Langsung ke konten utama

KKN, Aku dan Keluarga Baru: KKN sebagai Suatu Ajang

Alhamdulillah, perut sudah terisi oleh nasi, ikan goreng tepung, saus asam manis dan sayur kacang panjang buatan temen2 yang piket pada hari ini, yaitu Nay(T.Sipil), Friska(Psikologi), Sujan(Arsitektur), Febri(Pendidikan T.Mesin), dan Govin(Fisika). Cukup untuk amunisi menulis, malam ini.


Kali ini aku pengin nulis tentang KKN sebagai Suatu Ajang
Hmm..sebelum KKN, sering banget beredar meme tentang desas-desus KKN. Katanya, KKN itu ajang pencarian jodoh,
ajang perselingkuhan bagi kalangan yang LDR. Yang terakhir ajang pembentukan karakter di dunia sosial masyarakat, kuliah kehidupan. Dari desas desus tersebut, yang paling hits adalah pencarian jodoh dan perselingkuhan. Banyak sekali beredar tips mencegah perselingkuhan, mulai dari pasang foto profil sama pasangan hingga pakai cincin, kalau mau aman sih mending nikah dulu aja sebelum berangkat KKN hehehe. Lalu apa yang aku lakukan? Sebagai kaum jomblo, aku hanya tersenyum. Tersenyum melihat beberapa teman mengkhawatirkan pasangannya yang sama-sama KKN namun berbeda kelompok. Hehehe. Yaelah, kalau emang jodoh, Allah akan jaga dia buat kamu. Yakin.


Selain tersenyum, ada banyak bekal yang kupersiapkan termasuk prinsip. Biar ga mudah baper, kamu butuh prinsip..wkwkwk.





Setelah menjalani KKN, apa yang terjadii?


Hahahaha, sepertinya kelompok KKN.ku berbeda. Di saat kudengar kabar dari KKN sebelah banyak yang cinlok, KKN kelompokku tidak ada satupun yang kebaperan karna lawan jenis. Brotherhoodnya sangat terasa sejak awal menjalani KKN di Belitung Timur ini. Emm..ya gitu deh. Sampai ada suatu obrolan ringan dg teman KKN, "Kok tempat kita ga ada kayak begituan yak?" Intinya membicarakan tentang mitos KKN, yang tidak berlaku sama sekali di tempat kami. Hahaha, apa karna belum kelihatan ya?


Pada akhirnya setiap hal yang kita hadapi dengan yang orang lain hadapi, setiap waktu dulu dengan sekarang, bukan tentang akan sama atau tidak, namun lebih menitik beratkan tentang kenangan terbaik apa yang dapat ditinggalkan dan termaktub di masing2 dari kita, yang pada akhirnya hal itu akan mengubah diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya ^^ Intinya kalau untuk aku pribadi, KKN ini kujadikan ajang untuk perbaikan diri. Perbaikan dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan manusia dan dengan lingkungan sekitar.


Walaupun tidak seterbaik yang kuinginkan, setidaknya ada perubahan kecil dalam diriku yang telah kualami.


Walaupun tidak seterbaik yang kuinginkan, setidaknya ada pelajaran berharga yang kupetik dari setiap orang yang kutemui, dalam diam, dalam tawa, tangis dan canda.


Selamat Berkuliah Kehidupan^^
Selamat berAjang dalam kebermanfaatan ^^


-Di Desa Istimewa, Bernama Buding, Belitung Timur-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?