Awan tak meminta pelangi dari hujan
Ia merasa cukup, bertahan dengan harapannya agar tetap putih
Bertahan dengan impiannya agar tetap cerah
Sayangnya, ia tetap luluh hati
Ketika telinganya mendengar ribuan umat meminta aliran air dari dirinya
Dia mendengar
dan merapuhkan harapannya
Namun,
Kulihat dia tetap tersenyum dan bahagia
Baik-baik saja
Tak ada muram pun suram
Ah, mungkin ia memendam dan menguburnya dalam-dalam
Pada akhirnya kerelaan menjadikannya mendung
Awan yang menghitam
Menutupi langit-langit bumi cinta
Air matanya menetes deras
Ia tak cukup keras mempertahankan harapannya
Matanya berlinang dan terus tertutup matanya takut
Takut melihat dirinya sendiri
Jika aku bintang aku akan datang menyinarinya
Jika aku mentari, aku akan datang menghangatkannya
Jika aku bulan, aku akan datang menenangkannya
Pun jika aku berkumpul menjadi kami
Kami akan berbisik dan membuka pintu hatinya:
Bukalah matamu,
lihat segala aliran air yang jatuh dari kerelaanmu,
lihat wajah-wajah yang menerima dingin airmu
baca tulisan para pujangga tentangmu
baca syair-syair romantis tentang kesedihan hatimu, tentang kerelaanmu sekali lagi,
yang sering dinamai HUJAN
Tiada yang sedih karena hujan,
Para petani bersujud dengan segenap rasa syukurnya
Akupun selalu rindu,
Bukalah matamu dan bahagialah
Bahwa rasa sedihmu, ternyata manfaat
Tersenyumlah kau kan putih kembali karenanya
Sebentar lagi pelangi akan memeluk dirimu
Terimakasih untuk warna-warni yang telah kau relakan, untukku
Ia merasa cukup, bertahan dengan harapannya agar tetap putih
Bertahan dengan impiannya agar tetap cerah
Sayangnya, ia tetap luluh hati
Ketika telinganya mendengar ribuan umat meminta aliran air dari dirinya
Dia mendengar
dan merapuhkan harapannya
Namun,
Kulihat dia tetap tersenyum dan bahagia
Baik-baik saja
Tak ada muram pun suram
Ah, mungkin ia memendam dan menguburnya dalam-dalam
Pada akhirnya kerelaan menjadikannya mendung
Awan yang menghitam
Menutupi langit-langit bumi cinta
Air matanya menetes deras
Ia tak cukup keras mempertahankan harapannya
Matanya berlinang dan terus tertutup matanya takut
Takut melihat dirinya sendiri
Jika aku bintang aku akan datang menyinarinya
Jika aku mentari, aku akan datang menghangatkannya
Jika aku bulan, aku akan datang menenangkannya
Pun jika aku berkumpul menjadi kami
Kami akan berbisik dan membuka pintu hatinya:
Bukalah matamu,
lihat segala aliran air yang jatuh dari kerelaanmu,
lihat wajah-wajah yang menerima dingin airmu
baca tulisan para pujangga tentangmu
baca syair-syair romantis tentang kesedihan hatimu, tentang kerelaanmu sekali lagi,
yang sering dinamai HUJAN
Tiada yang sedih karena hujan,
Para petani bersujud dengan segenap rasa syukurnya
Akupun selalu rindu,
Bukalah matamu dan bahagialah
Bahwa rasa sedihmu, ternyata manfaat
Tersenyumlah kau kan putih kembali karenanya
Sebentar lagi pelangi akan memeluk dirimu
Terimakasih untuk warna-warni yang telah kau relakan, untukku
Komentar
Posting Komentar