Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Merah

Bulan ini bulan merah keemasan Saat busur membidik tepat pada jantung Dan darah memancar dari dalam raganya Maka ialah merah Terbias oleh tampias-tampias cahaya Pergi ke atas menuju langit Ialah merah, yang baru saja kabur di hari kemarin Entah, bagaimana keemasan itu Aku belum pernah berjumpa dengannya

Intermezo

Aku cinta malam yang tenang. Melodi yang menghapus sunyi.  Aku cinta dengan tangan yang tak pernah melepas, menengadah dan bermuhasabah. Hati yang semakin luas. Pikir yang bertoleransi. Aku cinta pengorbanan. Kebaikan yang tulus tiada henti.  Aku (pernah) cinta kamu Yang membuat kesadaran dipergilirkan padaku  Kau bagian makna kata "pergi" Atau "bertahan" Oleh sebab itu aku pun mencintai  kesetiaan Kepada siapa saja yang bersedia berjabat tangan Kepada siapa saja yang mencintai persaudaraan Kamu?

Debu

Ialah debu. Yang tak pernah jauh dari gagang sapu Yang tertolak oleh hembusan angin  Yang tersapu oleh tangan. Tak terlihat oleh mata Yang terinjak dalam roda kehidupan Ialah debu Tak pernah ada dipikir manusia Tak pernah dirasa oleh hati Termaknai sebagai kiasan bagi ia yang ternoda Ialah debu Ketika ruhnya telah suci , bersih Maka tetap saja, ialah debu Ialah kamu Yang diam tak peduli Menjadi debu dalam hati Virus dalam pikir Namun tetap kunamakan CINTA

Tertawan

"Kira-kira begini rasanya tertawan. Kepenatan memilikimu di dalamnya." Kira-kira hampir terhitung dua tahun lamanya. Kira-kira hampir tak merasa secepat ini berlalunya. Pastinya masih merasakan rutinitas yang sama, ketidaknyamanan yang sama, kesenangan yang sama dan senyum dari orang-orang yang sama. Kira-kira begitu, sedikit hal saja yang berubah. Berubah pola pikirnya, kepekaannya, toleransinya. Ah, psikologi, kamu semakin membuat aku menjadi perasa. Sedikit logika yang kugunakan. Mungkin karena itu ia mulai rapuh, mulai laun.  Tak ada yang berubah. Banyak hal yang kudapati masih tak sesuai dengan ilmu yang kami jalani. Ah, psikologi, ternyata tak semudah itu memahami dan menerapkan ilmu dalam ragamu yang begitu halus. Ya, ia memang sangat halus namun di dalam halusmu, kau mampu menggerakkan jiwa manusia, memindahkannya kemudian bermusim dalam suasana damai. Ia memang sangat lembut, suaranya begitu nyaman tuk didengar, matanya tajam memahami. Oh, psikologi, apa k...

Lebih dari Sahabat

Kau bukankah tau ku tak bisa apa-apa? Mengapa masih di sini? Kau bukankah tau ku hanya mampu terdiam dan tak berkutik? Mengapa masih di sini? Kau bukankah paham ku tak tau apa-apa? Mengapa tidak pergi? Kau bukankah mengerti aku tak lebih dari orang yang membosankan ketika berjalan bersamamu ? Mengapa tidak menjauh? Mengapa bertahan? Mengapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa kau tak seperti yang lain? Memuja-muja sesama kita, dan seenaknya sendiri dengan si miskin prestasi ?  Mengapa kau berbeda? Kau, bahkan beberapa kali aku tak mendengarmu, tapi tetap sabar mengulangi Kau, bahkan tetap bicara denganku sekalipun obrolanku tak berbobot sekalipun? Kau, bahkan tak pernah berhenti menyebutku sahabat di sela yang lain hanya menyebutku "dia" Mengapa kau berbeda?   Kau bahkan tak pernah menyebut aku terlalu baik, seperti yang orang lain telah lakukan Kau mengeluh saat aku berbuat kesalahan, tapi kau bahkan tidak pernah mendiamkan aku Mengapa kau berbe...

Sahabat yang Tinggal di Hati: Kuterima atau Kulepas

Aku lupa kapan terakhir kali aku merasa begitu bahagia menyambut hadirmu, sahabat Membuat tempat-tempat di hatiku semakin luas dan terisi Membuat perasaanku nyaman meskiku sendiri Aku lupa kapan sahabat datang terakhir kali padaku Aku lupa sahabat itu apa Sejak kapan aku biasa hidup tanpa sahabat ada di sampingku Sejak kapan aku mulai tak peduli dengan orang lain Sejak kapan aku tak peduli dengan orang yang peduli Sejak kapan aku tak peduli Dan aku lupa sejak kapan aku kecewa Aku tak punya alasan untuk bersedih tapi banyak alasan untuk kecewa Kecewa dengan AKU dan KAMU Tapi aku ingat arti sahabat itu apa Tapi aku lupa, lupa siapa yang terakhir menyebutku sahabat Aku hanya ingat dengan yang kulihat Banyak orang mendekat dan menjauh begitu saja Kau tau? Aku menerimamu tanpa syarat Namun jika memang ada syarat pada dirimu tuk dapat menerimaku dalam hidupmu masing-masing Mohon maafkan aku, tiada satupun yang ada dalam diriku atas syarat itu Doaku mengaliri hidupm...

Izin Pulang

Ternyata bernapas tidak semudah membuka dan meutup mata Ada detak jantung yang dengan katupnya darah mengaliri raga Berputar hinggap di pikiran Kemudian dibagi ke hati Rasanya hanya itu saja Siklus yang memang dirasa setiap manusia Sama Sakit rasanya menyebut-nyebut AKU Sedih rasanya menyalahkan AKU Perih rasanya merendahkan AKU Tapi napas tak lepas dari AKU Kau kenal AKU? Tak perlu AKU tak punya apa-apa AKU hanya mampu tersenyum hingga cerita antara senja dengan pujangga berakhir AKU izin pulang Tiada tugas baginya dalam hidupmu Terimakasih penilaianmu yang selalu ada Menjadi api dan air Aku izin pulang Tetap di sana, dan menemuimu saat kau datang Aku izin pulang Tak ada tugas lain bagiku untuk mu Tak ada apapun yang mampu kubagi sebagaimana isi harapanmu Aku izin pulang Semoga kau menemukan AKU di rumah Berkata, bahwa " Tak bermanfaatpun, kau selalu bermanfaat. Tak pintarpun kau selalu mendoakan aku. Kau punya doa, yang membantuku beranjak menemu...