Tidak biasanya kumembahas hal-hal seperti ini. Jarang aku membahas perasaan ini, kepercayaan pada orang-orang di sekitar. Sejauh ini, orang yang menerimaku, memerlakukan aku sama seperti yang lain, saat dia memeluk orang lain dia juga memelukku saat aku hadir, saat dia memberikan kehadirannya untuk orang lain, dia juga memberikan kehadirannya untukku. Tidak ada kesenjangan sama sekali. Ya, dia.
Pada yang lain aku sering kali menjadi seseorang yang bahkan seperti sebuah kilas. Aku selalu bersama secara lahiriyah, namun ketika semua disebut hanya namaku yang tidak disebut. Kue ulang tahun, surprise, dan banyak hal. Aku baru sadar, aku banyak mengamati mengenai perlakuan orang lain kepadaku dan kepada yang lainnya. Kadang aku menilai seberapa besar seseorang berarti di mata dan hati orang lain dari apa yang ia beri. Tenaga, pikiran, perasaan, dan waktu. Aku tak mendapatkan itu, kecuali dari dia. Sejauh ini aku mampu menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi itu. Esok jika kutakmampu lagi, tak tau apa yang akan kualami.
Dia adalah orang tuaku, saudaraku, dan sahabat yang sering kupanggil Ei, Dn, Nr.
Ah, sepertinya aku sedang menjadi anak kecil malam ini. Yang merengek karena tidak dikasih permen saat yang lain dikasih.
Kalau dah kembali dewasa lagi, inget prinsip ya. Memberi bukan Diberi. Mandiri bukan Bergantung. Meyakinkan bukan Diyakinkan. Menyapa bukan disapa. Memaafkan dan (semoga) dimaafkan. Menyayangi bukan membenci. Ikhlas bukan dendam. Memahami bukan dipahami. Memperbaiki bukan menyesali. Dan lain sebagainya. Biasakan hatimu aktif, NO pasif!
Komentar
Posting Komentar