Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Apalah Arti Damai, Jika Masih Ada yang Belum Selesai

Berdamai di luar hati sangatlah mudah :) Namun itu tak mampu menghapus sisa-sisa noda yang hinggap dan mungkin akan terus hidup di dalamnya Memaafkan amatlah mudah Namun percaya sangatlah susah untuk tumbuh subur kembali Percaya amatlah susah Bukan karena kuberharap kau menjadi seperti yang kuharapkan Karena sedari dulu kumenerima kau apa adanya Seburuk apapun dirimu, sebagaimana teman-temanku memandang dirimu Menerima segala kelebihan dan kekuranganmu amatlah mudah bagiku Aku akan dengan mudah setia denganmu Aku akan dengan mudah menolongmu Aku akan dengan mudah mendengarkanmu Aku akan dengan mudah baik padamu Aku hanya susah menerima topeng-topeng itu Topeng yang membuatku susah membedakan siapa dirimu Aku hanya susah menerima kepalsuan Hanya itu Jika senja ini aku masih masam memandang matau Mungkin penyakit hatiku sedang kambuh Jika senja ini segala tubuhku menghindarimu Mungkin di dalam sana ada yang kesakitan Maka maafkanlah aku

Efek Cerita dari Teman Ibu

Libur semester empat kali ini terasa panjang banget, walaupun udah banyak agenda yang aku lewati. Namun tetap aku nikmati.  Salah satu kegiatan rutinku adalah mendengarkan cerita ibu dan memberikan umpan balik. Belakangan ini temen-temen ibu sedang suka ngobrolin mobil. Kata ibu, ada salah satu temennya, cewek, bisa mengendarai mobil hanya dengan latihan 4 hari dan udah bikin sim A. Its OK.  Sampai situ obrolan masih baik-baik saja. Setelah kami berganti kegiatan yaitu nontoon TV bersama, ibu tiba-tiba tanya, "Nok, kowe kapan?" "Kapan le ngapa, Buk?" jawabku dengan bahasa Bantul. "Le latian nyetir meneh, paling ora sesasi pisan, ben lanyah." Semester tiga lalu waktu liburan aku habiskan dengan pelatihan menulis dan nyetir mobil. Setiap hari Selasa dan Kamis jam 08.00-10.00. Latihan pertama, aku dikenalkan dengan bagaimana mental kita yang seharusnya sebelum latihan. Kita harus santai, rilaks, sabar dan tidak takut. Setelah itu di...

No One's Perfect

Hai, kamu yang sedang melewati dunia, entah sampai kapan. Hai, kamu yang sedang bertemu dengan berbagai macam manusia dengan bermacam-macam kepribadiannya. Hai, semuanya. Bagaimana malam-malamu? Siangmu? Pagimu? Sempatkah kau terjaga dengan damai di sana? Sempatkah kau menikmatinya tanpa rasa gelisah tentang banyak hal dalam benakmu? Bagaimana air matamu? Apakah ia masih penuh? Atau kau biarkan ia terus mengalir, keluar dari kelopak matamu dan terjun begitu saja melalui pipimu? Bagaimana dengan hatimu? Ah, seharusnya aku menanyai diriku sendiri. Terkadang di waktu-waktu tertentu, kita menyediakan sisa hidup kita untuk diri sendiri, terlepas dengan bagaimana suasana hati kita. Napas yang berhembus penuh rasa kesal terhadap diri sendiri. Telinga merah padam, marah terhadap diri hanya karena tak bisa menikmati kicau burung di pagi hari. Mata yang mengumpat penuh dendam pada-Nya karena tak dapat melihat bintang dan bulan yang sering dinyanyikan oleh anak-anak. Segala...

Tiada yang Selesai Sebelum Berdamai

Lagi-lagi kamu mendorongku dari jauh sana untuk menulis kembali tentang dirimu. Terbukti bukan, cerita tentang kita tidak akan ada titiknya sebelum aku berhenti merasa. Kau menemuiku melalui mimpi. Di dalam mimpi itu seolah semuanya nyata. Kau berdamai pada waktuku Kita bertukar senyuman dengan baik Ada diamu dan ada diaku Seakan semua itu nyata. Membuatku tak ingin terbangun Membuatku ingin tidur lagi dan melanjutkan episode hidup kita Cerita tentang kita tak kan pernah selesai Hingga kau menghalalkan dia sekalipun Dan selama kau, aku dan perasaanku masih hidup, semua takkan selesai Karna dia-mu, dia-ku dan jarak yang telah kita tempuh bukanlah racunnya Yang mematikannya hanyalah kematian itu sendiri Yang mematikannya adalah kita berdua, bersama-sama Dan kau mendahuluiku Dan kau tak bicara kepadaku kau akan mematikannya Hingga aku masih membiarkannya hidup dan tertinggal jauh denganmu Seharusnya kau membantuku Meyakinkan aku bahwa tiada yang tertinggal seras...