Assalamu'alaikum, happy weekend ya semuanya. Buat yang lagi sela boleh mampir menyimak catatanku nih, tentang keperluan apa aja dalam persiapan pernikahan. Buat dirimu yang memiliki keinginan dan kesiapan menikah. Wah menikah? HA? APA?
Iya. Agak ngelu atau geli gitu ya? Di mana-mana kok ngobrolinnya tentang nikah. Bikin baper. Eits..santai. Berbincang menyoal menikah jangan cuma mikirin sama siapa dan kapan gengs. Kita juga butuh ngumpulin ilmu, banyak-banyak cari tau, biar kelak bisa ngadain resepsi yang budgetnya minimal tapi hasilnya maksimal dan ga bikin pusing di kehidupan setelah menikah.Wah emang bisa? InsyaAllah. Yuk langsung simak aja ya, boleh di share nantinya. Semoga bermanfaat.
Budget itu ga melulu tentang angka, dan mahal itu relatif, semua kembali pada kebutuhan masing-masing penyelenggara.
PRINSIP DASAR BUDGETING
- Lihat keuangan internal.
"Kita ada uang berapa nih..."
dengan uang sejumlah itu kira-kira kita bisa bikin konsep acara seperti apa ya? Nah, dengan mengetahui kondisi keuangan internal, membantu kita untuk memilah-memilih konsep acara seperti apa agar sesuai dengan keuangan. Hal yang perlu diingat, bahwa resepsi
besar belum tentu nanti pemasukannya dari luar akan besar. Tidak menjamin
bakalan bisa nutup. Hehe. (Nutup di sini maksunya pemasukan dari
luar bisa sama dengan biaya pengeluaran pernikahan yang telah di keluarkan.
Nah, kalau pemasukannya lebih, namanya untung gengs. wkwk.).
- Melihat potensi internal dan eksternal.
Coba lihat potensi internal, kira-kira ada ga saudara yang bisa berkontribusi jadi MC, atau dimanfaatkan untuk ikut
berperan di hal lain. Kemudian, penting juga untuk kita mencari tau tentang
promo/diskon wedding service. Seperti undangan, souvenir, dan fasilitas
lainnya. wkwkwk. Ini serius lho. Nah bagaimana cara memanfaatkan orang lain secara elegan? yaitu dengan
tidak memintanya menurunkan harga. Karena setiap pebisnis, pasti bakalan ga
suka kalau di awal udah dimintain buat nurunin harga, minta harga teman, atau
malah gratisan. Kita cukup memilih list yang sesuai harga, dan ikutin aja
harganya. Menurut pengalaman pemateri, pihak yang bersangkutan biasanya akan dengan
sendirinya memberikan keringanan untuk acara kita.
- Mengatur komunikasi
Nah, ini nih yang butuh direnungkan agar bisa menciptakan keharmonisan bahtera rumah tangga di kemudian hari. Pernikahan itu acara orang tua kita. Tamu undangannya kebanyakan
juga tamu orang tua kita. Jadi jangan cuma mbayangin kalau pernikahan ini cuma milik kalian berdua. Kita juga harus bisa selaraskankeinginan diri kita dan
pasangan, serta keluarga dua belah pihak. Semua harus jelas tentang bagaimana nanti bentuk pernikahannya seperti apa. Kesepakatan budget dan
bentuk pernikahan dibicarakan oleh keluarga kedua belah pihak di awal (saat
lamaran). Minimalkan orang yang ikut campur. Jika dalam proses tersebut ada
hal-hal yang sekiranya berpotensi bikin cekcok setelah pernikahan, atau ada
pihak yang tidak sepakat. Mending tidak usah dilaksanakan. Karna hal tersebut
akan memunculkan percikan masalah di kehidupan setelah nikah yang bikin semua kerasa ga harmonis.
Kejadian sehari-hari yang sering ditemui misalkan, kita
berkeinginan agar di pernikahan tidak ada musik, namun orang tua dan keluarga
cenderung menginginkannya. Nah, coba dikendorin egonya, cari jalan tengah. “Oh,boleh,
tapi musik-musik yang seperti ini saja ya.” misalnya.
Atau sekedar sharing, tapi ini diluar materi kajian yak. Beberapa
hari lalu ibu membicarakan konsep pernikahan anaknya teman. Konsepnya ikhwan
akhwat dipisah dan diberi hijab, jadi bener-bener ga bisa saling melihat. Ibu bilang
kalau saat itu ada temennya yang keribetan, karna anak beliau yang awalnya ikut sang
ayah, ingin ketemu sama ibuknya. Hayo lho. Kemudian ibu juga mengutarakan pandangan
tentang hal tersebut. Aku yang pengin banget menerapkan konsep yang
sama, jadi tau nih, keinginan ibu itu seperti apa mengenai hal ini. Nah, jadi
menurutku penting buat komunikasi tentang konsep jauh-jauh hari, agar waktu
untuk mencari solusi dan alternatif lainnya lebih banyak. Masih ada waktu juga
kalau mau sharing ke temen tentang kondisi ini. Karena win win solution sering
ada dan menyelinap di momen ini.
- Mengatur ego
Ego terkadang bisa jadi bencana. Ego apa nih? ya ego untuk ngadain pernikahan sesuai mau kita sendiri, tidak mendengarkan saran keluarga besar. Padahal keluarga adalah satu-satunya 'rumah' yang nerima kita apa adanya. Kalau sama keluarga saja udah gontot-gontotan,nanti gimana kehidupan kita yang tidak bisa lepas dari mereka? Pasti ga enak deh. Jangan sampai deh, karna diri ini kekeh
mempertahankan ego, ada secuil unek-unek terpendam dari pihak pasangan atau
keluarga besar kita yang membuat ketidakharmonisan di kemudian hari. Na'udzubillah.
Pernikahan
hanya sehari dua hari. Berumah tangga seumur hidup. Gosip pernikahan ± 1 tahun.
Jadi coba atur lagi egonya. Bikin kesepakatan dengan pihak keluarga. InsyaAllah, apapun konsepnya, jika sudah klik dengan pihak keluarga, kita akan lebih ringan menyambut terpaan gosip dari luar sana dan segala resiko-resikonya.
- Perlu untuk sama-sama mengetahui tabungan pribadi/pasangan
- Anggaran dari orang tua (kedua belah pihak)
- Kalau bisa jangan sampai berhutang
HAL YANG SUSAH DIUTAK-ATIK
1. Catering
-
Hitungan umum, porsi catering= 2 x
jumlah undangan
-
Tambahkan untuk porsi keluarga
-
Presentase ketidak hadiran 10-15%
-
Buffet vs stall (gubugan) 60:40, kalau
malem 50:50
-
Rata-rata orang makan 4-5 gubugan
-
Perbanyak jumlah bukan varian
-
Untuk buffet, nasi tidak perlu full
porsi, karena sekarang semakin banyak yang ga makan / mengurangi nasi.
2. Petugas
KUA
-
AKAD di KUA : gratis
-
Mengundang penghulu: 600.000 (Menurut PP
nomor 19 tahun 2015)
3. Undangan
-
Undangan merupakan perwajahan acara.
-
Kenapa
butuh undangan cetak? Karena untuk kalangan orang tua kita yang generasi
X, undangan cetak adalah wujud penghormatan kita kepada yang bersangkutan.
-
Soft-cover – hardcover
-
Jumlah tamu pasti membengkak, jadi
pesanlah dengan jumlah yang lebih.
-
Undangan bukan barang instan, tidak bisa
langsung jadi dalam sehari.
-
Untuk pernikahan era ini, ada dua opsi
undangan online dan undangan cetak.
4. Dokumentasi
-
Bukan Cuma sekedar jepret-jepret. Karena
hasil dari dokumentasi ini nantinya akan jadi bukti visual untuk bahan
bercerita dengan keluarga.
-
Harga mahal sepadan dengan hasil dan
resiko.
-
Pilih sesuai dengan kemampuan ±≥3juta.
5. Tempat
-
Rumah vs Gedung vs Hoel
-
Booking tempat minimal 6 bulan sebelum
hari-H
-
Periksa fasilitas gedung
-
Periksa alternatif pilihan lain seperti café,
galeri seni, dll.
-
Indoor/Outdoor
6. Mahar
Semakin mudah, semakin baik.
HAL YANG RELATIF MUDAH DIUTAK-ATIK
- Gaun pengantin
- Dekorasi pelaminan
- Konsep/Tema pernikahan
- Souvenir
- Hiburan
- MC
- Seserahan
- Uang Panai/Pasok Tukon
- Atribut Pernikahan Adat
- Rules pesta
Apapun
yang bisa dipersiapkan sendiri, bisa dicicil jauh-jauh hari.
"Fakta
bahwa menikah di Indonesia itu mahal memang tidak bisa dipungkiri, tapi kita
bisa menyiasati dengan banyak ingin tahu, banyak cari tahu, dan banyak
berlari.”–Bang Zia Ul-Haq
Nah,
jadi itu teman-teman materi saat kajian kemarin. Semoga bermanfaat ya! Oiya,
teman-teman. Sekarang ini banyak sekali ya kajian-kajian. Akses kita untuk
mengumpulkan ilmu jadi lebih mudah. Tinggal dari kitanya aja mau apa enggak.
Nah tapi, dari hasil diskusi sama teman, kadang ternyata malah ada beberapa
yang bingung karna menemui perbedaan antara pembicara satu dengan yang lain.
Jadi, penting juga sebenernya buat diri kita mengkaji ulang secara langsung
dari sumbernya. Hehehe.
Selamat mengumpulkan bekal untuk
kehidupan di negeri akhirat ya, teman-teman!
Komentar
Posting Komentar