Langsung ke konten utama
Lebaran ke delapan tanpa mas tersayang. Nuansanya jelas berbeda. Bedanya, nuansa kali ini lebih tegar dan kuat, karena setiap dari hati kami (masih) menahan perih kehilangan dan tangguh menggali keikhlasan. Btw,
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Mau iseng merangkum wejangan-wejangan dari saudara/i sekitar, coba-coba ada yang sama kaya kamu ga?

Dadi uwong sing nguwongke wong liya, aja mung dadi uwong-uwongan.
(Jadilah orang yang memanusiakan manusia)

Kalau di Solo,jangan lupa telfon ibu walaupun pulsanya habis biar ibu tahu kabarmu. :')
Yups, ini efek saling menunggu. Aku nunggu ibu telfon, dan ternyata ibu juga menungguku telfon. Kita jarang telfonan, tapi sekali telfon lamaaa syekali. Kita berdua setipe, kalau ga penting ga usah :D

HPne ki nik nendi-nendi digawa, ben gampang dihubungi.
Ini efek Bapak telfon ga aku angkat karena HP sering aku taruh di dalam tas :'( ngapunten nggih, Pak!

Diijaga pola makannya. Makan yang teratur, termasuk teratur jamnya. Kesehatanne dijaga dhewe, nik apa meneh sesuk pas magang, ben ora ngerepoti kancane lan gawe kuwatir keluarga.
Bapak perhatian banget kalau soal makan. Karena memang anak ragilnya ini susah makan dan betah ga makan, sekali makan dikit banget dan udah jam 10 pm. Hihihihi. 

Le ngibadah sing sregep, dirutinke le maca Qur'an, sesuk kuwi isa nulung kowe ning alam kubur lan ning akhirat.
(Beribadah yang rajin untuk bekal setelah meninggal dunia)

Rasah mikerke jodoh, jodoh kuwi Gusti Allah sing ngatur, wes ditentukake wiwit kowe durung lahir, dipasrahke kabeh ning Gusti Allah. Tugasmu saiki kuliah, ditenanani, dinggo sangu masa depan, ora sah pacaran.
(Tidak udah memikirkan jodoh, odoh itu sudah ada yang mengatur,bahkan sudah ditentukan sejak kamu belum lahir. Pasrahkan semua kepada Allah, tugasmu sekarang adalah kuliah dengan sebaik-baiknya untuk bekal masa depan.)

Yang masih terngiang itu adalah dari tetangga :3
Bukan nanyain nikah kapan? karena mungkin ada beberapa dari mereka yang mengiraku anak SMP, jadi aku aman dari pertanyaan itu. Hihi.

Besuk kamu kerja ya, Lih. Sik digadhang-gadhang wongtua kan wiruh anakke kerja.
Ini akibat efek juga. Tapi, terimakasih sekali sudah care banget sama kami sekeluarga.

Dan masih banyak lagi. Bagaimanapun, wejangan dari mereka adalah bentuk kepedulian(^^)
Selamat merajut keindahan ukhuwah dengan silaturahmi.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Menit Terakhir

Malam ini bintang gemintang tlah luluh di tangan ribuan manusia. Di antaranya berjajar rapi di lapak para pedagang. "Mari, mbak, dibeli kembang apinya sebelum kehabisan." Jika kutawarkan pada pagi, akankah ia membelinya? agar terwujud mimpi melihat bintang di kala terbit matahari. "Tidak, Bang, terimakasih. Coba tawarkan pada pagi!" Jawabku tanpa sadar membuat pedagang itu bingung. Tak ada yang perlu dikembangkan di langit sana malam ini. Angkasa justru lebih anggun dengan bintang yang hanya berkedip barang sekali saja. "Serius, Gin, ndak mau beli kembang api satu saja? Biar kosanmu ramai di menit terakhir 2015 nanti." Sikut Putra. "Yaela Put, itu emang bakal bikin rame. Tapi rame di mata doang. Di hati mah sepi." jawabku lirih, berharap ia menangkap maksudku. Buat apa meramaikan angkasa dengan api-api itu? Sementara dirimu sendiri belum yakin bahwa esuk hatimu akan seramai itu. "Astagfirullah. Gina, kamu ngode aku?" b...