Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Barisan yang Tersindir

Ini puisi ke sekian dengan nyawa yang masih sama. Ini puisi buah rasa keminderanku. Ya, ini puisi, bagiku. Merah Jambu Ketika hatiku jatuh pada seorang adam Aku diam, bungkam dan lagi-lagi berkaca diri Menelisir sunyinya perbekalan dalam diri Untuk insan kecil yang akan hadir di kehidupan Insan kecil yang menjadi penguat rasa cintaku pada Illahi Perbekalan tentang banyak hal Bagaimana caraku mengenalkannya tentang hidup Bagaimana caraku mendekatkannya pada Illahi, Pencipta yang terberhak mendapatkan cintanya Ketika hatiku jatuh pada seorang adam Aku takut Aku takut keluar dari batas penjagaan Ketika hatiku jatuh dan aku tersungkur kaku Aku berpikir Bukan tentang cara, bukan tentang jalan agar adamku melirik diri Aku berpikir Seperti muncul dan diingatkan kembali oleh berbagai penyakit hati Sudah pantaskah, aku dimiliki? -RK 3, 16 Oktober 2014- Yang kusebut puisi ini, aku rangkai katanya setelah kajian bareng atau KABAR yang diadakan oleh komite kerohanian I...

Genggaman Tangan

Sebelum menelisir butir-butir yang disebut kata. Janganlah kecewa. Karena alurnya jauh dari sempurna. Karena hati yang bicara, dan sedikit logikanya :). Tak apa, semoga kau dapat mengambil hikmahnya. Kau kenal EDCOUSTIC? Belum? Searching sendiri ya, ke eyang Google. :) Ini salah satu lagu karya Edcoustic, judulnya :. Cinta Berkawan Seutas tali memadu simpul tawamu duhai kawan Simpulnya jatuh dipelupuk nurani yang tertambat cinta Cinta berkawan bersama nikmati semusim masa Disela kehangatan berkawan adalah aku pandang Satu persatu garis wajah duhai kawan penuh harapan Andai saja slalu bersama setiap masa sehati Reff : Suratan Tuhan kita disini menapaki cerita bersama Cinta berkawan karna sehati dalam kasih Illahi Tepiskan hal yang berbeda agar kisahmu teramat panjang Simpan rapi harapan berkawan selamanya. Aduhai, syahdunya berkawan itu :). Bersyukur untuk kamu yang diberi kemampuan lebih dari Tuhan untuk lebih mudah menemukan mereka (sel...

Rindu Mentari Kemarin

Allah hadirkan sebuah rasa pada diriku. Rasa rasa yang menyiksa dan penuh dosa jika tak kujaga. Oh, apa ini suka ataukah duka? Ini dusta atau benar-benar cinta? Oh, aku tersiksa, bingung bingung bingung. Bingung di mana raga di mana nyawa. Ling lung. Allah hadirkan sebuah cerita lewat dua mata. Hanya dua mata kemudian ia muncul dan mengalir begitu saja. Cerita yang membuatku begitu tersiksa. Membutakan dua sudut jiwa. Oh, inikah rasanya? Ini apa oh ini apa? Tersiksa aku kaku takut terhadang nestapa. Rabb, ini apa? Cerita ini, aku tak sanggup menyambungnya. Cerita ini tiada temu dengan yang pasti. Allah, kau kembali bangkitkan rasa yang dulu putuskan asa. Kau bangkitkan kembali kemudian aku tersiksa. Aku belum pantas mengatakannya cinta Aku ingin berjalan seperti biasa Tersenyum lega dengan dia yang kau jadikan tokoh utama Semoga sajak ini tak lagi tertulis di depan sang surya Yang kemarin masih bersuka cita menyapa berkilau cahaya Betapa rindu Rindu Rabb, gantikan dia me...

Tugas Antimainstream

Aku duduk dalam situasi kelas dan mulai berfirasat. Dengan lekat kudengarkan presentasi demi presentasi teman-temanku. Kebetulan aku duduk di kursi paling depan, tepatnya di depan dosen. Jadi aku tau persis siapa saja yang presentasi dan apa yang sedang di bahas. Ya, waktu itu kelompok 1 dan 2 psikologi perkembangan sedang mempresentasikan materi yang mereka kaji.Temanya ialah Masa Remaja dan Dewasa Dini. Dan yang paling menarik adalah ketika membicarakan masa Dewasa Dini. Banyak pertanyaan-pertanyaan menarik termasuk pertanyaan rekan saya, "Ada seorang ibu yang berpendapat bahwa lima tahun pertama pernikahan ialah masa yang rentan untuk sebuah perceraian. Apakah penyesuaian yang tengah terjadi di masa itu? Apakah penyesuaian memiliki periode?"  Dan, jadilah diskusi kami membentuk lingkaran yang bertemakan P E R N I K A H A N. Menarik. Setidaknya walaupun aku tidak tau, aku pasti merencanakan hal itu #eh. Aku mengikuti aliran kalimat-kalimat tanya yang mengalir semakin d...