Langsung ke konten utama

Awan di Atas Kota Solo

Tiada lagi yang perlu dipastikan dari awan di atas kota Solo
Terkadang ada dan tiada

Tiada lagi yang perlu dipastikan
Dari hujan yang selalu ia jatuhkan
Dia hanya akan membuat tanah di depanku basah
Dia hanya akan memburamkan langit

Seperti suatu hari lagi
Atau mungkin detik ini
Saat Tuhan benar-benar menganugerahkan aku keberanian,
untuk melepas awan yang lama bertahan di langit kalbu
Aku benar-benar akan melepasnya
Dan sesegera mungkin menyadarkan diri apa yang tlah terjadi padaku

Tak seharusnya kau bersemayam di ruang sana
Ruang yang belum pasti siapa yang akan menempatinya nanti
Seharusnya aku membangun pintu dan menguncinya rapat-rapat
Membiarkannya kosong
Dan merelakanmu menempati hati yang lain
Membiarkan mata melihat hal yang lain
Dan pikiranku tak sebatas berpikir bahwa aku mencintaimu

Aku ikut menundukkan kepala atas apa tlah terjadi
Aku tak akan menyerah untuk bertahan
Suatu saat nanti jika Tuhan beri jawabnya
Mungkin aku hanyalah tamu undangan
Atau seseorang yang terlupakan dan takkan mungkin mengisi salah satu ruang di hatimu

Aku akan resmi melepaskan harapan padamu
Awan di atas kota Solo
Yang belum pasti akan selalu berada dekat di atas kepalaku
Dia akan pergi ke suatu tempat yang dia mau
Dia akan memilih tanah yang mungkin belum tentu Yogyakarta



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Menit Terakhir

Malam ini bintang gemintang tlah luluh di tangan ribuan manusia. Di antaranya berjajar rapi di lapak para pedagang. "Mari, mbak, dibeli kembang apinya sebelum kehabisan." Jika kutawarkan pada pagi, akankah ia membelinya? agar terwujud mimpi melihat bintang di kala terbit matahari. "Tidak, Bang, terimakasih. Coba tawarkan pada pagi!" Jawabku tanpa sadar membuat pedagang itu bingung. Tak ada yang perlu dikembangkan di langit sana malam ini. Angkasa justru lebih anggun dengan bintang yang hanya berkedip barang sekali saja. "Serius, Gin, ndak mau beli kembang api satu saja? Biar kosanmu ramai di menit terakhir 2015 nanti." Sikut Putra. "Yaela Put, itu emang bakal bikin rame. Tapi rame di mata doang. Di hati mah sepi." jawabku lirih, berharap ia menangkap maksudku. Buat apa meramaikan angkasa dengan api-api itu? Sementara dirimu sendiri belum yakin bahwa esuk hatimu akan seramai itu. "Astagfirullah. Gina, kamu ngode aku?" b...