Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

S(kri)Psi

Menjadi mahasiswa tingkat akhir awalnya menyenangkan. Aku bebas dari rutinitas perkuliahan yang sangat membosankan karena gaya mengajarnya begitu-begitu saja. Presentasi-pulang. Bahkan aku hampir hapal bagaimana pola masing-masing dosen mengajar. Di akhir semester ini sebenarnya aku begitu tertarik mata kuliah TAT, mata kuliah tentang rehabilitasi, terapi humanistik, hanya karena aku tidak yakin aku mengubur keinginan itu. Sebenernya aku sadar bahwa luasnya ilmu pengetahuan itu bukan bergantung dosen, tapi kemauan diri. Kamu tidak salah kalau berpendapat seperti itu. Namun, bagiku itu tidak 100% dari diri sendiri. Bagaimana dosen ambil bagian memberi asupan ilmu kepada mahasiswanya sangat memengaruhi niat kita belajar. Silahkan dibuktikan sendiri. Aku lumayan sering berdiskusi receh dengan beberapa rekan, yang hasilnya seserius ini. Ceritanya, rekanku sudah lulus dan hijrah di jenjang S2 di kampus terbaik di Jogja. Ia menceritakan banyak hal, dari bagaimana dosen mengajar, memotivasi,...
Mohon maaf, hati. Aku sedang sibuk. Mohon maaf, hati. Aku ingin kau belajar mengendalikan dirimu. Mohon maaf, hati. Bicaralah pada dirimu, Allah selalu menemukanmu, kerumitan-kerumitanmu, kesulitan-kesulitanmu, kemalasanmu, dan kekuranganmu. Allah menemukanmu, dia datang di sepertiga malammu. Allah-lah yang memahami betapa istimewanya kamu, Allah yang mengerti semuanya tentangmu. Siapkan dirimu untuk bertemu denganNya, pertemuan yang mungkin akan mengejutkan dirimu. Mohon maaf, hati. Aku sudah tak ingin lagi berpikir. Aku ingin sibuk dengan hal lain. Mohon maaf, hati. Aku tidak menyalahkanmu. Kamu hanya perlu menerima, bahwa saat ini adalah yang terbaik.
Jangan jual kebaikanmu. Tawarkan ke semua orang, dan berikanlah secara cuma-cuma. Tak usah takut dengan pembohong. Yakinlah, Allah Maha Pelindung dan Penolong. Yogyakarta, dalam degub Lillah.  
Tidak,  aku tidak ingin membaca tulisanmu.  Bukan karena kamu,  hanya saja aku t akut merasa bahwa nyawanya adalah aku. Padahal bukan. Aku tidak ingin membaca tulisanmu yang itu. Khawatir jika aku bahagia,  padahal itu bukan untukku. 

Galau?

Itu adalah pertanyaan yang tidak kusukai. Karna kutak merasakannya sama sekali. Seseorang selalu mengkorelasikan tulisan dengan isi hati tapi kubilang hati hati Tak melulu penulis itu membicarakan hatinya