Langsung ke konten utama

Barisan yang Tersindir

Ini puisi ke sekian dengan nyawa yang masih sama. Ini puisi buah rasa keminderanku.
Ya, ini puisi, bagiku.

Merah Jambu

Ketika hatiku jatuh pada seorang adam
Aku diam, bungkam dan lagi-lagi berkaca diri
Menelisir sunyinya perbekalan dalam diri
Untuk insan kecil yang akan hadir di kehidupan
Insan kecil yang menjadi penguat rasa cintaku pada Illahi

Perbekalan tentang banyak hal
Bagaimana caraku mengenalkannya tentang hidup
Bagaimana caraku mendekatkannya pada Illahi, Pencipta yang terberhak mendapatkan cintanya

Ketika hatiku jatuh pada seorang adam
Aku takut
Aku takut keluar dari batas penjagaan

Ketika hatiku jatuh dan aku tersungkur kaku
Aku berpikir
Bukan tentang cara, bukan tentang jalan agar adamku melirik diri
Aku berpikir
Seperti muncul dan diingatkan kembali oleh berbagai penyakit hati

Sudah pantaskah, aku dimiliki?

-RK 3, 16 Oktober 2014-

Yang kusebut puisi ini, aku rangkai katanya setelah kajian bareng atau KABAR yang diadakan oleh komite kerohanian Islam HIMAPSI. KABAR terakhir yang spesial. Karena banyak makna di sini. Nyesel anak Mesen yang gag datang (tadi). Hihihi^^

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Menit Terakhir

Malam ini bintang gemintang tlah luluh di tangan ribuan manusia. Di antaranya berjajar rapi di lapak para pedagang. "Mari, mbak, dibeli kembang apinya sebelum kehabisan." Jika kutawarkan pada pagi, akankah ia membelinya? agar terwujud mimpi melihat bintang di kala terbit matahari. "Tidak, Bang, terimakasih. Coba tawarkan pada pagi!" Jawabku tanpa sadar membuat pedagang itu bingung. Tak ada yang perlu dikembangkan di langit sana malam ini. Angkasa justru lebih anggun dengan bintang yang hanya berkedip barang sekali saja. "Serius, Gin, ndak mau beli kembang api satu saja? Biar kosanmu ramai di menit terakhir 2015 nanti." Sikut Putra. "Yaela Put, itu emang bakal bikin rame. Tapi rame di mata doang. Di hati mah sepi." jawabku lirih, berharap ia menangkap maksudku. Buat apa meramaikan angkasa dengan api-api itu? Sementara dirimu sendiri belum yakin bahwa esuk hatimu akan seramai itu. "Astagfirullah. Gina, kamu ngode aku?" b...