Langsung ke konten utama
"Di suatu hari tanpa sengaja, kita bertemu..
     Aku yang pernah terluka..
         Kembali mengenal cinta..
             Hati ini kembali temukan, senyum yang hilang
                 Semua itu karena, DIA"

Seseorang begitu mudah menemukan apa yang dia cari. Saat mencari kepedulian, ia menemukan kepekaan seseorang. Saat mencari kehangatan, ia menemukan pelukan seseorang. Saat mencari ketenangan ia menemukan secangkir gulita yang teraduk oleh temaram. 
Seseorang begitu mudah mendapatkan apa yang dia ingin. Terkadang aku merasa tidak semudah itu. Bahkan untuk mengungkapkan segala hal, aku tidak punya kekata. 

Ia, aku adalah orang yang ketika orang memiliki aku mencari. Mencari, hingga menemukan. Aku sering mendapatimu menyambut seseorang dengan sapaan hangat, atau menyebut dirinya kesayangan. Aku sebagai seseorang yang telah lama dekat bahkan tidak pernah mencicipinya. 

Yang tergambar saat itu, perasaan adalah kebahagiaan yang dusta. Aku tersenyum saat seharusnya aku menangis. Aku menerima saat seharusnya aku menolak. Aku menahan saat seharusnya aku melepas segala yang ingin kurasakan, dan kuungkapkan. Segalanya tak seirama.

Hahahaha. Dulu sesedih itulah, sebelum aku menyadari segala yang kucari ternyata bukanlah yang kucari.  
Penerimaan.

Sejak aku mengenal penerimaan, aku merasa telah menemukan apa yang kucari selama ini. Kuliah Kerja Nyata di Belitong Timur membuatku menyadari adanya.

Melahirkan Kisah 
Pagi itu aku mendapat jarkoman, open recruitmen KKN Raja Ampat Periode Juli-Agustus 2016. Aku membacanya berkali-kali. Artinya aku sedikit interest dengan penawaran bersyarat tersebut. Raja Ampat membuatku ingat tentang cerita dari seorang kakak wakil BEM UNS entah periode berapa, bahwa pada intinya menebar kebermanfaatan di sana cukup mudah. Ia menunjukkan program-program yang pernah berjalan ketika KKN di Raja Ampat, melalui sebuah video. Salah satu yang kuingat saat itu adalah pelatihan membuat Abon Ayam. Aku mengingat semua cerita-cerita itu, kemudian munculah keinginan untuk KKN di Raja Ampat. 

Rupanya pagi itu adalah pendaftaran terakhir. Hati-hati kurapikan niat, dan meminta izin Bapak dan Ibu. Dan ternyata aku tidak diizinkan KKN di Raja Ampat. Aku kemudian izin lagi, 
"Pak, Buk bagaimana kalau aku KKN di Sabang saja, atau di Maluku, Banda Neira?"

Emm, ternyata tidak diizinkan juga. Dan yang terakhir, aku minta izin KKN di Belitong Timur. Alhamdulillah mereka mengizinkan. 

KKN Belitong Timur membuka Oprec periode Juli-Agustus 2016, tapi aku tidak mungkin bisa mendaftar yang periode ini. Kebetulan sepanjang bulan itu ada kegiatan magang. Aku magang di tempat yang kutargetkan juga, di BNN Lido, proposalku diterima dan telah ditentukan jadwalnya di bulan Juli-Agustus. Aku tetap KKN di Belitong Timur, tapi di periode Januari-Februari. 

Allah memudahkan semuanya. Teman kosku, Ayu Kusumaningrum, memiliki teman yang saat itu KKN di BelTim Juli-Agustus. Aku mendapat kontaknya dari Arum. Segera kuhubungi. Setelah berkenalan via Line, ternyata dia adalah Ketua KKN BelTim. Alur yang pas, ya Rabbi. Alhamdulillah. 
Komunikasi via apapun. Menanyakan tentang potensi-potensi apa saja yang perlu dikembangkan, keadaan masyarakat dan lain sebagainya. 

Mulailah aku mengajak teman-temanku. Teman pertama yang kuajak adalah Afi, teman tahsin di Sekolah Qur'an. Afi sudah daftar KKN di Kalimantan, baiknya, dia membantuku mencari partner. Hingga akhirnya Abay menghubungi. Dia menanyakan perihal KKN, dan aku cerita sejujur-jujurnya kalau anggotanya baru ada satu, yaitu aku. Kubilang padanya, jika dia mau, mari kita berjuang bersama, cari informasi dan lain sebagainya. Dengan izin orang tua akhirnya dia bersedia bergabung. Alhamdulillah. 

Aku sempat kehilangan keyakinan untuk KKN di Belitung sejak aku dan ketua KKN Buding Bertari lost contact. Dia susah sekali dihubungi, sementara aku butuh informasi yang pasti untuk menjelaskan kepada teman yang ingin kuajak KKN ke sana. Fyi, aku sudah browsing, tapi tidak menemukan informasi apapun tentang Desa Buding. Aku ingin KKN Reguler saja yang ga perlu ribet, pikirku pendek. Tapi ntar gimana ya bilang ke Abaynya? 

Di tengah kegelisahan "Lanjut atau Tidak", Nia, ketua KKN, tetiba menghubungiku. Dan tekad itu muncul lagi. Ia, aku benar-benar bertekad saat itu. Tepat seusai magang di BNN Lido, aku menghubungi Abay untuk membicarakan lebih lanjut mengenai Oprec. Kebetulan saat itu sudah hadir Diana, jadi kami bertiga. 

Di sebuah meja makan nomer 3 kalau tidak salah ingat, kami berkumpul. Berempat, karena Abay mengajak Febri untuk bergabung. Disitulah kami melahirkan sebuah kisah. Aku mulai mencari hingga menemukan, genap 20 orang.

#BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?