Langsung ke konten utama

Untuk Mengerti, Kita Butuh Merasa

Semua orang mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi lika-liku hidupnya
Ada yang memilih bungkam
Ada pula yang terbuka
Ada yang bercerita kepada teman
Ada pula yang lebih tenang dan nyaman hatinya bercerita kepada Yang Maha Daya
Ada yang bercerita melalui ceritanya, syairnya atau karya lainnya
Ada pula yang mencampur beberapa cara

Aku hanya berdoa untuk semua yang diamanahkan menjadi hamba
Semoga Allah menuntun segala prosesnya

Karena terkadang dengan saranku, aku tetap saja tak bisa ikut mengatasi
***
Terkadang begitu banyak warna yang melilit di antena cinta hidup ini
Hampir semua nuansa berwarna
Dan aku percaya, Tuhan pasti punya tujuan yang baik
Dan kita hambaNya dipercayakan untuk mengelola warna itu
Hingga menjadi karya yang akan dipersembahkan di hari akhir
***
Aku tak akan membuat hidupmu tertekan dengan melarangmu mengekspresikan diri di manapun
Aku percaya itu proses yang sedang kau lalui dalam hidupmu
Jika aku menyadarkan, belum tentu keadaanmu sedang tidak sadar
Kau bilang padaku waktu itu, "Maaf, aku sedang berbaik hati dengan diriku. Dia ingin bercerita pada dunia secara leluasa. Dia ingin apa adanya. Dan kamu, percayalah Aku tau kapan memulai dan kapan waktunya untuk mengakhiri semua ini!"

Seketika aku protes dengan dirimu, "Apa kau bisa memastikan prosesmu itu akan selesai sampai waktumu bertemu denganNya tiba?"
Kau terdiam, lalu "Sebelum berbicara sejauh itu.Apa kau sendiri dapat menjamin bahwa dengan caramu itu aku akan tenang sepertimu? Banyak orang di luar sana yang terlalu memaksakan dirinya untuk menggunakan cara orang lain, padahal sesungguhnya dia sendiri punya cara. Banyak orang di luar sana yang mendepresikan dirinya, karena hal-hal yang terlalu banyak ia pendam. Dan aku tau cara untuk membahagiakan diriku sendiri. Aku tau kewajibanku. Apa kau tak percaya padaku?"

Aku percaya padamu.
Aku adalah aku dan kamu adalah kamu

Terkadang aku tidak dapat menjawab segala pernyataanmu itu dan mungkin yang lainnya
Mungkin itu kelalaianku
Mungkin itu kesempitan sudut pandangku
Tak semua yang memilih cara sepertimu itu buruk
Dan caramu tak bisa ditafsirkan melalui logika,
Caramu lebih bisa ditafsir melalui rasa
Kisah cintamu yang kau pendam, mungkin sangat menyiksa hari-harimu
Meskipun kau sendiri tau, bahwa rasa cinta tak seharusnya membuat dirimu sendiri resah
Meskipun kau tau sendiri semua jalan yang seharusnya bisa kau pilih
Aku tak tau detailnya perasaanmu
Walau jika ditangkap dengan logika
Orang sepertimu pasti galau, gelisah dan merana
Orang sepertimu selalu muram
Tapi siapa tau ternyata dengan caramu itu justru kamu bahagia?
Ternyata kamu nyaman dengan hidupmu.
Dan semua itu hanya kamu yang tau.
Aku hanya bisa mendengar keluhmu

Maafkan aku, sudah menghukummu dengan segala pernyataanku
Setidaknya kamu tau,  aku menghargai perjuanganmu hingga saat ini
Setidaknya kamu tau, bahwa aku bangga karna kau lebih memilih memendamnya bukan untuk mengungkapkannya

Aku menerimamu apa adanya
Kedekatanmu dengan Tuhan dan kedekatanku dengan Tuhan, tak dapat dibandingkan
Sesungguhnya kita berjalan sendiri-sendiri dan tak dapat mencampuri urusan masing-masing
Kita hanya dapat saling membersamai, menguatkan dan mengingatkan

Aku dan kamu percaya pada proses
Kita berdua percaya, bahwa orang yang sudah dikatakan baik, telah melewati sebuah masa sebelum kata "baik" dan mereka selalu memperbaiki dirinya

Sama sepertimu atau mungkin aku
Caramu di mataku mungkin kurang sesuai, tapi aku tak bisa menjamin segala opini itu
Karena aku sendiri tidak tau hal baik apa yang kau rencanakan dalam hidupmu
Mungkin aku yang perlu membuka sudut pandangku
Bukan tersudut dengan caramu yang tak sesuai, namun caramu untuk memperbaiki diri versimu, harus melewati caramu itu

Perbaikilah dirimu, aku akan selalu mendukungmu
Pilihlah caramu sendiri, aku tak kan menyudutkanmu

Pada dasarnya kita itu memang berbeda
Namun, bukan untuk saling berprasangka
Melainkan, saling menguatkan!

Perbaikilah dirimu, dengan caramu,
mungkin itu akan lebih mudah untuk kau lalui
mungkin itu tidak akan mengekangmu
Mungkin itu tangga kesekian yang tlah kau tempuh untuk menjadi baik dimata Allah SWT

Aku bersedia menjadi air, saat kau layu
Aku bersedia menjadi surya, saat dingin menyergap ragamu
Aku selalu menyediakan hatiku, untukmu







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?