Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Berdamai dengan Amarah(mu)

Beberapa hari yang lalu kau memberiku sebatang pensil Wajahmu berseri, sepertinya kamu sedang bahagia Matamu bening Ada harapan yang terpantul lewat pupil mata Entah apa yang kamu harapkan dariku melalui pena itu Denting jam sempurna melipat wajahmu di kemudian hari Ada apa gerangan denganmu? Kau sepertinya tak nyaman denganku hari ini Diam, memandang sebatang pensil yang belum juga kuraut Sialnya, aku mampu mengerti kenapa kau gerangan Tapi, duhai kawanku. Aku takkan sempat menggunakan waktuku hanya untuk tak berdaya pada marahmu "Kamu marah, bukan? Tersebab pensilmu tak kupakai?" Hal yang kadang membuat pikiranku tak berdaya untuk melogika. Dan terlalu dangkal untuk dirasa Tapi, itulah kamu Teman baik yang akan selalu baik padaku. :) :) :)

Sejujurnya, Kau Telah Berbohong

Aku bilang terserah Dan tetap tak bosan mendengar titah sang raja Singgasananya tak cukup memberdayakan hati nurani Atau sedikit saja mengenal kata iba Berkutat pada ambisi yang konon hanya dapat dimusnahkan oleh mukjizat Kamu boleh berpura-pura Memberi senyuman vana untuk sekedar menenangkanku Prajurit yang lemah ini Tapi semurni-murninya kebijaksanaan itu Akupun tau, kaulah pencuri waktu! Hingga aku tak punya waktu lagi untuk percaya padamu.

Maret

Maret. Aku rasa ada yang sedang menantimu sejak Januari, bahkan Desember lalu. Di balik sajak ini Akupun menantimu.  Bermaksud menemani penantiannya. Mendampingi bersama doa yang tak ingin berdosa.

Kembali ke Cermin

Aku berdiri di atas keyakinanku. Segitiga mimpi, kotak rindu juga tentang lingkaran cinta yang entah kapan menempuh Sang Waktu Kamu berdiri di atas keyakinanmu. Yang tak kusukai darimu adalah menginginkanku. kemudian beruntuk silih berganti. Aku tak kan pernah ada untukmu. Memperjelas siapa aku kepada makhluk sesempurnamu. Aku tak pernah bermimpi sepertimu. Aku berdiri di atas keyakinanku.

Terkuak

TPA Taman Baca Al-Qur'an Adakalanya seseorang lupa dan mengingatkannya begitu penting Jika perkara salah diperdebatkan maka siapa yang mampu menengahinya. TPA(Taman Baca Al-Qur'an) Di atas tanah ini Adakah sedikit saja mega yang mau membawakan waktu kepada mendung tuk cerah sebentar saja Taman-taman itu belum butuh hujan Sedang butuh dan menunggu janjiku tuk ditepati TPA. Setiap mendengarnya, seolah raga menguak tentang cerita ibu dan janjiku pada guru ngaji. Dari dulu sampai sekarang ibu dan bapak masih saja cerita tentang waktu itu. Masa di mana anak seumuranku masih terbata mengeja alif, dan aku yang sudah terlebih dulu lihai mengejanya. Kata ibu dan bapak, anaknya ini pintar. Matanya berbinar, senyumnya lebar mengenang. Ah, mungkin itu satu-satunya kebanggaan yang mereka dapat dariku. Di sisi lain, janji yang terkubur lupa terus terkuak setiap kekata itu timbul. TPA. Dulu aku sempat berjanji pada guru ngajiku. Bocah kelas 6 SD, berjanji akan tetap meramaikan mus...

Duri

Bilamana tampak bagai duri tajam dan melukai maka apa yang harus diresahkan oleh duri? dia memahami dirinya siap diacuhkan oleh siapapun, siap dijauhi bahkan siap untuk memaklumi alasan kenapa ia harus ditinggalkan. tanpa harus menyadari "aku adalah duri, jika kalian dalam bahaya, aku bisa membantumu mengeja kata SELAMAT." dia memaklumi, "Akulah yang layak untuk ditinggalkan. apa yang harus membuatku marah? Itu tak lebih berbahaya dari luka yang kugores pada mereka." Karena Tuhan Maha Baik, dalam keadaan selemah-lemahnya, Tuhan justru membiarkannya tumbuh lebih tajam..hingga tampak menjadi sekuat-kuatnya.

Ingat

  Saat di mana menunggu ibu pulang ngajar itu hal yang sangat menyenangkan, kemudian menyambutnya di depan pintu sambil manggil, "Ibuuuuk." Menghampiri motor yang selalu membawa banyak makanan untuk kami bertiga (Ibu, Bapak, Aku). Kemudian ibu dengan sendirinya bercerita banyak hal tentang sesuatu yang baru saja beliau alami, mulai dari yang lucu sampai yang menggemaskan. Kebiasaan yang masih sering kami lakukan. Dan dari situlah aku memahami segala keinginan ibu, apa yang ibu suka dan apa yang tak ibu suka. Ibu sangat sering membuatku tertawa. Jarang membuatku sedih. Ibu banyak berbagi kehangatan padaku. Selalu mau mengajariku memasak, atau sekedar mengizinkan aku memasak sesuatu yang bakalan bikin dapur berantakan. "Berantakan" adalah salah satu hal yang tak disukainya.  Saat di mana nonton bareng bersama bapak adalah hal yang sangat menyenangkan. Hihihihi. Pada tau bapakku?? Ya seperti itulah bapak, pendiam,dingin, galak?. Banyak orang yang mengatakan bel...

Dia milik(ku) ?

Cemburu. Setiap dari kamu mencoba tegar. Sajaknya tak selesai apabila kau cari di sajak takut kehilangan. Karena dia lebih suka memahamkan dirinya di sajak tegar. Dikarenakan ia ingin bersembunyi dari mata.

Bagaimana Kabarmu?

Matahari telah memejamkan mata. Meminjam selimut bintang yang bertabur di langit. Saat-saat seperti ini ada kotak rindu yang tetiba menjelma bulan. Sinarnya terang, dan membuatku belajar mengingat. Mengulas kembali gerak langkah ini Takut ada yang terlupa. Tentang Dia, Tentang Ibu dan Bapak, saudara-saudariku, sahabat-sahabatku, teman-temanku, dan kamu. Bagaimana kabar kalian? Semoga kalian selalu nyaman menetap, mengisi ruang dalam hati dan jiwaku Tentang tumpukan niat yang masih saja berkelok Takutnya, aku lupa memperkenalkan manis kepada pahit Matahari sedang membuka mata, tepat saat tulisan ini kunyatakan huruf demi hurufnya Selimut telah dilipat. Melihat sinarnya kembali membuatku belajar mengingatmu Iya, kamu saudariku. Yang telah membuatku benci padamu Namun, justru darinya aku belajar berdamai pada rasa benci, sungguh aku benar-benar berdamai Jika kupersilahkan hati ini menulis sendiri dengan tangannya, barangkali ada banyak hal yang kan tersurat di sini....