Langsung ke konten utama

Bercermin dalam Kaca Teori Frieldman dan Rosenman



Berbicara mengenai kepribadian, maka saya dapat dikategorikan sebagai orang yang ambisius. Saya adalah seorang pemimpi. Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini, selain manusia tidak ingin bertindak atas kemauannya dan Tuhan tidak berkehendak. Saya sering menulis dan meruntutkan satu persatu mimpi diselembar kertas. Kebetulan mimpi terdekat saya adalah dapat berkuliah di universitas tertentu di Yogyakarta tempat saya dilahirkan. Sementara kondisi saya saat ini adalah sedang menjalani kuliah di jurusan psikologi Universitas Sebelas Maret. Dengan keyakinan, saya bawa mimpi-mimpi itu dalam berbagai upaya mencari jalan mewujudkannya. Saya korbankan waktu-waktu yang seharusnya untuk belajar mata kuliah di semester dua untuk mendalami materi yang merupakan bahan untuk mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri, yang sering disebut SBMPTN(Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Begitupun dengan mimpi-mimpi saya yang lain, menjadi pemain basket di suatu tim, menang dalam turnamen, dan lain-lain. Saya tidak pernah pandang bulu terhadap apa yang ingin saya capai.
Namun, kelemahannya adalah ketika saya bermimpi, maka fokus saya adalah di masa yang akan datang. Sehingga, apa yang menjadi tugas saya sekarang, menjadi terbengkalai dan terabaikan, dengan kata lain menjadi nomor dua. Apalagi, jika tugas-tugas yang sedang saya jalani sangat memberatkan. Pada akhirnya, hal tersebut membuat saya hilang fokus yang membawa seluruh tugas yang harus saya selesaikan menjadi kurang maksimal hasilnya. Akibatnya, kerealistisan menjadi cenderung ke arah ketidakrealistisan. Selain itu, ketika saya benar-benar sedang bersemangat mempersiapkan diri untuk mencapai target saya, kemudian ada hal yang tiba-tiba muncul dan kurang menarik bagi saya, itu akan membuat saya kesulitan untuk mengerjakan hal tersebut. Selain itu, dibalik keambisiusan saya, ada kecemasan yang begitu besar yang menjadi ekor kegagalan. Saya rasa, saya akan mengalami kecemasan, kekecewaan yang begitu besar jika saya mengalami sesuatu yang hasilnya tidak saya harapkan. Dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bangun, memperbaiki segalanya.
Adapun kelebihannya, keambisiusan saya dalam meraih apapun yang saya ingin, membawa diri saya menjadi manusia yang sangat berhati-hati dalam melakukan sesuatu, berpikir sebelum bertindak, jujur dalam bertindak, terbuka kepada orang lain dan cenderung pantang menyerah juga keras kepada diri sendiri. Sehingga ada suatu kekuatan yang dapat menukarkan kelemahan yang dapat menghalangi saya dalam meraih mimpi, yaitu sifat kehati-hatian saya. 
Kepribadian Tipe A dan Tipe B
Dalam kaitannya dengan kepribadian, Frieldman dan Rosenman membagi kepribadian menjadi dua tipe, yaitu kepribadian Tipe A dan Tipe B. Kedua tipe kepribadian, mempunyai ciri masing-masing. Ciri kepribadian Tipe A yaitu giat dan suka sekali bekerja dan menuntut baik diri sendiri maupun orang lain, ambisius, kompetitif, bekerja dalam beberapa tugas yang berbeda sekaligus dan terus-menerus memandang ke depan,bekerja di bawah tekanan waktu dan selalu tergesa-gesa, dan lain-lain. Contoh kebiasaan yang sering dilakukan yaitu belajar sambil menonton acara di televisi, hal inimenunjukkan bahwa Tipe A ingin sekali melakukan banyak hal dalam waktu yang sedikit. Sementara ciri-ciri kepribadian Tipe B yaitu sabar, tenang dan pendengar yang baik.
Dari kedua tipe kepribadian, saya rasa, saya termasuk orang yang memiliki kepribadian Tipe A dengan sifat dominan yaitu ambisius. Ambisius dalam mengejar target-target yang saya rangkai sendiri agar dapat tercapai sedini mungkin. Dan hal tersebut memang membuat diri saya cenderung terburu-buru, tidak sabar ingin segera menyelesaikan segala tanggungjawab saya, baik yang dirangkai sendiri maupun dari luar. Efek yang perlu disadari ialah bahwa orang yang terlalu ambisius lebih besar peluang untuk mengalami stress. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Kartina yang bertujuan mengetahui gejala stres antara karyawan yang memiliki kepribadian A dan B. Penelitiannya menggunakan metode angket di mana angket diadaptasikan dari angket kepribadian Frieldman dan Rosenman, dengan skala Likert dan dengan subjek penelitian yang berjumlah 50 orang. Adapun hasil penelitiannya adalah karyawan yang memiliki kepribadian Tipe A memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dari karyawan yang memiliki kepribadian Tipe B.
Jika dicocokkan dengan keseharian saya, memang dapat dikatakan bahwa saya mengalami kesulitan untuk berpikir santai dan terlalu bertele-tele juga membuang-buang waktu. Namun, stres yang tinggi sangat jarang saya alami, dan hanya saya alami ketika saya berada di lingkungan yang kurang bisa menerima saya dengan baik. Emosi sering tidak stabil di tengah tanggungjawab yang menumpuk dan lingkungan yang tak sejalan.  Sudah selayaknya saya sadari bahwa segala sesuatu membutuhkan waktu untuk beristirahat untuk mencegah hal yang melebihi batas dan kesabaran untuk mencegah stres.
Sumber:
repository.library.uksw.edu/.../T1_132007054_BAB%
http://teorionline.wordpress.com/2011/06/28/theory-type-a-personality/
Sobur.2009.Psikologi Umum.Bandung: CV Pustaka Setia
Boeree, C. G.2010.Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?