Semusim kemarin
Purnama bercerita tentangmu
Awalnya aku tersenyum melebarkan dua telinga, tak sabar menunggu
Katanya kamu menulis nama seseorang di dalam lembar kehidupanmu
Dia memberi tahu namanya kepadaku
Itu kali pertamaku memohon perpisahan kepada purnama
Karena setelah mendengar ceritanya, aku tak mampu lagi melihat sinarnya
Pedarnya tak mampu merayu bening mataku
Sinar yang biasa menghangatkan dan menabur damai dalam jarakmu yang begitu jauh dariku
Sejak jemarimu menulis namanya,
Sejak itulah aku mencoba mencintai waktu yang mungkin akan memindahkan detakmu pada nama itu
Mencoba berkenalan dengan luruh yang bahkan selama ini tak pernah kutaruh
Aku enggan,
Segan menerka gerangan yang kini ada di hati(mu)
Gelap
Sejak itulah,
Sajak ini kehilangan nyawa
Kehilanganmu
Purnama bercerita tentangmu
Awalnya aku tersenyum melebarkan dua telinga, tak sabar menunggu
Katanya kamu menulis nama seseorang di dalam lembar kehidupanmu
Dia memberi tahu namanya kepadaku
Itu kali pertamaku memohon perpisahan kepada purnama
Karena setelah mendengar ceritanya, aku tak mampu lagi melihat sinarnya
Pedarnya tak mampu merayu bening mataku
Sinar yang biasa menghangatkan dan menabur damai dalam jarakmu yang begitu jauh dariku
Sejak jemarimu menulis namanya,
Sejak itulah aku mencoba mencintai waktu yang mungkin akan memindahkan detakmu pada nama itu
Mencoba berkenalan dengan luruh yang bahkan selama ini tak pernah kutaruh
Aku enggan,
Segan menerka gerangan yang kini ada di hati(mu)
Gelap
Sejak itulah,
Sajak ini kehilangan nyawa
Kehilanganmu
Komentar
Posting Komentar