Langsung ke konten utama

Hiduplah sebagaimana Pikiran dan Perasaanmu Hidup: Tuhan Maha Baik, kawan!

Selamat malam.
Apa kau sedang sedih?

Kauharustaukalausemuayangkaulakukanakanterasamenyenangkanjikakamunyamanmenjalaninya
HinaanCelaanBahkanremehandarioranglaintidakakanmembuatmusakithatijikakamumampumenenangkandirimu.

Apa yang kau rasakan saat membaca kekata di atas?
Gag enak kan? enak kalau dikasih spasi bukan?

Sekeren apapun kekata itu, sebermakna apapun, tanpa spasi di sana, tentu sedikit membacanya saja membuat mata capek.Ya, Capek!
Sebagaimana kita :)
Saat sedih, saat gundah, sesungguhnya  kita butuh spasi, butuh MENJEDA!
Menjeda untuk menenangkan diri, menjeda untuk rileks, menjeda untuk mengizinkan pikiran berkomunikasi dengan hati.

Pikirin lagi alasan-alasan apa yang bikin kamu sedih.
Jangan-jangan banyak hal-hal gag penting bikin kamu sedih, galau, dan sejenih gundah lainnya.
Sia-sia gag sih kalau nyedihin hal yang gag penting?
Membuat kita defisit waktu untuk berbagi bahagia dengan orang lain dan diri sendiri bukan?

So, Plis, mulai sekarang, buanglah hal-hal yang gag penting! Kamu adalah makhluk istimewa dari Tuhan, kamu berhak bahagia dan menjadi diri kamu sendiri.

Bilamana ada seseorang yang pandai menyakitimu, PLIS BANGET! dilarang berpikir negatif tentangnya.
Bukan sok bijak atau apa. Teman, orang yang sering menyakiti temennya, mungkin saja dia kurang bahagia, mungkin saja bahagianya selama ini karena dipaksakan bahagia.

Tapi, kawan..maksud aku adalah menekankan pada diriku dan dirimu sendiri bahwa mungkin saja saat kita sedih, ternyata cara menenangkannya adalah dengan beristirahat. Memikirkan hal yang kita suka sementara. Tidak melulu memikirkan orang lain. Sesekali dengarkan nasehat dari pikiran dan hatimu.

Tapi kawan, orang yang sedih, galau, atau gundah bukanlah orang yang hina. Oke?
Jangan malu kalau kamu galau,
Eskpresikan ^^
Memendamnya, dan pura-pura gag galau hanyalah membuat situasi semakin rumit :)

Karena orang yang bahagia bukan orang yang tidak pernah sedih, dan galau.
Banyak orang yang ceria tapi ternyata dia bersedih
Banyak orang yang galau tapi ternyata bahagia, karena apa yang terpendam dalam hatinya ia ekspresikan sebagaimana mestinya.

Orang yang bahagia peka dan sadar terhadap diri sendiri dan orang lain.

Seburuk apapun situasi ini, seberat apapun jalan ini, Tuhan tidak akan menjauh darimu, kawan. Hadapi, dan kita akan mendapat maknanya! :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rumah Pohon, Kebun Teh dan Basket

Sejak kapan kamu mengenal rumah pohon, kebun teh dan basket? Sejak ada film yang berjudul My Heart. Rachel, Farel dan Luna menjadi pemain utamanya. Yuki Kato memerankan Rachel dan Irshadi Bagas memerankan Farel. Jujur dulu aku tak begitu suka tokoh Luna, jadi nama pemerannya pun tidak ingat sampai sekarang, kecuali pemeran versi dewasa yaitu Acha.  Banyak hal yang kutiru di sana. OMG betapa besar efek film My Heart bagi diriku waktu itu. Kebetulan waktu kecil aku memang tomboy sekali. Hal itu membuat teman SD sering memadankan aku dengan tokoh Rachel. Aku mulai berimajinasi bahwa kota Bogor serindang yang diilustrasikan di dalam film. Persahabatan seindah yang diperankan. Bermain di kebun teh seasik di lakon film. Basket pun. Saat itu aku bermimpi bisa main ke Bogor mengunjungi danau dengan dua perahu yang dinaiki Rachel dan Farel, naik ke rumah pohon mereka trus main ke kebun teh yang dingin dan sejuk. Dulu entah mengapa pengin banget tinggal di Bogor. Iya, bermula dari...

Review Film Al-Ghazali Kimia Kebahagiaan

Data / Identitas Film : Judul Film                               : Al-Ghazzali Kimia Kebahagiaan Oleh                                        : Ovidio Salazar Pemeran             : Ghorban Nadjafi sebagai Abu Hamid Muhammad Al-Ghazali Dariush Arjmand sebagai Nizam al-Mulk Robert Powell sebagai Pengisi Suara Al-Ghazali Mitra Hajjar sebagai istri Ghazali Abdol Reza Kermani sebagai Ahmad Ghazali Muhammad Poorsattar sebaga Sufi Guardian Ali Mayani sebaga Magician “Kita datang ke dunia ini lalu meninggalkannya, sejauh itu sudah pasti kurasa.   Jalan tempat kit...

Menit Terakhir

Malam ini bintang gemintang tlah luluh di tangan ribuan manusia. Di antaranya berjajar rapi di lapak para pedagang. "Mari, mbak, dibeli kembang apinya sebelum kehabisan." Jika kutawarkan pada pagi, akankah ia membelinya? agar terwujud mimpi melihat bintang di kala terbit matahari. "Tidak, Bang, terimakasih. Coba tawarkan pada pagi!" Jawabku tanpa sadar membuat pedagang itu bingung. Tak ada yang perlu dikembangkan di langit sana malam ini. Angkasa justru lebih anggun dengan bintang yang hanya berkedip barang sekali saja. "Serius, Gin, ndak mau beli kembang api satu saja? Biar kosanmu ramai di menit terakhir 2015 nanti." Sikut Putra. "Yaela Put, itu emang bakal bikin rame. Tapi rame di mata doang. Di hati mah sepi." jawabku lirih, berharap ia menangkap maksudku. Buat apa meramaikan angkasa dengan api-api itu? Sementara dirimu sendiri belum yakin bahwa esuk hatimu akan seramai itu. "Astagfirullah. Gina, kamu ngode aku?" b...