Ini puisi ke sekian dengan nyawa yang masih sama. Ini puisi buah rasa keminderanku. Ya, ini puisi, bagiku. Merah Jambu Ketika hatiku jatuh pada seorang adam Aku diam, bungkam dan lagi-lagi berkaca diri Menelisir sunyinya perbekalan dalam diri Untuk insan kecil yang akan hadir di kehidupan Insan kecil yang menjadi penguat rasa cintaku pada Illahi Perbekalan tentang banyak hal Bagaimana caraku mengenalkannya tentang hidup Bagaimana caraku mendekatkannya pada Illahi, Pencipta yang terberhak mendapatkan cintanya Ketika hatiku jatuh pada seorang adam Aku takut Aku takut keluar dari batas penjagaan Ketika hatiku jatuh dan aku tersungkur kaku Aku berpikir Bukan tentang cara, bukan tentang jalan agar adamku melirik diri Aku berpikir Seperti muncul dan diingatkan kembali oleh berbagai penyakit hati Sudah pantaskah, aku dimiliki? -RK 3, 16 Oktober 2014- Yang kusebut puisi ini, aku rangkai katanya setelah kajian bareng atau KABAR yang diadakan oleh komite kerohanian I...
Buang lelahmu, simpan senyummu, mari bersajak,kristalkan ia dalam raga, jangan biarkan mengabu.