Anggap saja ini fiksi, Oke?
Kau sempurna tersulam
rapi di bagian bermakna hatiku. Namun tak kan pernah kau pahami. Rasanya aku
membenci cinta karena hadirnya membuatku sangat menikmati begitu nyamannya
ketika kau hadir. Betapa kesulitan berlalu begitu saja tanpa kusadari. Meski
kau tak sadari itu.
Kau yang berbulan-bulan
kupertahankan, kupikir tak kan pernah sesekali berniat memahami bahasa
kalbuku. Sayangnya memang begitu. Kau peduli dengan semua orang, hingga tak
pernah menyadari ada yang salah mengartikan kepedulianmu itu. Kau seseorang
yang kukenal baik. Semua yang mengenalmu selalu berkata kepadaku bahwa “kamu
seseorang yang sangat baik”. Dan aku selalu tersenyum ketika mendengarnya,
bersyukur karna telah mengenal dirimu.
Kesalahanku dalam
mengartikan kehadiranmu, membuatku hingga saat ini merasakan hal ini. Dan hal
ini membuat benteng, aku merasa tidak bebas karena hadirnya. Berbicara denganmu
pun aku merasa takut jika ada yang tak berkenan di hatimu, dan membuatmu
berpikiran buruk tentang diriku.
Aku merasa sangat
menyayangi untuk pertama kalinya setelah lima tahun. Saat aku tak mengharapkan
hal ini lagi sayangnya kau hadir. Saat aku merasa sepi sayangnya kau hadir.
Saat aku butuh bercerita sayangnya kau ada. Dan sayangnya hingga sekarang
kehadiranmu sangat kunanti nanti.
Sayangnya kita memang
tidak ditakdirkan untuk dekat. Aku menyadari itu, setelah beberapa kali aku
mencoba berinteraksi padamu. Aku yakin sekali kau memang orang yang sangat
peduli. Dan pedulimu bukan berlaku untukku saja. Kau peduli pada semua orang
yang kau kenal bahkan yang tidak kau kenal.
Terkadang ketika aku
yakin bahwa hal ini tak akan sia-sia, aku mencoba biasa saja dan berani menjadi
diriku yang sesungguhnya konyol di hadapanmu. Aku tak peduli apa katamu tentang
aku. Tapi sesekali setiap melihat tingkahmu yang selalu aneh kepadaku, aku
sesekali ingin menghapus hal ini. Aku merasa sangat jauh dari seseorang yang
kau inginkan. Aku tak bisa membuatmu tertawa seperti orang-orang atau temanku
yang juga menjadi temanmu selama ini.
Aku menyadari aku tak
kan bisa masuk dalam kehidupanmu. Rasanya ingin jauh dari hal ini. Tapi
seketika aku selalu ingin bersua denganmu meski jawabanmu tak seperti yang
kuharapkan. Dingin.
Aku mencoba menjadi aku
yang dulu. Yang mencoba untuk mempertahankan kebiasaanku pulang ke rumah. Aku
tidak bisa lagi bertahan di sana lama-lama. Aku mencoba menjauhkan diri dari
kepedulianmu, tapi nyatanya aku sangat membutuhkanmu.
Sesekali pula aku
melihat seseorang begitu baik padamu, begitu perhatian padamu, begitu akrab
padamu, bisa saja kau tersenyum dibuatnya, dia ada saat kau benar-benar
membutuhkan, dia begitu mengertimu. Hal yang tak kan pernah bisa kulakukan :’)))
Aku justru selalu merepotkanmu, selalu enggan menyapamu.
Kau tak kan pernah
menyadari tatapan ini. Entahlah, mungkin sampai kapanpun hal ini tak kan bisa
menuju sampai ke titik. Kau memang sangat biasa saja kepadaku :’)))
Kau hanya sampai di
doaku. Dan tak kan pernah ada waktu itu. Kecuali, Dia memang telah menulis
namamu di Lauhul Mahfudz, untuk diriku.
hahaha....yang aku benci dari cinta adalah karena dia tidak pernah membebaskan pemiliknya
BalasHapusTapi dari keterikatan itu setidaknya dia membuatmu lebih baik dan lebih berpikir :D
BalasHapusya karena Allah selalu memberikan yang terbaik untuk umat-Nya,
BalasHapusYess, tentu saja. Maka dekatilah Dia. Dia sang pemilik hatimu dan hatinya ;)
BalasHapus