Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Mengapa aku?

Kemarin aku bertanya-tanya. "Mengapa aku yang dipindah? Mengapa dia tidak?" Hari itu hujan hampir kuterobos setiap hari. Aku tidak bertanya kepada siapapun kecuali Tuhan. Aku tidak mengeluh kesakitan, kecuali kepada Tuhan. Tuhan, mengapa aku? atau terkadang Tuhan, mengapa bukan aku? Aku bertanya berulang kali. Tuhan, mengapa aku? atau terkadang  Tuhan, mengapa bukan aku? Dan Tuhan selalu memberikan satu jawaban yang indah. Sejak mengajukan pertanyaan itu hingga mendapatkan jawabannya, aku belajar banyak hal.  Satu hal yang paling berharga saat ini adalah  . . . . . . (rahasia)

Kamu memang Luar Biasa. Kalau Aku?

Seperti hari-hari biasanya. Hari ini berjalan biasa saja. Karena hari ini tidak mendung dan juga tidak hujan. Kurasa begitu. Tapi hari ini aku melihat seseorang mengembangkan payung di sore hari yang cerah. Sungguh cerah. Aku menatapnya dari jauh. Sepertinya orang itu sadar dengan tatapanku Kakinya melangkah ke arahku, "Hai!" sapanya kepadaku. "Aku sedang berteduh dari hari yang biasa-biasa saja :)" tambah orang itu

Lupa?

Pada hari yang biasa Aku melihat sebuah asa Jatuh di keramaian jalan Tepat di tengah zebra cross "Itu punya saya." kata seseorang yang sedari tadi tertawa di samping kananku (aku tidak mengenalnya) "Bukan, itu punya saya." kata seorang perempuan di samping kiriku. Jadi itu asa siapa?  "Aku adalah milikmu." tetiba asa itu bicara kepadaku. Lalu asa mereka ke mana?

Dengan Penuh Rasa Terimakasih (Syukur)

Sebenarnya aku ingin menjaganya sejak lama. Membiarkan cawang-cawang itu menempel di dinding merah jambu. Biarku bersihkan di sepertiga malam. Biar ia tahan dinginnya. Aku rasa aku memang ingin menjaganya. Tapi jeruji-jeruji itu ternyata belum cukup kuat. Sebagian keluar dari penjagaan, mereka menemukan tempat. Tuhan mungkin mengijabah doaku. Tentang seseorang yang telah membuatku jatuh cinta. Seseorang yang awalnya ingin kulepas saja, dan membiarkan Tuhan yang memberi kebijakan. Iya, aku ingin melepasnya sejak lama, namun tidak tahu caranya. Kemudian, ada pilihan lain yang menurutku lebih baik daripada melepas, yaitu memperjuangkan. Ia memperjuangkannya. Bukan berarti tidak menyerahkan segala kebijakan kepada Tuhan, tetap.  Dan hanya Tuhan yang tau bagaimana hal itu terjadi.  Sayangnya aku tidak tau, bagaimana dengannya. Apakah jika seseorang itu mencintai akan memilih untuk Melepas atau Memperjuangkan? Aku tidak tau dan enggan mencari tau. Esok itu.  ...
"Di suatu hari tanpa sengaja, kita bertemu..      Aku yang pernah terluka..          Kembali mengenal cinta..              Hati ini kembali temukan, senyum yang hilang                  Semua itu karena, DIA" Seseorang begitu mudah menemukan apa yang dia cari. Saat mencari kepedulian, ia menemukan kepekaan seseorang. Saat mencari kehangatan, ia menemukan pelukan seseorang. Saat mencari ketenangan ia menemukan secangkir gulita yang teraduk oleh temaram.  Seseorang begitu mudah mendapatkan apa yang dia ingin. Terkadang aku merasa tidak semudah itu. Bahkan untuk mengungkapkan segala hal, aku tidak punya kekata.  Ia, aku adalah orang yang ketika orang memiliki aku mencari. Mencari, hingga menemukan. Aku sering mendapatimu menyambut seseorang dengan sapaan hangat, atau menyebut dirinya kesayangan. Aku sebagai seseorang yang telah lama dekat bahkan tida...

Setelah Kamu, Tetap Kamu dan Dia akan tetap Sebelum Kamu: Melepaskanmu bukan berarti Melupakan

Kata Boy Candra, "Terkadang Orang yang Kita Cintai Memang diciptakan untuk dilupakan." Aku percaya sebagian besar dari kamu akan mengiyakan perkataan itu. Betapa mudah mungkin untuk melupakan senyuman yang dulu hingga sekarang memapah pilu menjadi sebuah keceriaan yang tertambat, Betapa mudah mungkin untuk melupakan segala hikmah dan segala nilai-nilai yang karenanya kau mampu bijaksana menghadapi gejolak hatimu Iya, mungkin bagi sebagian dari kamu terasa begitu mudah. Tapi aku tidak Selain tidak punya alasan, aku juga tidak punya waktu untuk itu.

Biji Sawi dan Tempat Tumbuh yang Nyaman

"Ibu, aku membawa biji sawi dari perkebunan Pak Adnan." "Ibu aku tanam di sini ya, Bu, sepertinya di sini tempat yang tepat. Mataharinya cukup, dan tidak terlalu lembab. Pasti dia akan tumbuh dan berkembang." Dua tahun kemudian. "Ibu, biji sawinya kok tidak tumbuh-tumbuh ya. Padahal sudah aku pupuk dan siram setiap hari." "Tidak akan bisa tumbuh, Le , kalau dia mati. Sudah pulangkan saja biji yang lain, kepada yang lebih pandai merawatnya."