Langsung ke konten utama

Kepada Angin tentang Seseorang yang “Sempat” Kuharapkan

Sudah kusadari sejak dulu, aku dilahirkan bukan untuk selalu menang, namun selalu berjuang. Berjuang untuk mendapat kepastian dari Allah, bukan sepenuhnya untuk mencapai apa yang menjadi mimpiku.

Sejak dulu, aku tidak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan, sejak SMA dan kuliah ini. Aku menginginkan SMAN 1 Yogyakarta namun ditakdirkan di SMAN 2 Bantul. Aku ingin berkuliah di Pendidikan Dokter UNS, namun ditakdirkan di Psikologi UNS. 
Aku sempat ragu, dan ingin memastikan jalan itu. Jalan yang sejak lama kuimpikan, khususnya sejak Mas Topan, kakak tersayang meninggalkan kami. Aku ingin memilih mengabdikan diri menjadi dokter. Aku meminta kepastian Illahi dengan segenap upayaku. Sampai sempat aku hampir kehilangan komitmen di salah satu organisasi kampus. Akupun tak punya cara bagaimana bicara yang baik tentang ini. Hanya waktu itu yang terselip dibenakku ialah jika benar Psikologi memang takdirku, aku akan lakukan yang terbaik dan memampukan diri sepenuh hati di sini. Memperbaiki kinerjaku, dan lain sebagainya. Sungguh, semua tes PTN 2014 aku ikuti semua. Namun, hasilnya, masih tetap Psikologi. Dan Allah memang selalu menunjukkan Psikologi untukku.

Dan jawabannya memang Psikologi. Sungguh, bersyukur. Meski sedih rasanya menerima semua ini di depan mata ibu yang mendambakan diriku menjadi seorang dokter. Namun, takdir Tuhan lebih indah. Akhirnya aku memantapkan langkah. Semua sudah pasti. Itulah apa yang selama ini menguatkan -> Kepastian. 
Aku tidak merasa gagal. Sungguh, dari apa yang aku terima, aku belajar dan selalu memaknai. Allah Maha Pengertian. Dia memilihkan tempat yang di sana aku selalu bisa berkembang. Pun aku dipertemukan dengan teman yang tak henti-hentinya memperbaiki diri, merangkul dan meraih sukses bersama. Aku memaknai bagaimana cara untuk bahagia dan membahagiakan dari apa yang aku peroleh di depan mata.

Masalahnya adalah ada satu hal yang harus ku perbaiki lagi dari diri. Aku belum sepenuh hati untuk bisa berkata NYAMAN singgah di Solo. Aku merasa krisis kepercayaan dari teman-temanku di sana. Ditambah kesan pertama dari seorang teman yang sampai sekarang masih membekas. Aku merasa kurang diterima di sini. Akupun bingung bagaimana cara untuk bisa diterima. Banyak mata yang memperlihatkan keanehannya terhadapku. Sampai beberapa kali aku bertanya pada salah seorang temanku, “Apa, salahku?” Mengapa selalu dibedakan?? Mengapa?

Aku merenungi semester 1-2 yang tidak lepas dari tetesan air mata di sepanjang perjalanan pulang dari kampus hingga kos-kosan. Sampai akhirnya kamu hadir.

Kamu hadir di saat yang tepat. Hadir di saat aku benar-benar butuh alasan untuk bisa bertahan di Solo.Kamu hadir dan turut ambil bagian dari pergerakan langkah memperbaiki segala keadaan. Kamu hadir dan turut andil, hingga akhirnya aku menyadari, semua BUKAN SALAH teman-teman. Tapi aku yang kurang bisa menempatkan perasaan. Aku yang kurang bisa mengartikan keadaan.

Seseorang yang cukup membuatku bersemangat melangkah ke kampus. Menikmati dan menerima keadaan di sini. Membuatku merasa punya teman bercerita. Kamu yang cukup bisa membuat ceritaku bernyawa. Kamu salah satu dari orang yang membuatku merasa bahagia.

Saking bahagianya, aku tergerak tuk selalu memantaskan diri. Memantaskan diri di depan-Nya dan berdoa agar selalu dalam kelurusan.
Saking bahagianya, aku menutupi. Agar tidak sempurna terlihat olehmu.
Saking bahagianya, aku tidak bisa menjaga diriku dengan baik. MAAFkan aku. Meskipun itu lebih baik. Lebih baik dari mengungkapkan (kebahagiaanku sejak kehadiranmu) kepadamu. Sejujurnya aku tidak seeklusif ekspektasi teman-teman terhadapku. Aku pecinta kebebasan. Apa yang aku ungkapan adalah apa yang aku ingin sampaikan. Namun, banyak tanda yang memberi kesan berbeda tentang ini. Memberi penyampaian padaku tentang penjagaan yang selama ini selalu aku usahakan.
Kau cukup sukses membuatku bertahan dan menikmati kuliahku di Solo ini. Aku kurang bisa mengenalmu, maka dari itu aku tak begitu tau tentangmu. Entahlah, namun tak dipungkiri jika dikaitkan dengan harapan, kau adalah salah satunya. Dan akupun tidak menyalahkan fitrah ini. 
Biarlah. Aku tidak terlalu menginginkan  lebih. Bahkan sungguh tidak terlalu ingin kamu akan mengerti bahwa kamu(ku) adalah kamu. Yang mungkin juga tidak akan membaca deretan paragraf yang minim informasi ini. 

Kau berada di sekitar orang-orang yang hebat. Aku jauh sekali di belakang mereka. Dan aku diluar ekspektasimu.Pasti. Aku mati-matian untuk tidak tenggelam dalam kungkungan rasa yang tidak netral ini, tanpa menyalahkan kehadirannya. 
Beberapa waktu lalu sebelum aku memutuskan untuk memberhentikan kebebasan yang aku sebut kebebasan, hampir saja aku keluar jauh dari batas. Jauh dan tanpa kusadari menurutku itu membuatmu kurang nyaman. Itu semua yang membuatku akhirnya memilih untuk menitipkan pada-Nya, semoga hati itu diberikan pada orang yang tepat. Meskipun aku masih yakin, kamu termasuk di deretan orang yang aku maksud. 
Aku tidak menjajikan untuk bisa menjaga dengan sempurna. Maaf jika sewaktu-waktu aku membuatmu merasa terganggu. Diamku adalah seperempat dari usahaku, sisanya adalah usaha lain tuk selalu memperbaiki dan melayakkan diri di depan Allah SWT. 
Jangan pernah hilang.  
Terimakasih sudah turut andil dalam perjuanganku bertahan disini. Semoga Allah selalu membalasmu dengan kebaikan. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Y?

 (Line) "Ka Galih.." seorang adik dari jauh sana, dari Semarang lebih tepatnya. Siang-siang menghubungiku yang sedang asik menulis layar leptop. "Y?" jawabku singkat. Kemudian aku menengok hp lagi. Aku tersenyum tipis. Dia hanya ngeread. Bukan masalah. *** "Ka Galih.." "Ka Galih marah?" "Astagfirullah, kenapa mikir gituuh?" "Kirain marah." "Enggak marah kok. Kenapa sih emang?" "Abis jawabnya cuma Y" "Ckakakakakaa, ya ampun. Maaf deh kalau aku jawabnya singkat." Untung ya, dia bersegera tabayyun, bisa-bisa aku jadi orang yang no problem kalau di mata kuliah teknik konseling, padahal ada yang ngira aku marah gara-gara gaya chat. Sebenarnya ga hanya gaya chat, sekarang cuma diread doang, trus balesnya lama, dan lain-lain bisa bikin orang lain bete . Tapi, aku yakin pertemanan ga sesempit itu, bukan?