimana dengan hatimu?
Ah, seharusnya aku menanyai diriku sendiri.
Terkadang di waktu-waktu tertentu, kita menyediakan sisa hidup kita untuk diri sendiri, terlepas dengan bagaimana suasana hati kita. Napas yang berhembus penuh rasa kesal terhadap diri sendiri. Telinga merah padam, marah terhadap diri hanya karena tak bisa menikmati kicau burung di pagi hari. Mata yang mengumpat penuh dendam pada-Nya karena tak dapat melihat bintang dan bulan yang sering dinyanyikan oleh anak-anak. Segalanya mengeluh, resah, gundah. Apa yang kau ingin? Apa? Kesempurnaan? atau Kebahagiaan yang hingga sekarang tak ernah kau rasakan karena ketidaksempurnaanmu?
Mari tegaskan pada diri kita sendiri, bahwa memanglah manusia tiada yang sempurna!!!! Namun, itu bukanlah halangan untuk merasa bahagia, karena untuk mencapai kebahagiaan tak perlu kita dilahirkan sempurna. Dan Merasalah, bahwa kau bukan satu-satunya orang yang merasakannya, maka kau akan belajar, bagaimana orang tersenyum dengan tato ketidaksempurnaan di kulit yang melapisi kehidupannya.
Kau kenal Oto?
Nama panjangnya adalah Hirotada Ototake (Oto). Pria kelahiran 1976 ini berasal dari negri Sakura, Jepang. Sejak lahir kondisinya sangat parah, ia lahir dalam kondisi tetra-melia. Tetra-melia adalah kondisi di mana hampir tidak memiliki tangan dan kaki. Oto dapat melakukan hal yang sangat mengagumkan. Meskipun cacat, dengan kerja kerasnya, rasa humor, kecakapan dalam berbagai bidang, dia terjun secara aktif dalam kampanye tentang lingkungan "Bebas Rintangan" (yaitu suatu lingkungan yang memungkinkan kemudahan akses bagi para penyandang cacat dan para lanjut usia). Sementara itu dia juga mendalami banyak bidang, seperti bidang politik dan ekonomi di Universitas Waseda, Jepang. Sejak April 1999 dia bekerja sebagai copresenter di sebuah program TV. Oto merangkum kisahnya yang begitu menginspirasi dalam bukunya No One's Perfect.
Beberapa pengalamannya yang menarik:
- Pada waktu Oto kecil, tidak ada sekolah umum yang menerima anak cacat. Ada salah satu sekolah umum yang memperbolehkan asalkan bertemu lebih dulu dengan dewan pendidikan. Di sini Oto mendemonstrasikan berbagai macam hal, termasuk menulis dengan pensil yang dipegang di antara ujung tangan dan pipinya. Meskipun hanya memiliki tangan sepanjang sepuluh sampai duabelas setengah sentimeter tapi Oto dapat menulis sebaik teman-teman sebayannya. Makan memakai sendok atau garpu dengan memanfaatkan pinggir mangkok sebagai tumpuan. Menggunting kertas dengan cara memegang salah satu pegangan gunting dengan mulut dan pegangan lainnya dengan tangannya, lalu menggerakkan dengan kepalanya. Berjalan sendiri dengan menggerakkan kakinya yang pendek secara bergantian sambil menjaga agar tubuhnya tetap berada dalam posisi huruf L. Melihat kemampuan dan kemauannya itu, akhirnya dia diperbolehkan masuk sekolah umum tersebut.
- Pertama kali mengikuti pelajaran renang, dia masuk ke dalam kolam sembari dipegang oleh gurunya, pada akhirnya dengan bantuan sebuah papan dia berhasil berenang sendiri.
- Pada suatu hari Oto pulang ke rumah setelah pelajaran sekolah selesai. Dia mengatakan kepada kedua orang tuanya bahwa dia sudah mendaftarkan diri untuk bermain basket. Kebanyakan orang tua tentu senang mendengar hal seperti itu. Tetapi orang tuanya justru merasa terkejut. Bagaimana hal itu mungkin? Ternyata dengan usaha kerasnya akhirnya dia dapat bermain bola basket.
- Hari-harinya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak muda yang normal. Misalnya, dia ikut aktif dalam kegiatan drama, sempat membuat film, serta bertugas sebagai asisten sutradara. Dia juga seorang pengurus OSIS, ikut dalam Tim American Football di mana dia bertugas mengumpulkan semua data tim lawan, menganalisisnya untuk dikembangkan menjadi sebuah strategi.
- Perjuangannya untuk masuk Universitas juga melalui banyak rintangan. Tapi akhirnya dia berhasil masuk di Universitas pilihanya, padahal universitas yang dia pilih itu termasuk universitas favorit yang tidak semua orang bisa masuk. Dia memenangkan lomba pidato bahasa Inggris di kampusnya, dia aktif kampanye tentang lingkungan hidup dan lingkungan bebas rintangan.
Dialah Oto. Salah satu dari banyak orang di dunia yang seharusnya menjadi inspirasi kita untuk belajar. Oto tidaklah terlahir dengan sempurna, namun banyak hal yang dapat dia lakukan. Dan tak jarang dari kita tidak semampu Oto, padahal Tuhan mengaruniakan kita tubuh yang sempurna. Apa perbedaan kita dengan Oto?
Tentulah fisiknya, namun ada hal lain yang lebih membedakan kita dengannya. Ialah penerimaan diri terhadap kondisi dirinya, Oto tidak pernah meluangkan waktunya sedikitpun untuk menyesali kecacatannya. Menurutnya,
"untuk mencapai kebahagiaan tak perlu kita dilahirkan sempurna".
Lalu, mungkinkah kegelisahan, kegundahan, keluhan diri yang bertubi-tubi, dan ketertekanan yang hebat itu karena ulah kita sendiri? Mungkinkah itu dikarenakan kita yang belum menerima kekurangan diri? Mungkinkah juga dikarenakan kita yang terlalu asing pada diri sendiri? Beri jawaban terbaik dari dalam hatimu.
Kau tak mampu mendengar dengan baik, namun syukurilah kau masih dimampukan untuk melihat, berbicara, berlari, dan bermimpi.
Atau
Kau diremehkan oleh seluruh teman-temanmu tersebab kemampuanmu yang tak sesuai dengan ekspektasi mereka, namun syukurilah kau masih memiliki keluarga dan seorang ibu yang mampu menerimamu apa adanya.
Dan ketidaksempurnaan lainnya yang tertolak oleh kita.
Gelisahmu itu, mungkinkah karena kau tak punya banyak waktu untuk dirimu sendiri? Dikarenakan kita yang terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain, terlalu terpengaruh dengan orang lain dan lingkungan hingga kadang lupa siapa kita sebenarnya dan apa yang penting bagi kita.
Bahagiakan diri kita, karena masing-masing dari kita berhak mendapatkannya separah apapun kondisi kita. Dia sesungguhnya sumber kebahagiaan kita. Mampukan dia untuk menciptakan bahagia, sebelum memasrahkan diri pada keadaan yang lemah begitu saja.
Mampukan dia menciptakan bahagia :)) !! Kesempurnaan bukan satu-satunya sumber :) :)
Nikmati malam, siang dan pagimu dengan indah. Dengan caramu, dan dengan kemauanmu :)
Bahagia enggan datang, jika kau tak sempat menemuinya, jika kau tak sempat menciptakannya. Sempatkanlah.
Semoga bermanfaat. Nikmati malam, siang dan pagimu dengan indah. Dengan caramu, dan dengan kemauanmu :)
Bahagia enggan datang, jika kau tak sempat menemuinya, jika kau tak sempat menciptakannya. Sempatkanlah.
Sumber: Gea, Atosokhi et al. 2003. Relasi dengan Diri Sendiri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Komentar
Posting Komentar