Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Tidak Mau ke Mall Bersama Ibu(lagi)

Belanja di Mall? Saya senang sekali cuci mata di sana. Memasukki satu persatu deretan toko. Melihat baju, sepatu, buku, tas, dan lain sebagainya, dengan temanku. Ya, memang hanya ada dua pilihan ketika itu, dompet tebel atau siap mental. Hahaha. Karena selalu ada barang yang diinginkan.Ya kan? Tapi, aku merasa bersalah ketika mengajak ibuku pergi ke Mall. Apalagi ketika beliau mulai mengeluh kecapean, sedangkan aku masih bersikeras mendapatkan apa yang aku inginkan. Astagfirullah, teganya anakmu ini. Kurang sayang apa ibu padaku, saat kecapean masih mampu memenuhi segala keinginanku, bercerita dan tertawa. Dan setelah itu, setelah mendapatkan apa yangku ingin, aku tak mau bertanggungjawab dengan kelelahannya. Sedih, jika mengingat hari itu. Aku tidak mau lagi mengajaknya jalan kaki dari Pasar Beringharjo ke Matahari Mall, hanya untuk mengabulkan keinginanku. Bukan karena aku malu.Tapi, Ibu sudah cukup lelah mendengar list keinginan-keinginanku, apalagi beraksi mewujudkannya. Biark...

Di Balik Harapan, Allah Sampaikan Makna

Jika dipirkir, hidup memang semakin berliku. Semakin dewasa semakin tajam likunya. Dan tanpa disadari, itulah pendewasaan. Dengan kemampuan yang berbatas, kita dituntut untuk memiliki kemampuan yang  tak berbatas. Nyatanya, manusia memang memiliki kemampuan tak berbatas, jika ia mau mencoba dan berusaha. Keberadaan orang lain memang memberi pengaruh pada kita. Orang lain dengan ujung dunia yang berbeda, bersalaman dengan kita. Tiba-tiba masuk dalam hidup kita dan menilai siapa kita. Mengritik dan berpendapat tentang yang seharusnya dan yang sebaiknya. Dengarlah, sahabatku. Bersabarlah, dengan apa yang tak kau inginkan. Serta, bersyukurlah dengan yang telah kau inginkan. Karena hidup ternyata memang bergini. Akupun juga tak mengerti, mengapa penilaian orang lain berkontribusi besar dalam membentuk sikap serta pikiran kita. Awalnya, aku benci dengan penilaian mereka yang salah tentang diri ini. Bersikap berbeda dengannya, mencoba untuk mengabaikan kata-katanya. Hmm.. jenuh rasa...

Muara yang T'terduga

Rabu, 14 Mei 2014 Setiap pertemuan, pasti berbuah manis dan penuh makna, meskipun tidak di awal datangnya. Bersyukur, Allah memberikan aku banyak kesempatan untuk tiba dalam suatu perkenalan. Meskipun awalnya aku sempat enggan. Tapi, nyatanya Pusdiklat mempertemukan kami dalam lingkaran istimewa Simphosium Neurosains. Perkenalkanlah aku, sebelum lebih jauh kugores jejak istimewa hari ini. Namaku Galih Ratna Puri Palupi, panggil saja Galih. Orang yang penuh impian dalam hidupnya. Namun, sayang ia tak pandai berbicara maupun membangun hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Dia pendiam, pemalu. Menurut orang, dia introvet, padahal sebenarnya dia sangat terbuka, hanya takut orang lain salah paham memaknai kata-katanya. Sungguh, aku memang bukan siapa-siapa. Hanya pemimpi yang ingin menemukan muara di mana Allah menakdirkan. Berambisi menjadi seorang dokter, tetapi Allah menempatku di tempat ini. Membuatku mengerti tempat ini, membuat aku menjadi orang Jogja yang t...