Lagi-lagi kamu mendorongku dari jauh sana untuk menulis kembali tentang dirimu.
Terbukti bukan, cerita tentang kita tidak akan ada titiknya sebelum aku berhenti merasa.
Kau menemuiku melalui mimpi.
Di dalam mimpi itu seolah semuanya nyata.
Kau berdamai pada waktuku
Kita bertukar senyuman dengan baik
Ada diamu dan ada diaku
Seakan semua itu nyata.
Membuatku tak ingin terbangun
Membuatku ingin tidur lagi dan melanjutkan episode hidup kita
Cerita tentang kita tak kan pernah selesai
Hingga kau menghalalkan dia sekalipun
Dan selama kau, aku dan perasaanku masih hidup, semua takkan selesai
Karna dia-mu, dia-ku dan jarak yang telah kita tempuh bukanlah racunnya
Yang mematikannya hanyalah kematian itu sendiri
Yang mematikannya adalah kita berdua, bersama-sama
Dan kau mendahuluiku
Dan kau tak bicara kepadaku kau akan mematikannya
Hingga aku masih membiarkannya hidup dan tertinggal jauh denganmu
Seharusnya kau membantuku
Meyakinkan aku bahwa tiada yang tertinggal serasapun tentang aku
Tiada kebencian yang menyala dalam lilin kehidupanmu
Nyatanya benci itu benar-benar ada
Bahkan, ketika kebencianmu nyata di hadapanku
Masih saja tiada alasan untuk menghapus rasa
Selama kau masih hidup
Selama waktu masih memberi kesempatan
Ia akan terus tumbuh
Dan bersamanya aku mulai ragu bahwa kau adalah kenyataan
Dan bersamanya aku mulai ragu
Bersamanya aku mulai ragu
Kini bibirku mulai bisu
Hatiku lelap terbius kejujuran yang terpendam
Aku tak bisa melarangmu tuk menghentikan benci yang menyala di matamu
Rasa yang lebih dalam dari rasa cinta yang ada di hatimu
Maaf aku pun terlalu cepat menafsirkannya
Tanpa ku tau alasanmu, semoga suatu saat nanti Tuhan memberi waktu untuk mengakrabkan kita
Oiya,
Pernah sesekali bibirmu berkata bahwa aku tengah berbohong
Membuat kata tanya menikamku
Terbersit rasa ingin sesekali mendengar penjelasanmu sekalipun itu dalam mimpi
Betapa gila dirimu dengan seribu ekspresi yang membuat hatiku nanar
Kau pergi dengan rasa tak mau tau
Sedang aku masih juga sesetia kuntum mawar menanti setetes air yang menghidupinya hingga mekar
Tak ada yang harus digantikan, meski ku redupkan sinar yang menerangi ruang cinta itu
Kau takkan pernah paham
Cinta barumu membuat pintu yang dulu kulalui tertutup
Tiada siluet di meja makan tentang kita berdua
Tiada siluet dua merpati tentang kita berdua
Karna malam telah menghapusnya
Khilafku memilih rasa ini, dan meminumnya tanpa rasa takut akan meninggalkan rasa pait di lidah
Khilafku menyebut butiran ini sebagai gula, karena ternyata rasanya asin
Hahahaha
Bolehkah aku mengusirmu?
Pergi jauh-jauh dari kenyataan dan mimpi-mimpiku
Atau datanglah padaku dengan damai
Bawalah diamu jika itu membuatmu bahagia
Dan
Bantulah aku berdamai dengan rasa ini.
Komentar
Posting Komentar