Langsung ke konten utama
"Karena seperti kita yang tidak selalu mengerti detail-detail proses seseorang menempa kehidupannya, merekapun begitu. Jadi, terus maju, jangan mundur sebelum Ia berkehendak." Kataku.

Lagi-lagi aku selalu bilang, "Kamu itu beruntung." 
Kepada mereka yang telah diarahkan jalannya melalui kedua tangan Abi dan Umi.
Kepada mereka yang telah melalui berbagai kemudahan mendekat padaNya
Kepada mereka yang lahir di lingkungan yang lebih islah
"Kamu itu, beruntung." 

Karena masih banyak orang yang mencari-cari jalan untuk meraih puncak kedekatan kepadaNya
Karena masih banyak orang yang kesulitan mencari jalan yang kini telah atau sedang kau lalui
Karena urat nadi seringkali kehilangan rasa lekat pada Dia yang sesungguhnya sangat dekat

Di bus menuju Surabaya, seorang teman, partner kerja di sebuah organisasi, di sebuah wadah yang banyak mengajarkan integritas, ia sodorkan mata penuh ketulusan, dan menodongku dengan kata tanya. Seperti apa diriku.

Berulangkali kusebut, "Kamu itu beruntung." Sambil sembab kedua mata kami. Bening embun yang menetes di kaca bus seolah ingin merangkul, berbagi sejuk dalam tenang kepada kami.  

Saat ini, bukan menyoal seberapa besar kuantitas. Bukan tentang kamu itu lebih, atau aku harus lebih daripada kamu. Bukan bertanding kemampuan. Namun, berbagi kemauan. Berbagi. Kamu harus lebih peka pada mereka yang "Ingin" namun belum mengerti dan memahami jalannya. 

"Kamu itu beruntung, maka sadarilah mengapa kamu ditakdirkan beruntung :)"








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Menit Terakhir

Malam ini bintang gemintang tlah luluh di tangan ribuan manusia. Di antaranya berjajar rapi di lapak para pedagang. "Mari, mbak, dibeli kembang apinya sebelum kehabisan." Jika kutawarkan pada pagi, akankah ia membelinya? agar terwujud mimpi melihat bintang di kala terbit matahari. "Tidak, Bang, terimakasih. Coba tawarkan pada pagi!" Jawabku tanpa sadar membuat pedagang itu bingung. Tak ada yang perlu dikembangkan di langit sana malam ini. Angkasa justru lebih anggun dengan bintang yang hanya berkedip barang sekali saja. "Serius, Gin, ndak mau beli kembang api satu saja? Biar kosanmu ramai di menit terakhir 2015 nanti." Sikut Putra. "Yaela Put, itu emang bakal bikin rame. Tapi rame di mata doang. Di hati mah sepi." jawabku lirih, berharap ia menangkap maksudku. Buat apa meramaikan angkasa dengan api-api itu? Sementara dirimu sendiri belum yakin bahwa esuk hatimu akan seramai itu. "Astagfirullah. Gina, kamu ngode aku?" b...