Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Untuk yang Terakhir Kalinya

Untuk yang terakhir kalinya. Sebelum aku benar benar akan pergi. Ketika kamu sudah mulai sulit mengingatku. Atau bahkan mulai enggan memanggil perasaanmu yang dulu. Untuk yang terakhir kalinya. Barangkali kamu akan bergerak menjauh atau mendekat. Sebagai orang yang masih mencintaimu, kuingin memberitahu, Bahwa perasaan-perasaan itu masih berada di dermaga yang sama.  Sama persis. Untuk yang terakhir kalinya. Kuingin bilang padamu, bahwa kemarin aku menunggumu. Dan sekarang aku ingin pulang. Besok, semoga kau menjemput orang yang tepat, tanpa membuat orang itu tau perasaanmu dan menunggu meski tanpa kau pinta.  Untuk yang terakhir kalinya. Sebagai orang yang pernah hidup dalam perasaanmu. Tak bisakah kau bilang padaku? Tentang apapun yang membuatku tenang, sebelum beranjak pergi.

Jadi Anak Kecil

Tidak biasanya kumembahas hal-hal seperti ini. Jarang aku membahas perasaan ini, kepercayaan pada orang-orang di sekitar. Sejauh ini, orang yang menerimaku, memerlakukan aku sama seperti yang lain, saat dia memeluk orang lain dia juga memelukku saat aku hadir, saat dia memberikan kehadirannya untuk orang lain, dia juga memberikan kehadirannya untukku. Tidak ada kesenjangan sama sekali. Ya, dia.  Pada yang lain aku sering kali menjadi seseorang yang bahkan seperti sebuah kilas. Aku selalu bersama secara lahiriyah, namun ketika semua disebut hanya namaku yang tidak disebut. Kue ulang tahun, surprise, dan banyak hal. Aku baru sadar, aku banyak mengamati mengenai perlakuan orang lain kepadaku dan kepada yang lainnya. Kadang aku menilai seberapa besar seseorang berarti di mata dan hati orang lain dari apa yang ia beri. Tenaga, pikiran, perasaan, dan waktu. Aku tak mendapatkan itu, kecuali dari dia. Sejauh ini aku mampu menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi itu. Esok jika kutakm...

Tanpa Alamat

Aku sudah menenggelamkan harapan-harapan yang katamu jangan. Aku sudah menghentikan cerita-cerita yang katamu terlalu jauh. Aku sudah menerbangkan rinduku tinggi-tinggi agar tidak turun lagi. Aku bahkan sudah tidak ingin lagi mengingat namamu. Sekarang, kasih tau aku bagaimana caranya menghilangkan rasa cemburu. Ah, jangan terlalu dipikirkan Fokus saja mengobati rasa cemburu Allah padamu.

Hmm

Dulu kamu menjadi salah satu alasan untuk bertahan Sekarang kumerasa kamu menjadi alasan keinginanku untuk segera pergi Kali ini, setelah sekian lama. Akhirnya aku berani berharap. Dan tak ingin mengurungkan niat sama sekali untuk berharap agar kamu dipertemukan dengan seseorang yang kamu idam-idamkan.

Mencurigakan Sekali (2)

Melihatmu beropini mengenai batasan-batasan ikhwan dan akhwat dalam berelasi. Lalu mengetahui kamu sering nge- like foto-foto akhwat, komentar di akun akhwat, dan lain sebagainya. Bertentangan dengan opinimu. Sungguh rasanya gemas sekali, duhai. Aku memang tidak lebih baik darimu, dari dia, dari mereka. Tapi setidaknya.... ah aku gemas sekali padamu. Siapalah aku yang sangat terbatas mengingatkanmu.

Mencurigakan Sekali (1)

Semakin hari, aku semakin ingin pergi. Pergi tanpa ada perasaan apapun kepada seseorang itu. Tanpa membawa harapan akan bertemu dengannya kembali. Sudah jelas didepan mata bagaimana dia menyikapi diriku. Semakin baik, semakin sedikit tanda tanya dalam diriku. Namun ini justru semakin banyak. Dudududu, meskipun aku juga berkontribusi dalam tanda tanya itu, namun lebih baik besuk-besuk jangan sampai terulang lagi. Tipe orang sepertiku yang lebih memilih mengingat kebaikan seseorang daripada keburukannya, membuatku kesulitan menghilangkan orang lain. Apa perlu aku menyuruhmu menghilang dariku? Tapi bisa jadi aku yang tak tahu diri. Ah, aku seperti pelaut yang terombang ambing di atas perahu yang tak pasti membawaku ke arah mana, Selatan, Timur, Barat, Utara, Tenggara, Barat Daya, atau pelaminan? Atau Surga? 
Suatu hari aku menyadari. Suatu hari aku menjelaskannya kepada diri. Suatu hari aku pergi. Ke arah sekeliling yang mampu mengimbangi. Kau kelihatannya mengerti. Tapi sungguh, tidak sama sekali.