Langsung ke konten utama

Pengantar: Move On!

Lagi-lagi kuingin mengawali tulisan ini dengan quotes yang kudapatkan dari sesepuh saat berkuliah di Psikologi:
"Bukan kegagalan apabila kegagalan itu membuat diri kita belajar jadi lebih baik."

Quotes ini bener-bener mengubah pandanganku tentang yang namanya kegagalan membentuk pikiran-pikiran yang lebih positif dari sebelumnya. Berpikir positif mengubah segala hal negatif merupa kotak-kotak hikmah yang membelajarkan hidup ini. Menggerakkan hati untuk memperbaiki meski kadang masih sering khilaf. Membuat kita tidak terlalu lama terpuruk dalam kondisi yang sedih. Allah mendatangkan kebaikan kepada kita melalui berbagai cara. Ada individu yang mendapatkannya setelah melalui berbagai ujian ringan, sedang, dan berat, adapula yang mendapatkannya melalui kemewahan-kemewahan yang dia terima, atau dengan jalan-jalan penuh berkah lainnya. 

Kuberharap tulisan ini nantinya memberikan manfaat buat kamu. Aamiin.

Berbagai hal yang terjadi pada diri, membuatku semakin meyakini bahwa diri harus terus bergerak, karena kebaikan bisa terhapus, dan menutup kebaikan-kebaikan lainnya kala diri hanya diam. Diam diam baek, ngopi ngapa ngopi? wkwkwk. Ngopi adalah kata kerja bukan? Yang dengannya tubuh kita menjadi tergerak untuk dapat menikmatinya.

Salah satu unsur kehidupan yang banyak diidam-idamkan semua orang diberbagai kalangan adalah keberhasilan dunia dan akhirat. Aku salah satu orang yang memiliki misi berhasil di dunia dan akhirat. Salah satu jalan untuk menuju keberhasilan adalah jalan bernama kegagalan. Siapa yang pernah gagal, angkat tangan?

Dulu hingga sekarang beranjak 23 tahun menjadi sarjana Psikologi, aku tidak terlepas dari yang namanya kegagalan. Begitu banyaknya, hingga menjadikan aku lebih kuat dari diriku yang dulu. Dulu dikit-dikit nangis, menyalahkan diri sendiri, menutup diri, dan lain sebagainya. Terus udah berhasil apa belum Lih? secara materi mungkin belum ya, karena sampai detik ini aku belum menghasilkan apapun dalam bentuk materi yang harapannya bisa kugunakan untuk berhaji, membangun masjid, membuat yayasan sosial, membuat cafelibrary, dan lain sebagainya. Namun untuk perubahan pola pikir dan keterampilan membangun hubungan dengan orang lain, aku cukup mengalami perubahan besar, yang dapat dikatakan hampir berhasil karena masih banyak hal yang belum ada dalam diri dan sedang dalam proses untuk mencapainya.

Kamu tau? Kegagalan yang kualami, juga membuatku tidak serta merta memandang rendah kegagalan yang dialami oleh orang lain. 

"Aku tidak lebih baik dari dia." 

Terinspirasi dari sahabat Nabi yang membelajarkan tentang rendah hati, tidak menyombongkan diri, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing yang dengan berinteraksi dengan keduanya kita bisa saling belajar. 

Awalnya dengan menanamkan hal itu, akan membuat diriku rendah diri, bukan rendah hati. Rendah diri itu merasa bahwa diri serendah-rendahnya, tak berdaya dihadapan orang lain, merasa bahwa kita tak mampu, nglokro. Beda, rendah hati itu tak merasa lebih baik, namun juga tak merasa lebih buruk, karena pada hakikatnya rendah hati ini menundukkan kesombongan pada diri. 

Ternyata pikiran itu salah, menanamkan nilai ini justru membuatku lebih legowo, lebih terbuka dengan mindset orang lain, memudahkanku belajar dari pengetahuan, perilaku, dan nilai-nilai dari orang lain, dan ringan untuk lebih peduli dengan kondisi orang lain. Menjauhkan diri dari rasa iri kepada hal yang dimiliki oleh orang lain yang belum dimiliki. Diri jadi mudah dibentuk dan dikemas dalam wadah kebaikan, insyaAllah.

Kehidupan versiku itu seperti kertas putih, dan diriku adalah pensil. Penghapusnya bisa diri sendiri dan orang lain. Namun penghapus terbaik hanyalah Allah Ta'ala. Kita bisa mengekspresikan segala hal di kehidupan ini. Kadang karena menganggap bahwa hidup ini adalah milik sendiri, lupa bahwa ada baik buruk yang harus dipertimbangkan untuk dikendalikan demi kebaikan diri dan orang lain. Sehingga butuh mendengarkan nasehat dari siapapun. Kadang karena kita merasa rencana-rencana yang telah dibuat sehari semalam adalah yang terbaik, lupa bahwa Allah-lah seterbaik-terbaik perencana. Maka perlu memasrahkan kepada Allah, mengikhlaskan apabila tak sesuai rencana. Membiarkannya terhapus dan Allah ganti dengan yang lebih baik. Karena:

"Sesuatu hal tidak dapat diterima bukan karena kita tidak pantas menerimanya, melainkan kita pantas menerima hal yang lebih baik dari Allah Ta'ala."

Ketahuilah, pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dan (pahala yang besar) itu hanya diperoleh oleh orang-orang yang bersabar .(Terjemahan Q.S. Al-Qasas:80)

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan  Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Terjemahan Q.S. Al-Ankabut: 7)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?