Langsung ke konten utama

Dengan Penuh Rasa Terimakasih (Syukur)

Sebenarnya aku ingin menjaganya sejak lama. Membiarkan cawang-cawang itu menempel di dinding merah jambu. Biarku bersihkan di sepertiga malam. Biar ia tahan dinginnya.

Aku rasa aku memang ingin menjaganya. Tapi jeruji-jeruji itu ternyata belum cukup kuat. Sebagian keluar dari penjagaan, mereka menemukan tempat.

Tuhan mungkin mengijabah doaku. Tentang seseorang yang telah membuatku jatuh cinta. Seseorang yang awalnya ingin kulepas saja, dan membiarkan Tuhan yang memberi kebijakan. Iya, aku ingin melepasnya sejak lama, namun tidak tahu caranya. Kemudian, ada pilihan lain yang menurutku lebih baik daripada melepas, yaitu memperjuangkan. Ia memperjuangkannya. Bukan berarti tidak menyerahkan segala kebijakan kepada Tuhan, tetap.  Dan hanya Tuhan yang tau bagaimana hal itu terjadi. 

Sayangnya aku tidak tau, bagaimana dengannya. Apakah jika seseorang itu mencintai akan memilih untuk Melepas atau Memperjuangkan?
Aku tidak tau dan enggan mencari tau.

Esok itu. 
Tetiba sesuatu hal membuatku mengerti jawabannya. Aku hanya butuh menunggu untuk mengetahui semua itu, bukan? karna Tuhan telah menciptakan skenario yang indah. 

Tuhan begitu tau aku. Bagaimana rasa sayang kepada saudara-saudari kutumbuhkan. Bagaimana harapan-harapan yang renta itu kupelihara. Di mana rasa cinta itu kutumbuh kembangkan, dan kepada siapa kubagikan. Aku yakin, Tuhan begitu tau. Sehingga tidak perlu kujelaskan tentang itu kepada siapapun. 

Esok itu, walaupun sedikit kacau balau, karena merasa terinjak oleh sepatu yang selama ini kurawat dan kuwanti-wanti agar bijaksana ketika menjalankan fungsinya. Kacau balau karna membuatku begitu merasa bersalah. Merasa bersalah mengapa tidak tegas sedari dulu, mengapa harus menunggu jawaban itu. Esok itu membuatku belajar lebih dewasa.

Pada akhirnya kekacau balauan itu kupersatukan dengan penerimaan. Hingga rasanya ikhlas saja dengan apa yang terjadi. Dan tenang.

Esok itu, aku berterimakasih banyak kepada Tuhan yang telah mengirimkan jawaban, "Apakah jika seseorang itu mencintai akan memilih untuk Melepas atau Memperjuangkan?" 

Aku berterimakasih kepada Tuhan, karena telah mempertemukanku dengan seseorang yang tak membuatku meninggalkanNya. Seseorang yang bagiku telah menjalankan fungsinya, yaitu menguatkan dan menjaga.
Aku merasa jatuh cinta pada seseorang yang tepat, meski cara mencintainya masih belum tepat.

Aku berterimakasih kepada Tuhan, karena telah mempertemukanku dengan seseorang itu. Meskipun tidak mempersatukan. Semoga Tuhan mempersatukannya dengan seseorang yang lebih baik. Pun, semoga diriku dipersatukan juga dengan seseorang yang lebih baik.

Hikmah yang ia selipkan, membuatku berterimakasih kepada siapapun yang berperan di Esok itu. :)

Esok Selanjutnya.
Seseorang berkeluh kepadaku, "Kok dia agak menjauh ya?" 

"Duhai, sadarilah, mungkin jauhnya adalah cara menjagamu, dan menjaga masa depanmu. Karena di detik kemudian, kita tidak tau kepada siapa Tuhan menitipkan hati kita. Berterimakasihlah kepadanya, karena telah menjauh ketika belum waktunya untuk dekat." 

Pada intinya tulisan ini ingin melatih siapapun untuk tidak memandang sesuatu yang tidak diinginkan merupa sesuatu hal yang buruk. Jauh lebih mendasar dari itu, mengapa Tuhan menghadirkan sesuatu itu dalam hidup kita :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?